Please Wait
Hits
7282
Tanggal Dimuat: 2009/06/22
Kode Site fa5585 Kode Pernyataan Privasi 24877
Tema Teologi Lama,Tipologi dan Keunggulan Sifat
Tags Imam Zaman|bangkit|menaruh tangan di kepala|penghormatan
Ringkasan Pertanyaan
Apakah kita memiliki riwayat yang menjelaskan bahwa pada saat menyebut nama Imam Zaman Ajf kita harus menaruh tangan di atas kepala dan berdiri?
Pertanyaan
Mengapa orang-orang Syiah tatkala mendengar nama Imam Zaman Ajf harus menaruh tangannya di atas kepala dan berdiri dari tempatnya? Apakah ada hadis yang menyebutkan hal ini?
Jawaban Global

Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan terkait dengan sandaran dalil mengapa kita  menaruh tangan di atas kepala dan berdiri adalah dua riwayat berikut ini:

  1. Dalam riwayat makruf Da’bal Khazai penyair Ahlulbait As disebutkan bahwa tatkala ia membacakan kasidah masyuhr di hadapan Imam Ridha As, tatkala ia sampai pada penggalan bait berikut:

خروج امام لامحالة خارج

يقوم على اسم اللّه والبركات

Kemunculan Imam adalah suatu hal yang pasti

Dia akan muncul dengan nama Allah Swt dan disertai dengan kebaikan dan keberkahan

Imam Ridha As menaruh tangan di atas kepala dan sebagai bentuk penghormatan beliau berdiri dan memohon kepada Allah Swt untuk menyegerakan kemunculan Imam Zaman Ajf.[1]

  1. Adapun sehubungan dengan falsafah berdiri dan menaruh tangan di atas kepala disebutkan sebuah riwayat yang menjelaskan hal tersebut. Namun riwayat ini sendiri dapat menjadi dalil dan referensi atas inti perbuatan ini. Imam Shadiq As ditanya apakah kami perlu berdiri tatkala mendengar nama “Qâim?” Imam Shadiq As bersabda, “Imam Qâim akan mengalami masa gaibat yang panjang dan gelar ini (Qâim) mengingatkan pemerintahan hak Imam Mahdi Ajf dan mengungkapkan kesedihan atas keterasingannya. Karena itu, Imam Mahdi Ajf, dikarenakan kecintaan dan penghormatan kepada para sahabatnya, Imam Mahdi akan memandang dengan penuh kasih terhadap siapa saja yang memanggilnya dengan sebutan al-Qaim. Termasuk sebagai sebuah pengagungan dan penghormatan kepada beliau tatkala setiap hamba tunduk di hadapan imam (zamannya), berdiri tatkala tuannya memandang kepadanya maka ia harus berdiri dan berdoa kepada Allah Swt supaya kemunculan tuannya disegerakan.”[2] [iQuest]

 


[1]. Abdulhusain Ahmad Amini Najafi, al-Ghadir, jil. 2, hal. 361, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran; Syaikh Abbas Qummi, Muntahâ al-Âmâl, Bab 14, Pasal 6, hal. 1127, Capkhane Ahmadi, Cetakan Kesembilan, 1377 S.

[2]. Luthfullah Shafi Gulpaigani, Muntakhab al-Âtsâr, hal. 640, Muassasah al-Sayyidah al-Ma’shumah, 1419 H.