1. Salah satu jenis istikhârah yang paling umum digunakan masyarakat adalah istikhârah dengan menggunakan al-Qur’an yang memiliki ragam metode:
Metode Pertama: Anda mengambil al-Qur’an dan membaca doa berikut ini, “Tuhanku! Aku melakukan istikhârah dengan kitab-Mu dan bertawakkal kepada-Mu. Maka tunjukkanlah kepadaku dari kitab-Mu apa yang tersembunyi dalam rahasia-Mu.” Kemudian bukalah al-Qur’an dan dari halaman pertama bagian kanan (yang dibuka secara acak), pada baris pertama Anda kemukakan maksud (hajat) Anda kepada Tuhan.[1]
Metode Kedua: Sayid Ibnu Thawus dalam Fath al-Abwâb menukil bahwa untuk melakukan istikhârah, silahkan Anda mengambil al-Qur’an dan pertama-tama Anda membaca doa berikut ini: “Tuhanku! Apabila ketentuan dan takdir-Mu, Engkau memberikan anugerah kepada umat Rasulullah Saw dengan kemunculan wali-Mu dan putra nabi-Mu maka segerakanlah kemunculannya dan mudahkanlah jalannya dan keluarkan bagiku sebuah ayat perinta yang aku kerjakan atau larangan yang harus aku tinggalkan dan akhirkanlah dengan keselamatan dan kesehatan badan.”
Kemudian sebutkan hajat dan kesulitan Anda dan kemudian silahkan buka al-Qur’an setelah itu Anda menarik tujuh lembar dan pada lembaran ketujuh, halaman bagian kiri, hitunglah tujuh baris dan pada baris ketujuh silahkan Anda temukan apa yang Anda cari.[2]
Melakukan istikhârah dengan menggunakan al-Qur’an juga diriwayatkan dengan metode yang lain. Mengingat waktu dan ruang terbatas kami hanya mencukupkan dua sebagaiman yang telah disebutkan di atas.[3]
2. Adapun tentang memahami dan menerima pengertian ayat-ayat harus dikatakan bahwa masalah ini bukanlah sesuatu hal yang dapat dengan mudah dipahami oleh setiap orang. Untuk memahami al-Qur’an diperlukan selaksa persyaratan yang sangat rumit. Persyaratan itu antara lain mengenal al-Qur’an dengan baik, studi-studi al-Qur’an, tafsir dan lain sebagainya dan itu pun hanya dapat dilakukan oleh orang yang telah sekian puluh tahun mengakrabi dan mengintimi al-Qur’an serta memahami bahasa al-Qur’an. Karena itu, masalah ini tidak mengandung formula khusus yang dapat dipahami dan dilaksanakan dengan mudah. [iQuest]
Untuk telaah lebih jauh terkait dengan kedudukan istikhârah dalam Islam dan syarat-syarat untuk memahami ayat-ayat al-Qur’an, Anda dapat merujuk pada dua jawaban No. 2069 (Site: 2121) dan No. 193 (Site: 2511)
[1]. Bihâr al-Anwâr, jil. 88, hal. 241, Hadis 1.
"اَللّهُمَّ اِنّى تَفَأَّلْتُ بِکِتابِکَ، وَ تَوَکَّلْتُ عَلَیْکَ، فَاَرِنى مِنْ کِتابِکَ ما هُوَ مَکْتُومٌ مِنْ سِرِّکَ الْمَکْنُونِ فـى غَیْبِـکَ
[2]. Fath al-Abwâb, hal. 278. Bihâr al-Anwâr, jil. 88, hal. 242, Hadis 4.
"اَللّهُمَّ إِنْ کانَ فِی قَضائِکَ وَقَدَرِکَ، أَنْ تَمُنَّ عَلى اُمَّةِ نَبِیِّکَ، بِظُهُورِ وَلیِّکَ وَابْنِ بِنْتِ نَبِیِّکَ، فَعَجِّلْ ذلِکَ وَ سَهِّلْهُ وَ یَسِّرْهُ وَ کَمِّلْهُ، و اَخْرِجْ لِی آیَةً، اَسْتَدِلُّ بِها عَلى أَمر فَأَئْتَمِرَ، أوْ نَهْـى فَأَنْتَهی فِی عافِیَـة.
[3]. Silahkan Anda rujuk kitab Mafâtih al-Ghaib, Allamah Majlisi.