Dalam kitab suci Al-Qur'an terdapat dua kelompok ayat. Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa:
Pertama: Orang-orang ahli kitab (seperti kaum Masehi, Yahudi dan Shabi'in) yang beriman kepada Tuhan dan hari kiamat serta melakukan amal saleh, akan diberikan ganjaran yang sesuai oleh Tuhan.[1]
Kedua: Apabila ada sebagian orang yang hak dan balasan mereka belum dijelaskan dalam Al-Qur'an, sementara mereka bukan termasuk orang-orang yang membangkang, maka mereka –kelak di akhirat- menunggu keputusan Tuhan. Kaum mustadh'afin (orang-orang lemah dan dilemahkan) dan Ashhabu al-A'raf adalah orang-orang yang termasuk dalam kategori ini.[2]
Dari penjelasan ayat-ayat di atas dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini terdapat sebagian umat manusia yang belum menerima agama Islam. Akan tetapi mereka tidak memusuhi Islam dan masih berusaha mencari kebenaran. Di samping itu, mereka juga tidak lalai dalam melakukan berbagai perbuatan baik. Orang-orang seperti ini memiliki harapan besar untuk memperoleh rahmat dan kasih sayang Tuhan yang sangat luas.[3] [IQuest]
Untuk telaah lebih jauh, silahkan lihat beberapa indeks berikut ini:
- Syi'ah dan Surga, 6430 (situs: 6524).
- Neraka dan non-Muslim, soal 47 (situs: ).
- Kaum Mustad’afin dan Keselamatan dari Neraka, soal 6863 (situs: 6942).
- Keimanan Raja Roma dan kepergiannya ke surga, 2186 (situs: ).
[1]. “Sesungguhnya orang-orang mukmin, para pemeluk (agama) Yahudi, para pemeluk (agama) Nasrani dan orang-orang Shabi`in (para pengikut Nabi Yahya as), jika mereka benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian, dan beramal saleh, maka mereka akan mendapatkan pahala di sisi Tuhan mereka; tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 62); “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabi’in, dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al-Maidah [5]: 69); dan “Kemudian Kami utus rasul-rasul Kami setelah mereka dan Kami utus (pula) Isa putra Maryam. Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Tapi Kami tidak pernah menetapkan rahbâniyyah yang mereka ada-adakan itu kepada mereka, meskipun (dengan mengada-adakannya itu) mereka ingin mencari keridaan Allah. Tetapi mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Kami berikan pahala kepada orang-orang yang beriman di antara mereka, dan banyak di antara mereka orang-orang fasik.” (Qs. Al-Hadid [57]: 27).
[2]. “Dan di antara kedua golongan itu (penghuni surga dan neraka) terdapat tirai penghalang; dan di atas al-A‘râf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga, “Salam kesejahteraan atasmu.” Mereka tidak memasuki surga, sedang mereka menginginkan(nya).” (Qs. Al-A'raf [7]: 46); “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya, “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah).” Para malaikat berkata, “Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?” Tempat orang-orang itu adalah neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas, baik laki-laki atau wanita maupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah).” (Qs. Al-Nisa' [4]: 97 & 98). Sehubungan dengan ini terdapat juga riwayat di dalam kitab Al-Kâfi jil. 2, hal. 382 – 383.
[3].Diadaptasi dari Pertanyaan 2186 (Situs: 2824).