1. Apa yang menjadi maksud dan tujuan Tuhan menciptakan semesta? Ia mengemukakan sebuah contoh bahwa saya ingin meminum teh. Untuk keperluan itu saya membuat sebuah cangkir dan aku berhasil membuatnya. Setelah berhasil membuatnya, saya lalu menuang teh di dalamnya. Oleh itu, tujuan dan maksud saya dalam membuat cangkir adalah untuk meminum teh. Sekaitan dengan penciptaan semesta, tentu saja terdapat maksud dan tujuan Tuhan dalam penciptaan semesta ini?
2. Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa “Aku tidak menciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembahku” apabila maksud dan tujuan penciptaan manusia adalah penyembahan manusia kepada Tuhan maka pertanyaan yang akan mengemuka adalah mengapa kebanyakan manusia di dunia dewasa ini tidak menyembah Tuhan? Apakah Tuhan melakukan kesalahan dalam menciptakan mereka? Mengapa makhluk dan entitas yang dicipta dengan maksud untuk beribadah tidak melakukan ibadah kepada yang menciptanya? Ia menyodorkan sebuah contoh bahwa untuk melihat aneka program TV yang disiarkan saya membuat sebuah TV dan dalam proses pembuatan TV yang tersimpan dalam benak saya bahwa setelah berhasil membuat TV saya mendapatkan bahwa TV ini tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan. Karena itu, saya gunakan media TV ini untuk keperluan lain. Dalam asumsi ini saya berkata bahwa tentu dalam proses pembuatan saya melakukan kesalahan. Oleh itu saya berusaha untuk membuatnya kembali. Apakah dalam contoh yang disodorkan dapatkah kita berkata bahwa dalam proses pembuatan manusia Tuhan telah melakukan kesalahan? Mungkinkah Anda memberikan informasi ihwal firkah Saksi-saksi Yehuwa? Apakah terdapat literatur yang membahas tentang firkah ini?
Firkah Saksi-saksi Yehuwa adalah sebuah firkah yang terdapat dalam ajaran Kristen yang berpandangan menyimpang terkait dengan tujuan penciptaan manusia, penampakan nama-nama (asma) dan sifat-sifat Tuhan di alam semesta demikian juga tentang manusia dan agama.
Tujuan penciptaan adalah untuk beribadah dan menyembah Tuhan. Untuk merealisasikan tujuan ini, realisasi tujuan tersebut bagi sebagian orang juga sudah memadai. Sebagaimana realisasi tujuan sebuah yayasan pendidikan, tidak mesti setiap orang harus menjadi spesialisasi untuk merealisasikan tujuan yayasan pendidikan tersebut. Dalam upaya realisasi ini, terdapat orang yang hanya, secara relatif, dapat menguasai ilmu dan spesialisasi tertentu untuk merealisasi tujuan ini. Keberadaan para nabi dan wali Allah juga merupakan sebaik-baik obyek dan ekstensi (mishdâq) untuk merealisasi tujuan pamungkas dalam penciptaan manusia.
Saksi-saksi Yehuwa (Jehovah's Witnesses) adalah sebuah firkah yang terdapat dalam ajaran Kristen yang melakukan aktifitas di pelbagai penjuru dunia. Sejauh ini, mengikut data statistik, terdapat kurang lebih 13 juta orang yang menjadi anggota firkah ini. Sentral kegiatan mereka terletak di Amerika. Mereka melakukan kegiatan dalam ragam bentuk di belahan dunia lainnya termasuk Iran. Pendiri firkah Yehuwa ini adalah Pastor Charles Taze Russel yang mendirikan firkah ini pada tahun 1980 M.
Mereka secara luas menggunakan rahib perempuan. Salah satu media penting mereka adalah membentuk gereja-gereja rumah (home churching). Aktifitas mereka kian hari kian bertambah pesat. Salah satu tujuan mereka adalah menunjukkan pelbagai daya tarik Kristen berupa perdamaian dan cinta kasih. Sebaliknya menampakkan wajah kekerasan dan anti perdamaian Islam. Firkah ini dengan menerbitkan sebuah buku berjudul “Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru” yang ditulis berasaskan keyakinan mereka disertai dengan fasilitas audio-visual mencoba menyentuh kalangan muda.[1]
Keyakinan-keyakinan firkah ini yang sekarang ini tertolak dan tertampik di kalangan orang-orang Kristen dapat dijumpai pada buku-buku seperti, “Kebenaran yang Membimbing kepada Hidup Kekal” dan “Kabar Baik bagi Orang-Orang dari Segala Bangsa” atau pada majalah mereka “Menara Pengawal.”
Di antara keyakinan firkah ini:
- Setan adalah kekuatan pengatur non-kasat mata dunia ini.
- Manusia tidak memiliki ruh dan tatkala meninggal maka tiada yang tersisa baginya sehingga harus hidup kembali pada hari Kiamat.
- Karena Tuhan Mahakasih maka Dia tidak dapat menghukum dan memasukkan manusia ke dalam neraka.[2]
Nampaknya pertanyaan yang diajukan adalah berkaitan dengan keyakinan mereka bahwa tujuan Tuhan menciptakan dunia ini adalah supaya manusia hidup abadi sentosa di dalamnya dan hal ini akan terwujud pada surga yang menanti setelah kehidupan dunia ini.”[3]
Pertanyaan inti yang merupakan kesimpulan dari dua pertanyaan yang diajukan adalah bahwa, dengan memperhatikan tujuan penciptaan yang disebutkan dalam al-Qur’an, (manusia dan jin beribadah kepada Tuhan) sejatinya tujuan ini tidak terealisir; karena kebanyakan manusia tidak beribadah kepada Tuhan.
Jawaban: Menurut hemat kami, dan sesuai dengan dalil-dalil rasional dan syariat, Tuhan memiliki zat dan sifat-sifat yang memiliki beberapa kemestian dan tuntutan. Di antara kemestian dan tuntutan tersebut adalah penciptaan ragam alam dan makhluk yang masing-masing merupakan manifestasi dan tajalli sifat-sifat Allah Swt. Di antara ciptaan ini, Allah Swt menciptakan sosok makhluk yang dapat menjadi jelmaan, manifestasi dan tajalli nama-nama Ilahi dan makhluk ini adalah manusia. Manusia adalah makhluk yang mampu dengan kehendak dan ikhtiarnya, melintasi jalan kebaikan dan keburukan dan dengan mematuhi Tuhan Esa dengan ilmu dan perbuatan, ia menjadi khalifah dan wakil Tuhan di muka bumi.
Nah sekarang kita harus melihat seberapa jauh manusia mampu mencapai kesempurnaan eksistensial dan merealisir tujuan ini?
Pertama, proses general umat manusia menuju kesempurnaan, manusia biasa, melintasi jalan fitrah dan apabila ia melakukan kekeliruan dan kesalahan, maka kesalahan dan kekeliruan ini lebih banyak disebabkan oleh para penguasa yang tersesat dan manusia-manusia jahat yang mendegradasikan poin-poin universal kehidupan manusia dan dengan tipuan dan kecohan mengeluarkan manusia dari rel penghambaan.
Kedua: Untuk merealisir tujuan penciptaan ini, realisasinya juga telah memadai bagi sebagian orang. Sebagaimana untuk merealisir tujuan sebuah yayasan pendidikan, tidak mesti semua orang harus menjadi spesialis. Dalam upaya realisasi ini, terdapat orang yang hanya, secara relatif, dapat menguasai ilmu dan spesialisasi tertentu untuk merealisasi tujuan ini. Keberadaan para nabi dan wali Allah juga merupakan sebaik-baik obyek dan ekstensi (mishdâq) untuk merealisasi tujuan pamungkas dalam penciptaan manusia.
Ketiga: Tindakan menyerupakan manusia dengan media tanpa kehendak dan intelegensi seperti TV adalah tindakan yang keliru. Pencipta media TV adalah manusia yang terkadang lantaran tidak mumpuninya ilmu yang dimiliki dan tidak menyeluruhnya informasi yang dikuasai membuat ia mengakui kesalahannya dalam proses perhitungan dan dalam memanfaatkan satu media khusus dan media tersebut didesain ulang untuk maksud yang baru. Namun pencipta manusia adalah Tuhan yang Mahamengetahui segala sesuatu. Dia mengetahui segala formula dan tidak melakukan kesalahan dalam mendesain ciptaan-Nya.
Boleh jadi Anda berkata lantas bagaimana dewasa ini dimana banyak orang yang tidak beribadah kepada Tuhan, sekiranya Tuhan mengetahui seluruh formula penciptaan; lantas mengapa ciptaan-Nya yaitu manusia tidak beramal terhadap tujuan penciptaan (ibadah).
Dalam menjawab pertanyaan ini harus dikatakan bahwa di samping manusia, Allah Swt menciptakan makhluk lainnya yang bernama malaikat. Malaikat sama sekali tidak pernah membantah perintah Tuhan dan senantiasa patuh dan taat kepada-Nya. Karena itu, kita saksikan apabila Allah Swt ingin menciptakan satu makhluk yang semata-mata beribadah kepada-Nya maka Tuhan telah melakukan hal itu. Tuhan ingin menciptakan satu makhluk yang di samping memiliki kebebasan dan ikhtiar, ia menyembah Tuhan dengan kebebasan dan kehendaknya. Makhluk bebas yang di samping seluruh pembangkangan dengan kebebasan penuh ia berpaling kepada-Nya dan menaati seluruh perintah-Nya. Apabila hari ini terdapat sebagian orang tidak patuh dan taat kepada Tuhan; maka hal itu merupakan hasil dari kebebasan dan ikhtiar yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia, dan tidak bertentangan dengan desain Tuhan. Dari satu sisi, apabila tudingan seluruh firkah, mazhab dan aliran kepercayaan kita letakkan sebarisan dan melihatnya dengan pandangan yang lebih tinggi bahkan hari ini masih banyak orang yang menyembah Tuhan dengan segala macam kepercayaan yang dianutnya! Benar berdasarkan ajaran-ajaran Islam, agama hak di akhir zaman adalah Islam. Namun apabila para pemeluk mazhab non-Islam tidak mendengar seruan Islam atau Islam diperkenalkan dengan buruk maka mereka dapat ditolerir dalam mengikut keyakinannya.
Hanya saja, kita juga meyakini bahwa Allah Swt menjanjikan kepada para hamba-Nya yang saleh bahwa masa depan untuk orang-orang baik dan yang berbuat kebaikan. Seluruh problematika manusia akan tuntas sebagaiman janji ini untuk seluruh agama Ilahi,
sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Qur’an, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan suatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”[4] [IQuest]
Indeks Terkait:
- Indeks: Tujuan Penciptaan, No. 4487 (Site: 4748)
- Indeks: Tujuan Penciptaan Manusia dan Semesta, No. 1052 (Site: 1268)
- Indeks: Tujuan Penciptaan Manusia, No. 6118 (Site: 6329)
[1]. Muhammad Taqi Fa’al, Âftâb wa Sâye-hâ, hal. 315.
[2]. Site Riset tentang Agama Kristen (Masih Pazyu). Untuk telaah lebih jauh silahkan Anda merujuk pada Dairat al-Ma’arif Masihiyyat (Ensiklopedia Kristen) dan site www.ngioc.com .
[3]. Wasâil al-Syi’ah, jil. 15, hal. 209, Cetakan Ali al-Bait, Tahun 1409 H
ان الله عز و جل رکب فی الملائکة عقلاً بلا شهوة و رکب من البهائم شهوة بلا عقل و رکب فی بنی آدم کلیهما فمن غلب عقله شهوته فهو خیر من الملائکة و من غلبت شهوته عقله فهو شر من البهائم.
[4]. Qs. Al-Nur [24]:55
وَعَدَ اللهُ الَّذینَ آمَنُوا مِنْکُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ لَیَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِی الْأَرْضِ کَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذینَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَهُمْ دینَهُمُ الَّذِی ارْتَضى لَهُمْ وَ لَیُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً یَعْبُدُونَنی لا یُشْرِکُونَ بی شَیْئاً وَ مَنْ کَفَرَ بَعْدَ ذلِکَ فَأُولئِکَ هُمُ الْفاسِقُونَ