Pembahasan ini biasanya mengemuka sehubungan dengan pembahasan makam dan kedudukan para Imam Maksum As. Inti dari pembahasan ini adalah bahwa kita meyakini bahwa para Imam Maksum As, dengan bersandar pada beberapa riwayat, memiliki makam-makam dalam bidang ilmu, kekuasaan, wilayah dan lain sebagainya yang akibatnya boleh jadi menimbulkan kesamaran dan syubha bagi sebagian orang terkait dengan kemandirian para Imam Maksum As yang meniscayakan syirik karena memandang adanya entitas mandiri selain Allah Swt.
Pembahasan ini biasanya mengemuka sehubungan dengan pembahasan makam dan kedudukan para Imam Maksum As. Inti dari pembahasan ini adalah bahwa kita meyakini bahwa para Imam Maksum As, dengan bersandar pada beberapa riwayat, memiliki makam-makam dalam bidang ilmu, kekuasaan, wilayah dan lain sebagainya yang akibatnya boleh jadi menimbulkan kesamaran dan syubha bagi sebagian orang terkait dengan kemandirian para Imam Maksum As yang meniscayakan syirik karena memandang adannya entitas mandiri selain Allah Swt.
Misalnya diasumsikan bahwa seluruh urusan telah didelegasikan kepada para Imam Maksum As atau sebagian urusan secara mandiri berada dalam kekuasaan mereka atau bahkan sebagian makam tinggi dipertuntukkan bagi para Imam Maksum As sebagaimana disebutkan pada sebagian riwayat sehingga boleh jadi muncul ilusi uluhiyyah dalam benak seseorang terkait dengan mereka.
Namun tatkala disebutkan bahwa Imam Maksum As pada seluruh makam ini merupakan jelmaan dan cerminan Tuhan dan sepenuhnya bergantung kepada Allah Swt maka seluruh ilusi ini (apakah itu syirik, pelimpahan wewenang dan ghuluw) akan hilang dengan sendirinya.
Dalam pada itu, kita juga tidak mengingkari satu pun dari makam para Imam Maksum As yaitu bahwa imam merupakan pemilik wilayah kulliyah Ilahi dan media emanasi bagi segala sesuatu selain Allah Swt namun tidak satu pun dari perbuatannya mandiri dan terlepas dari Allah Swt bahkan derajat tersebut adalah pertanda kefakiran dan kebutuhan mutlak mereka kepada Allah Swt yang terdapat pada diri imam. Hal ini tidak dapat ditemukan pada satu pun makhluk selain mereka dan rahasia keunggulan imam juga terpendam pada masalah ini.
Dalam al-Quran juga disebutkan terkait dengan perbuatan-perbuatan para nabi Ilahi, para malaikat dan lainnya bahwa seluruh perbuatan adikodrati ini terjadi berkat izin Allah Swt. Artinya mereka pada perbuatan dan kekuasaannya tidak mandiri sebagaimana apa yang disebutkan sehubungan dengan Nabi Isa As yang menghidupkan orang mati berkat izin Allah Swt atau menciptakan seekor burung dari sekuntum bunga. Hal ini tentu saja tidak meniscayakan perbuatan syirik kepada Allah Swt pada makam penciptaan (khâliqiyyah), pemberi kehidupan dan lain sebagainya karena beliau tidak satu pun dari perbuatan ini terlepas dan mandiri dari Allah Swt bahkan sepenuhnya berada pada kehendak dan keinginan Allah Swt.
Sehubungan dengan para Imam Maksum As juga demikian adanya. Karena itu apabila kita berkata bahwa tiada seorang pun para Imam Maksum As yang memiliki kekuasaan dan wilayah maka kita telah mengingkari banyak dari makam-makam mereka dan kita telah mendegradasi kedudukan mereka.
Apabila kita berkata bahwa para Imam Maksum As memiliki makam-makam ini secara mandiri dan terlepas dari Allah Swt maka kita telah terjerumus dalam perbuatan ghuluw. Demikian juga apabila kita berkata sebagian urusan berada di tangan para Imam Maksum As dan sebagian lainnya berada dalam kekuasaan Tuhan maka hal ini juga termasuk perbuatan syirik dalam perbuatan-perbuatan Allah. Perkataan yang benar adalah bahwa Imam Maksum As adalah media dalam terealisirnya kehendak Ilahi dalam segala urusan tanpa adanya kemandirian dan kemerdekaan pada diri mereka sedikit pun dan keyakinan seperti ini adalah tauhid murni yang di samping mengukuhkan kefakiran eksistensial para Imam Maksum As juga menegaskan makam wilayah kulliyah mereka.
Karena itu, seluruh makhluk Allah Swt dalam entitas dan sifatnya tidak memiliki kemandirian dan kemerdekaan. Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan antara seorang imam dan bukan imam. Namun perbedaannya adalah bahwa imam berkat pengaruh penghambaan dan kedekatan mereka di sisi Allah Swt maka mereka menjadi pancaran dan cermin seluruh nama-nama dan sifat-sifat Ilahi serta mendominasi seluruh makhluk di alam semesta. Meski demikian, mereka tidak memiliki apa pun secara mandiri dari diri mereka sendiri.
Akan tetapi makhluk-makhluk lainnya dalam ukuran terbatas dan tidak bernilai memiliki hubungan dengan wujud non-mandiri (wujud rabth) lainnya sehingga tiada seorang pun yang terjerumus ilusi syirik atau ghuluw terkait dengan makhluk lemah ini mengingat mereka memiliki kemampuan terbatas dan biasa.
Namun sehubungan dengan para Imam Maksum As, mereka memiliki ilmu dan kekuasaan yang tidak dapat digambarkan bagi manusia biasa dan orang-orang yang berpikiran lemah karena itu dalam hal ini senantiasa ditegaskan tentang tiadanya kemandirian pada diri mereka. Segala apa yang dimiliki adalah bersumber dari Allah Swt dan beserta izin Allah Swt sehingga tertutup jalan bagi orang-orang yang berpikiran ghuluw dan pengingkar tauhid dalam kaitannya dengan para Imam Maksum As. [iQuest]