Dalam masalah ini kita berhadapan dengan tiga model riwayat:
Pertama, riwayat-riwayat yang tidak memperkenalkan kediaman dan domisili khusus bagi Imam Zaman. Meski demikian sebagian riwayat-riwayat ini memandang bahwa Imam Zaman berkediaman di gurun dan pegunungan.
Kedua, riwayat-riwayat yang menjelaskan bahwa Imam Zaman hidup di tengah-tengah masyarakat tanpa dikenal.
Ketiga, riwayat yang mengintrodusir bahwa Imam Zaman Ajf tinggal di tempat khusus seperti di Madinah atau gunung “Radhawi” yang terdapat di Madinah atau “Mekkah” dan “Dzi Thawi” atau sekitarnya. Terkait dengan masalah ini harus dikatakan bahwa tiga model riwayat ini tidak bertentangan antara satu dengan yang lain. Karena pola hidup Imam Zaman Ajf pola hidup biasa dan normal. Apa halangannya sekiranya Imam Zaman pada kebanyakan waktu berdomisili di Madinah atau Mekkah. Dan pada waktu-waktu lainnya menjauh dari mayarakat karena alasan tertentu lalu bermukim di gurun dan di gunung-gunung.
Dalam hal ini kita memiliki tiga model riwayat dimana pada awal-awal riwayat berbeda antara satu dengan yang lain.
Pertama, sebagian riwayat tidak mengkhususkan tempat tertentu sebagai kediaman dan domisili Imam Zaman Ajf. Riwayat-riwayat ini menjelaskan kediaman Imam Zaman Ajf di gurun-gurun dan pegunungan. Seperti riwayat Ibnu Mahziyar yang disebutkan oleh Syaikh Thusi dalam kitab Ghaibat-nya.[1]
Kedua, riwayat-riwayat yang menentukan daerah-daerah tertentu sebagai kediaman Imam Mahdi Ajf, misalnya, Madinah dan sekitarnya. Atau gunung Radhawi yang terletak di sekeliling Madinah.[2] Allamah Shustari dalam hal ini berkata, “Dalam nash-nash standar disebutkan bahwa kediaman Imam Mahdi Ajf pada masa ghaibat sughra dan kubra terletak di gunung Radhawi yang kemudian diklaim oleh Kisaniyyah yang menyatakan bahwa kediaman Muhammad bin Hanafiyyah terletak di gunung Radhawi. Tidak ada dalilnya bahwa gunung ini bukan kediaman Imam Mahdi Ajf. Karena Kisaniyyah mendengar riwayat dari Rasulullah Saw dan telah terbukti secara tawatur bahwa Imam Mahdi Ajf menjalani masa ghaibat dan mereka mencocok-cocokkan bahwa Muhammad bin Hanafiyya itu adalah Imam Mahdi Ajf. Dan sejatinya setiap penyimpangan dan persoalan sumbernya adalah sebuah perkara benar (hak) yang kemudian disalahgunakan.[3] Atau di Mekkah dan daerah sekelilingnya. Sebagian riwayat ini dapat disimpulkan bahwa hidup dan berdomisili di suatu tempat yang bernama “Dzi Thawi” yang terletak di sekitar Mekkah dan dari tempat itu juga beliau akan bangkit bersama para penolongnya.[4]
Model ketiga adalah riwayat-riwayat yang tidak menyebutkan kediaman khusus dan beliau hidup sedemikian rupa sehingga tidak dikenali oleh manusia.[5] Setelah menyebutkan tiga model riwayat ini secara global dengan sedikit cermat akan kita jumpai bahwa di antara riwayat tersebut tidak terdapat pertentangan dan perbedaan. Karena kaidahnya adalah bahwa kehidupan Imam Mahdi adalah kehidupan normal dan biasa sedemikian sehingga tidak menimbulkan sensitifitas dan pola hidup seperti ini bagi imam juga akan lebih mudah. Namun tentu saja hal ini tidak bertentangan bahwa Imam Mahdi Ajf pada kebanyakan waktu berada di Madinah atau Mekkah dan terkadang ketika diperlukan memilih hidup jauh dari masyarakat dan hidup di jalan-jalan dan pegunungan.[6]
[1]. Syaikh Thusi, Ghaibat, hal. 266, sesuai nukilan dari Chesm be Rah-e Mahdi, hal. 348.
[2]. Syaikh Thusi, Ghaibat, hal. 102 & 103, Mansyurat-e Maktabat Bashirati. Bihâr al-Anwâr, jil. 52, hal. 153. Ushul Kafi, jil. 1, hal. 340.
[3]. Majmu’e Maqâlât wa Guftârha Pairamun-e Hadhrat Mahdi Ajf, hal. 64.
[4]. Nu’mani, Kitâb-e Ghaibat, hal. 182, sesuai nukilan dari Chesm be Rah-e Mahdi, hal. 350.
[5]. Nu’mani, Kitâb-e Ghaibat, hal. 164.
[6]. Silahkan lihat, Nu’mani, Kitâb-e Ghaibat, hal. 347-351.