Sebagian riwayat menegasan poin ini bahwa bahasa Arab merupakan bahasa pilihan Tuhan. Terlepas dari kebenaran dan kesalahan riwayat-riwayat ini, pelbagai tipologi khas dan kemampuan bahasa Arab dalam mentransformasi pelbagai konsep dan makna merupakan beberapa dalil atas masalah ini.
Dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa:
1. Penduduk surga bertutur kata dengan bahasa Arab[1] dan para bidadari Surga juga berkata-kata dengan menggunakan bahasa Arab.[2]
2. Diriwayatkan dari Rasulullah Saw: “Saya mencintai bahasa Arab disebabkan karena tiga hal: Pertama bahwa saya sendiri adalah orang berkebangsaan Arab. Kedua bahwa al-Qur’an dalam bahasa Arab. Ketiga, bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab.”[3]
3. Diriwayatkan dari Imam Shadiq As dari ayahnya, “Allah Swt tidak berkata-kata dengan para nabi kecuali dengan bahasa Arab.”[4]
4. Bahasa Arab adalah bahasa Allah Swt[5] dan Allahlah yang menjadikannya superior atas bahasa-bahasa lain.[6]
5. Demikian juga pada permulaan penciptaan alam semesta, Nabi Adam adalah orang yang berkebangsaan Arab namun setelah ia membangkang dan memakan buah terlarang, Allah Swt menafikan surga dan segala nikmatnya dari Nabi Adam dan menjadikan bumi dan ladangnya sebagai gantinya. Allah Swt mengambil bahasa Arab darinya dan menggantikannya dengan bahasa Suryani.[7] Kemudian orang yang pertama kali berkata-kata dengan bahasa Arab adalah Nabi Ismail.[8] Nabi Yusuf pada perjumpaannya pertama kali dengan Raja Mesir menyampaikan salam dalam bahasa Arab.[9] Nabi Sulaiman menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa ibadahnya[10] demikian juga dikatakan bahwa para perdana menteri Imam Mahdi yang nota-bene bukan berbangsa Arab akan bercakap-cakap dalam bahasa Arab.[11]
6. Bahasa ini telah menjelma sebagai bahasa suci dalam kebanyakan ibadah dan sebagian transaksi Islam. Dalam Islam, azan dan iqamah, salat dan talbiyah haji dan umrah dinyatakan dalam bahasa Arab. Seluruh kaum Muslimin memiliki kewajiban untuk mempelajari bahasa Arab. Al-Qur’an juga dibacakan dalam bahasa Arab dan teks-teks doa, ziarah dan tasbih-tasbih dinyatakan dalam bahasa Arab. Akidah-akidah Islam juga dibacakan (talqin) kepada mayit dalam bahasa Arab. Pada sebagian transaksi fikih Islam juga terkait dengan persyaratan harusnya dinyatakan dalam bahasa Arab atau tiadanya persyaratan juga menjadi pembahasan. Dan persyaratannya dapat memiliki derajat; misalnya dengan adanya perbedaan fatwa para fakih tentang keharusan membaca akad pernikahan dan talak dan formula ini apabila memungkinkan harus dinyatakan dalam bahasa Arab. Meski sahnya akad adalah dengan niat dan bukan dengan bahasa. Namun dalam akad-akad penting seperti pernikahan dan talak, karena ada hubungan Ilahiah di dalanya, karena itu dalam hal ini akad harus dibacakan dan akad tersebut harus dalam bahasa Arab.[12]
Hadis-hadis ini, terlepas dari kajian sanad dan apakah keluar dari lisan para maksum As atau tidak? mengisahkan dan menandaskan bahwa bahasa Arab adalah bahasa pilihan. Namun harus diperhatikan bahwa pertama, volume hadis-hadis seperti ini dapat membuat kita tidak lagi memerlukan pengkajian sanad. Kedua, untuk menerima masalah ini maka bukan suatu hal yang mustahil, lantaran dalil rasional dan referensial juga tidak menolak masalah ini.
Bagaimanapun, bahasa Arab adalah bahasa al-Qur’an. Tuhan untuk mentransformasi pesan abadi dan generalnya telah memilih bahasa ini. Pelbagai tipologi khusus dan kemampuan bahasa Arab dalam mentransformasi pelbagai konsep dan makna dapat menjadi dalil pilihan Tuhan atas bahasa ini.[13] Berdasarkan hal itu, bahasa Arab yang merupakan bahasa al-Qur’an merupakan bentuk kemurahan Allah Swt yang mengemuka pada sebelas ayat dalam al-Qur’an. [IQuest]
Indeks Terkait:
1. Bahasa Arab dan Ibadah-ibadah, Pertanyaan 5693 (Site: 5927).
2. Kesempurnaan Bahasa Arab, Pertanyaan 2480 (Site: 2621)
[1]. Bihâr al-Anwâr, Allamah Majlisi, jil. 11, hal. 56. Bihâr al-Anwâr, jil. 8, hal. 218 dan 286; jil. 10, hal. 81, Muassasah al-Wafa, Beirut, 1404 H.
[2]. Ibid, jil. 8, hal. 134.
[3]. Tafsir Majma al-Bayân, Aminuddin Thabarsi, jil. 2, hal. 206, Beirut, Dar al-Ihya al-Turats, al-‘Arabi.
[4]. Bihâr al-Anwâr, Allamah Majlisi, jil. 16, hal. 134 dan jil. 18, hal. 263.
«ما أنزل الله تبارک و تعالی کتاباً و لا وحیاً إلا بالعربیه؛ فکان یقع فی مسامع ألانبیا بألسنه قومهم و کان یقع فی مسامع نبینا (ص) بالعربیه».
[5]. Bihâr al-Anwâr, Allamah Majlisi, jil. 1, hal. 212 dan jil. 76, hal. 127.
، «تعلموا العربیه فإنها کلام الله الذی یکلم به خلقه»
Bihar al-Anwar, jil. 11, hal. 42
«الوحی ینزل من عند الله عزوجل بالعربیه فاذا أتی نبیا من الانبیا إتاه بلسان قومه».
[6]. Ibid, jil. 25, hal. 29.
[7]. Ibid, jil. 11, hal. 56.
«کان لسان آدم العربیه و هی لسان اهل الجنه. فلما عصی ربه أبدله بالجنه و نعیمها الارض و الحرث و بلسان العربیه السریانیه».
[8]. Ibid, jil. 12, hal. 87.
[9] . Ibid, jil. 12, hal. 294.
[10]. Ibid, jil. 14, hal. 112. Ibid, jil. 27, hal. 9 dan jil. 38, hal. 58 dan 59. Nabi Musa As matan berikut ini adalah isyarah bahwa maarif Islam seluruhnya adalah berbahasa Arab yang terukir pada sebuah batu yang berbahasa Ibrani yang ditemukan pasca kemunculan Islam dengan terjemahan sebagai berikut:
باسمک اللهم جاء الحق من ربک بلسان عربی مبین لا اله الا الله، محمد رسول الله، علی ولی الله و کتب موسی بن عمران بیده.
[11]. Futuhât al-Makkiyah, Muhyiddin bin Arabi, bab 366.
[12]. Silahkan lihat, Arabi, Nemune-ye az Zaban-e Muqaddas, Husain Taufiqi, Fashl Name, Haft Aseman, No. 27.
[13]. Menurut para ahli bahasa, bahasa Arab merupakan bahasa yang paling sempurna di antara seluruh bahasa yang dapat menjelaskan konsep-konsep dan masalah-masalah mendalam dan luas dalam bentuk-bentuk indah dan singkat. Silahkan lihat al-Mizân, jil. 4, hal. 160. Tafsir Nemune, jil. 9, hal. 300 dan jil. 13, hal. 311; jil. 21, hal. 8. Pâsukh-e be Pursesy-hâ-ye Madzhabi Ayatullâh Makârim Syirazi wa Ayatullâh Subhâni, hal. 293.