Yang dimaksud dengan lisan Tuhan adalah firman Ilahi yang disampaikan Allah Swt kepada para hamba-Nya.
Tatkala Nabi Ibrahim, Nabi Musa As dan Nabi Isa As kembali dari padang Karbala terjadi sebuah peristiwa bagi masing-masing nabi Allah ini yang setelah berlangsung proses Tanya-jawab antara mereka dan Tuhan, Allah Swt berfirman, “Pembunuh Husain As adalah orang yang dilaknat penduduk bumi dan langit.” Di sini ketiga nabi tersebut masing-masing menyampaikan laknat kepada Yazid.
Rasulullah Saw juga dalam beberapa peristiwa menyampaikan laknat kepada Yazid dan laknat Rasulullah Saw pada setiap tempat dan kediaman bermakna penegasan dan banyaknya laknat yang disampaikan kepada Yazid. Demikian juga laknat-laknat yang disebutkan dalam al-Qur’an mencakup Muawiyah bin Abi Sufyan, putra dan ayahnya (Yazid dan Abu Sufyan).
Nampaknya yang dimaksud dari frase ziarah Asyura di atas, ibnu akilati al-akbad wa al-la’in bin al-la’in adalah Muawiyah karena beberapa alasan sebagai berikut:
1. Ibu Muawiyah adalah Hind yang memiliki gelar sebagai “Pemakan Hati” setelah kesyahidan Hamzah Sayid al-Syuhada.[1]
2. Gelar, al-la’in bin al-la’in adalah salah satu gelar Muawiyah dari sederetan gelar yang dimilikinya.[2]
Adapun frase, “Hadza yaumun tabarrakat bihi Banu Umayyah” yang menggunakan kata petunjuk “hadza” (ini) adalah terkait dengan hari Asyura dan boleh jadi yang dimaksud dengan redaksi, “Ibnu Akilat al-Akbad wa al-la’in ibnu al-la’in” adalah Yazid.
Dengan menjelaskan pendahuluan ini kami akan menjawab pokok pertanyaan Anda.
Terang bahwa yang dimaksud dengan lisan Ilahi adalah firman Ilahi yang disampaikan Allah Swt kepada para hamba-Nya.[3] Namun harap diperhatikan bahwa tidak semua manusia memiliki kelayakan untuk menjadi obyek wicara Allah Swt. Umumnya pesan-pesan Ilahi disampaikan melalui jalur para nabi dan kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka.
Demikian juga terkhusus penyampaian laknat Ilahi kepada Yazid dijelaskan dalam beberapa bentuk di antaranya disampaikan oleh para nabi As dan al-Qur’an. Penyampaian laknat para nabi kepada Yazid disebutkan secara jelas nama Yazid namun laknat melalui jalur al-Qur’an[4] disebutkan dalam bentuk universal yang mencakup Yazid di dalamnya.
Harap diingat bahwa laknat yang disampaikan Allah Swt bermakna terjauhnya mereka dari rahmat Ilahi.[5]
Laknat Sebagian Nabi As kepada Yazid
Yazid bin Muawiyah mendapatkan laknat dan kutukan oleh para nabi besar di antaranya adalah para nabi ulul azmi. Di sini kita akan mengutip sebuah riwayat yang menyebutkan laknat para nabi kepada Yazid:
Suatu hari Nabi Ibrahim As melintasi padang Karbala. Tiba-tiba kudanya tersungkur ke tanah dan kepalanya terluka. Nabi Ibrahim beristighfar dan berkata, “Tuhanku! Dosa apa gerangan yang telah aku lakukan?” Jibril pun turun dan berkata, “Tidak. Engkau sama sekali tidak melakukan dosa. Namun di tempat ini, putra nabi terakhir dan khalifahnya akan terbunuh dan darahmu telah mengucur sebagai tanda simpati kepadanya.” Nabi Ibrahim As bertanya, “Siapakah pembunuhnya?” Jibril menjawab, “Seseorang yang mendapatkan laknat dari seluruh penduduk langit dan bumi.” Kemudian Nabi Ibrahim mengangkat kedua tangannya dan menyampaikan laknat kepada Yazid.[6]
Laknat Rasulullah Saw kepada Yazid
Rasulullah Saw dalam sebuah perjalanan berhenti di suatu tempat dan berkata, “Inna lilLâhi wa Innâ ilaihi râji’un.” Nampak oleh orang-orang bahwa Rasulullah Saw menangis. Mereka kemudian bertanya ihwal mengapa beliau menangis. Rasulullah Saw berkata, “Sekarang ini Jibril mengabarkan kepadaku tentang sebuah tempat di tepi sungai Furat yang bernama Karbala dan putraku Husain akan terbunuh di tempat itu.” Orang-orang bertanya lagi, “Ya Rasulullah! Siapakah yang akan membunuhnya?” Rasulullah Saw menjawab, “Seseorang yang bernama Yazid. Semoga Allah Swt melaknatnya.”[7]
Shafiyyah putri Abdul Mutthalib berkata, “Tatkala Husain lahir, aku menyerahkannya kepada Rasulullah Saw dan beliau meletakkan lidahnya di mulut Husain dan Husain pun mengisapnya. Rasulullah Saw mengecup di antara dua matanya. Kemudian beliau menyerahkan Husain kepadaku dan berkata, “Wahai putraku! Semoga Allah melaknat orang yang membunuhmu.” Shafiyyah bertanya, “Semoga ayah dan ibuku menjadi tebusanmu! Siapakah yang kelak akan membunuhnya?” Rasulullah Saw bersabda, “Sekelompok pemberontak dan pembangkang Bani Umayyah. (Semoga Allah Swt melaknat mereka).[8]
Dalam beberapa ayat al-Qur’an terdapat beberapa laknat yang disampaikan kepada beberapa kelompok orang dan sesuai dengan beberapa riwayat Syiah dan Sunni, salah satu obyek (mishdâq) kelompok ini adalah Bani Umayyah dan Yazid juga berasal dari Bani Umayah.
Syajarah mal’unah (pohon terkutuk) yang disebutkan pada surah al-Isra ayat 60[9] terkait dengan tidur apakah gerangan ini dan siapakah yang dimaksud dengan pohon yang dilaknat pada ayat tersebut? Dalam hal ini terdapat beberapa pendapat yang disampaikan ulama.[10] Sekelompok penafisr Syiah dan Sunni berkata, “Mimpi yang dialami Rasulullah Saw adalah mimpi para kera yang duduk di mimbar Rasulullah Saw dan membasahinya. Pohon yang dilaknat adalah Bani Umayah yang duduk secara bergantian di kursi khilafah Rasulullah Saw.”[11]
Syajarah Khabitsah (pohon buruk) [12] adalah keyakinan kepada kekufuran dan kesyirikan yang tidak mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Akarnya tidak menghujam ke bumi. Imam Baqir As bersabda, “Pohon ini mengisahkan kondisi Bani Umayyah.”[13]
Orang-orang yang menyakiti Allah Swt dan Rasul-Nya mendapatkan laknat di dunia dan akhirat.[14] Dan sesuai dengan riwayat Syiah dan Sunni, barang siapa yang menyakiti Ahlulbait As sama dengan menyakiti Allah Swt dan Rasul-Nya.[15] Orang-orang yang tidak bersyukur kepada nikmat Ilahi maka mereka akan menghabisi kaumnnya dan bangsanya sendiri.[16]
Sesuai dengan riwayat Syiah dan Sunni mereka ini adalah dua kaum dari suku Quraisy; yaitu Bani Umayah dan Bani Makzhum.[17]
Sesuai dengan riwayat Syiah dan Sunni, Bani Umayah tidak mendapatkan keutamaan malam Qadar dan sebagai gantinya mereka menikmati pemerintahan rampasan selama seribu bulan di dunia.[18]
Dalam al-Qur’an terdapat banyak titel-titel yang mendapat laknat. Seperti laknat ke atas para zalim,[19] orang-orang kafir[20] dan seseorang yang dengan sengaja membunuh seorang mukmin[21] dan seterusnya[22] dimana titel-titel ini dapat dicocokkan dengan sosok bengis Yazid.[23]
Dengan menyaksikan meski secara selintasan dan permukaan terhadap kejahatan-kejahatan Yazid dan bagaimana proses kesyahidan Imam Husain As beserta para sahabatnya. Demikian juga dengan menimbang kedudukan Imam Husain As dan kedudukannya sebagai pewaris para nabi Ilahi maka kita dapat menjelaskan bahwa tidak ada satu pun hal yang berkenaan dengan laknat dalam al-Qur’an yang tidak mencakup Yazid.
Kekejian dan kenistaan perbuatan Yazid sedemikian sehingga dalam sejarah umat manusia tiada manusia yang mendapatkan laknat sedemikian rupa setelah Setan. Seseorang yang sesuai dengan riwayat, seluruh makhluk di darat, laut dan udara seluruhnya memberikan laknat kepadanya.
Adapun terkait dengan makna laknat di setiap tempat dan kediaman maka harus dikatakan bahwa:
1. Terdapat kemungkinan bahwa hal ini bermakna penegasan dan banyaknya laknat yang disampaikan kepada Yazid.
2. Laknat dengan bahasa tubuh (hâl), tidak hanya tidak mencakup bahasa lisan dan ucapan, mengingat bahwa Rasulullah Saw dalam kondisi seperti itu yang melakukan tabligh agama, menyampaikan laknat dengan bahasa tubuh kepada orang-orang yang menghalanginya berdakwah dan Yazid juga pada hakikatnya adalah penghalang terlaksananya agama dan karena itu ia mendapat laknat dengan bahasa tubuh Rasulullah Saw.[24] [IQuest]
[1]. Ibnu Atsir, Usd al-Ghâbah, jil. 7, hal. 281. Al-Nizâ’ wa al-Tahkâshum, hal. 49. Ibnu Atsir, al-Kâmil fi al-Târikh, jil. 2, hal. 251. Sesuai dengan nukilan dari Madrasah-ye ‘Isyq, hal. 381, Majid Haidari Far, Zâir-e Qum. Dan kitab Barrasi-ye wa Tahlil Pairamun Ziyârat-e ‘Âsyurâ, hal. 241, Hasan Asadi, Nasyir Adine Sabz.
[2]. Allamah Amini, al-Ghadir, jil. 10, hal. 83, 156 dan 158, sesuai nukilan dari Madrasah-ye ‘Isyq, hal. 385.
[3]. Terkadang melalui turunnya malaikat wahyu dan terkadang melalui ilham kepada hati dan terkadang melalui terdengarnya suara, Allah Swt menciptakan gelombang suara dan melalui cara seperti ini berbicara dengan nabi-Nya. Nabi yang mendapatkan keutamaan ini adalah Nabi Musa bin Imran yang terkadang gelombang suara didengar dari “pohon Wadi Aiman” dan terkadang di “Bukit Thur”. Karena itu Nabi Musa mendapatkan gelar sebagai Kalimullah. Silahkan lihat, Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 4, hal. 212, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1374 S.
[4]. Mengingat bahwa al-Qur’an merupakan kitab petunjuk abadi ia menjelaskan hal-hal secara universal kalau tidak demikian apabila al-Qur’an ingin menjelaskan hal-hal partikular maka menyebutkan orang-orang yang mendapatkan laknat saja sepanjang sejarah umat manusia akan mencapai beberapa jilid buku. Dan karena para nabi dan washi termasuk para penafsir firman Allah maka mereka menjelaskan hal-hal dan obyek-obyek universal al-Qur’an.
[5]. Allamah Thabathabai, terjemahan Persia Tafsir al-Mizan, jil. 16, hal. 521, penerjemah Sayid Muhammad Baqir Musawi Hamadani, Daftar-e Intisyarat-e Islami Jami’a Mudarrisin, Hauzah Ilmiah Qum, Qum, 1374 S, Cetakan Kelima.
[6]. Bihâr al-Anwâr, jil. 58, hal. 243 dan 245, nukilan dari Madrasah-ye ‘Isyq, hal. 281.
[7]. Al-Luhûf fi Qatli al-Thufûf, hal. 16, Sayid Ibnu Thawus, nukilan dari Madrasah-ye ‘Isyq, hal. 284.
[8]. Bihâr al-Anwâr, jil. 43, hal. 243, al-Maktabat al-Islamiyah, ibid, hal. 246.
[9]. “Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan kepadamu, “Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi seluruh manusia. Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al-Qur’an. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.” (Qs. Al-Isra [17]:60)
[10]. Al-Mizân, jil. 13, hal. 136, Muassasah Mathbu’at Ismailiyan.
[11]. Nasir Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 12, hal. 171, Cetakan Kesembilan Belas, Nasyir Dar al-Kutub al-Islamiyah. Fakhr al-Razi, Tafsir Kabir, jil. 2, hal. 237. Tafsir Qurthubi, jil. 6, hal. 3902.
[12]. “Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.” (Qs. Al-Ibrahim [14]:26)
[13]. Nur al-Tsaqalain, jil. 2, hal. 538, sesuai nukilan dari Tafsir Nemune, jil. 12, hal. 174.
[14]. “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (Qs. Al-Ahzab [33]:57)
[15] . Shahih Bukhâri, jil. 3, Hadis 3509, 3541, 1361 dan 1370, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Bukhari, Dar Ibnu Katsir, Cetakan Kelima, Damsyq. Nukilan dari Barrasi wa Tahlil az Ziyarat-e Asyura, hal. 113.
[16]. “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan. yaitu neraka Jahanam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (Qs. Ibrahim [14]:28-29)
[17]. Abu Ishaq Ahmad Tsa’labi, al-Kasyf wa al-Bayân, jil. 5, hal. 319, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, nukilan Barrasi wa Tahlil az Ziyârat-e Âsyurâ, hal. 134. Abu Nashr Muhammad bin Mas’ud bin Ayyasyi Silmi Samarqandi, al-Tafsir, jil. 2, hal. 229 nukilan dari Barrasi wa Tahlil az Ziyârat-e Âsyurâ, hal. 113.
[18]. Sunan Tirmidzi, jil. 5, Bab Tafsir al-Qur’ân, No. 3350, Abu Isa Muhammad bin Isa bin Surah, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tafsir al-Kabir, Fakhr al-Razi, jil. 32, hal. 31, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, nukilan dari Barrasi wa Tahlil az Ziyârat-e Âsyurâ, hal. 135.
[19] . “Dan penghuni-penghuni surga menyeru penghuni-penghuni neraka (seraya berkata), “Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Lalu apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhanmu menjanjikannya (kepadamu)?” Mereka (penduduk neraka) menjawab, “Betul.” Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu, “Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-A’raf [7]:44); “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka (pada hari kiamat) dan para saksi (para nabi dan malaikat) akan berkata, “Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka. Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim.” (Qs. Hud [11]:18); (yaitu) hari yang tiada berguna bagi orang-orang zalim permintaan maaf mereka dan bagi merekalah laknat dan tempat tinggal yang buruk. (Qs. Ghafir [40]:52)
[20]. “Sesungguhnya Allah melaknat orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka).” (Qs. Al-Ahzab [33]:64); “Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Isra’il melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.” (Qs. Al-Maidah [5]:78); “Maka setelah datang kepada mereka kitab (dan kenabian) yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.” (Qs. Al-Baqarah [2]:89)
[21]. “Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (Qs. Al-Nisa [4]:93)
[22]. “Maka Setelah datang kepada mereka kitab (dan kenabian) yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.” (Qs. Al-Baqarah [2]:89); “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang tidak tahu menahu (tentang dosa) lagi beriman (berbuat zina), mereka terlaknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar.” (Qs. Al-Nur [24]:23)
[23]. Silahkan lihat, Bihâr al-Anwâr, jil. 43, hal. 243. Bihâr al-Anwâr, jil. 44, hal. 250 nukilan dari Madrasah-ye Isyq, hal. 409.
[24]. Barrasi wa Tahlil az Ziyârat-e Âsyurâ, hal. 246.