Untuk menjelaskan jawaban atas pertanyaan ini kiranya kita perlu menyebutkan beberapa poin penting sebagai berikut:
1. Pengalaman sejarah terhadap pelbagai jenis penghinaan:
Penghinaan terhadap para nabi As dan Nabi Islam Muhammad Saw bukan merupakan yang baru, melainkan memiliki rentetan pengalaman sejarah yang panjang sebagaimana yang diungkapkan al-Qur’an dengan pelbagai penjelasan:
A. Penghinaan yang termasuk jenis pelecehan dan olok-olok: “Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tidak datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.” (Qs. Yasin [36]:30)[1]
B. Penghinaan yang termasuk jenis tudingan dan tuduhan: “Demikianlah, tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan, “Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila. Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu? Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.” (Qs. Al-Dzariyat [51]:52-53)[2]
C. Memandang perbuatan nabi sebagai sihir, dusta, tidak berakal.[3]
Akan tetapi protes dan penghinaan terhadap para nabi As dan Nabi Muhammad Saw tidak terkhusus terkait dengan hal-hal yang telah disebutkan di atas dan dalam bentuk yang lain juga telah dijelaskan. Misalnya mengapa Tuhan tidak berkata-kata dengan kami? Mengapa mukjizat tidak terjadi di tangan kita? Mengapa Tuhan tidak mengutus malaikat kepada kami? Mengapa nabi sebagaimana manusia tetap mencari mata pencarian hidup pasar? Dan sebagainya.[4]
2. Faktor-faktor Pemikiran dan Kejiwaan yang melatari Pelbagai Penghinaan ini:
Al-Qur’an menyandarkan penghinaan para nabi As dan Nabi Muhammad Saw ini pada orang-orang kafir, orang-orang ingkar, para penjahat dan orang-orang bodoh.[5] Dan demikianlah yang disaksikan dewasa ini. Yaitu apabila kita menyaksikan penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw pada masyarakat Barat dewasa ini, perbuatan ini dilontarkan oleh media-media yang dikelolah oleh kaum arogan dunia dan Zionis. Dalil-dalil adanya jenis penghinaan ini, dengan melongok sejenak pada kehidupan para nabi As dan Nabi Muhammad Saw serta kehidupan orang-orang kafir, para tiran dan tuan-tuannya akan menjadi jelas dengan memperhatikan beberapa poin berikut ini:
A. Para nabi As menyeru orang-orang untuk menyembah Allah Swt, mengenal kebenaran, mencari kebenaran dan menyembah kebenaran,[6] sementara para pemimpin kafir, orang-orang yang menyombongkan diri dan para tiran mengajak masyarakat kepadanya hingga pada batasan memandang diri mereka sebagai tuhan.[7]
B. Para nabi As senantiasa berada pada tataran menyebarkan keadilan,[8] namun para pemimpin kafir dan para tiran memberikan izin kepada diri mereka sendiri untuk menguasai dan memanfaatkan hak-hak dan harta kepunyaan masyarakat.[9]
C. Para nabi As merupakan teladan nilai-nilai agama dan kemanusiaan. Mereka berada pada tataran untuk menghidupkan nilai-nilai tersebut,[10] namun para pemimpin kafir dan para tiran berada pada tataran menyebarkan kezaliman dan kejahatan di tengah masyarakat.[11]
D. Para nabi As senantiasa merasa risau, menginginkan kebaikan dan bersimpati terhadap masyarakat serta berusaha untuk melayani masyarakat[12] namun para pemimpin kafir dan para tiran berada pada tataran supaya masyarakat tetap terbelakang dan melayani kepentingan pemimpin kafir dan para tiran.[13]
E. Para nabi As adalah orang-orang yang penuh toleransi dan mengajak masyarakat pada persatuan, dan pada saat yang sama penentang dominasi dan menolak untuk didominasi. Penentang tirani dan menolak untuk ditirani.[14] Namun para pemimpin kafir dan para tiran, senantiasa menyebarkan perpecahan di tengah masyarakat, memberangus para penentang dengan pelbagai jenis propaganda, tuduhan, ancaman, kekerasan, pembunuhan dan menyelewengkan agama untuk keperluan dirinya.[15]
3. Dengan menyimak hal-hal yang telah disampaikan dapat dikatakan bahwa yang menjadi tujuan para pemimpin kafir dan para tiran dewasa ini dapat disimpulkan dalam beberapa hal sebagaimana berikut ini:
A. Melawan Islam dan mengantisipasi tersebarnya kecintaan masyarakat terhadap Islam dan nabinya serta berupaya semaksimal mungkin tidak tumbuhnya kecondongan masyarakat terhadap Islam sehingga pelbagai kepentingan mereka tidak berada dalam bahaya.
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut bahwa kendati iman terhadap seluruh nabi As sebagiamana iman terhadap Nabi Muhammad Saw sebagai nabi pamungkas dalam agama Islam merupakan sebuah hal yang harus, namun Nabi Muhammad Saw memiliki tipologi unggul sebagai nabi pamungkas yang membawa agama sempurna, sebagai penghimpun seluruh agama-agama Ilahi. Di samping itu, agama yang dibawanya adalah agama yang tidak ternodai dan tidak terkontaminasi dengan pelbagai kotoran dan penyimpangan. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw tidak hanya merupakan sebuah agama hidup tetapi juga merupakan agama yang menghidupkan seluruh nabi dan agama-agama sebelumnya.
Jelas bahwa apabila beriman dan mengamalkan seluruh dimensi agama Nabi Pamungkas di dunia Islam atau dunia kemanusiaan, muncul maka tidak tersisa lagi ruang bagi penjajahan dan kejahatan di muka bumi. Dengan demikian, para tiran dewasa ini berupaya untuk memadamkan cahaya ini padahal sejarah merupakan sebaik-baik saksi atas kenyataan bahwa meski dengan segala upaya pemadaman ini berlangsung namun orang yang paling dicintai oleh seluruh manusia adalah Nabi Muhammad Saw. “Katakanlah, “Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan dapat memulai dan tidak (pula) akan dapat memperbaharui (sesuatu).” (Qs. Saba [34]:49); “Dan katakanlah, “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.”(Qs. Al-Isra [17]:81)
B. Penyimpangan pikiran masyarakat dan umat dari kekalahan proyek politik dan militer di Timur-Tengah khususnya di hadapan perlawanan masyarakat Palestina dan Hizbullah Libanon dan upaya untuk menutup-nutupi kekalahan ini, konspirasi dan plot politik ini.. sehingga sebagai akibat dari penyimpangan pikiran umum ini, mereka dapat lebih leluasa dan bebas melanjutkan politik-politik licik dan jahat mereka.
C. Ruang bagi pikiran masyarakat dunia untuk menghadapi secara totalitas pemerintahan Republik Islam Iran yang merupakan Ummu al-Qurâ dunia Islam. [IQuest]
[1]. Demikian juga silahkan lihat, “Dan tidak seorang nabi pun datang kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.” (Qs. Al-Zukhruf [43]:7); “Dan tidak datang seorang rasul pun kepada mereka, melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.” (Qs. Al-Hijr [15]:11); “Dan apabila orang-orang kafir itu melihatmu, mereka hanya membuat kamu menjadi bahan olokan. (Qs. Al-Anbiya [21]:36); “Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai bahan ejekan (dengan mengatakan), “Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul?” (Qs. Al-Furqan [25]:41)
[2]. Demikian juga silahkan lihat, (Qs. Al-Qashash [28]:25); (Qs. Al-Mukminun [23]:25); (Qs. Al-A’raf [7]:6 & 27); (Qs. Al-Syu’ara [26]:39); (Qs. Al-Dzariyat [51]:66); (Qs. Al-Hijr [15]:51); (Qs. Al-Qalam [68]:14); (Qs. Al-Dukhan [44]:36); (Qs. Shaffat [37]:36); (Qs. Al-Anbiya [21]:30); (Qs. Thur [52]:29 & 47); (Qs. Al-Isra [17]:47); (Qs. Al-Haqqah [69]:40-41); (Qs. Yasin [36]:69) dan banyak ayat-ayat lainnya.
[3]. Katakanlah, “Sesungguhnya telah datang kepadamu beberapa orang rasul sebelumku, membawa keterangan-keterangan yang nyata dan membawa apa yang kamu sebutkan, maka mengapa kamu membunuh mereka jika kamu orang-orang yang benar?” (Qs. Ali Imran [3]:183); “Atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya harta melimpah (dari langit), atau (mengapa) ia tidak memiliki kebun, yang ia dapat makan dari (hasil)nya?” Dan orang-orang yang zalim itu berkata, “Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir.” (Qs. Al-Furqan [25]:8)
[4]. (Qs. Al-Furqan [25]:8, 21 dan 32); (Qs. Ali Imran [3]:183); (Qs. Al-Nisa [4]:153); (Qs. Al-An’am [6]:8 & 124); (Qs. Al-Zukhruf [43]:31 & 118); (Qs. Al-Hijr [15]:7); (Qs. Hud [11]:12); (Qs. Al-Ra’ad [13]:21); (Qs. Al-Ankabut [29]:50); (Qs. Yunus [10]:15); (Qs. Furqan [25]:32); (Qs. Al-Dukhan [44]:14); (Qs. Al-Isra [17]:90-93).
[5]. (Qs. Al-Furqan [25]:21-33); (Qs. Al-Anbiya [21]:36); (Qs. Al-Muthaffifin [83]:29); (Qs. Al-An’am [6]:23); (Qs. Al-Isra [17]:47); (Qs. Luqman [31]:23)
[6]. Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya al-Kitab, hikmah, dan kenabian, lalu ia berkata kepada manusia, “Hendaklah kamu menjadi hamba-hambaku, bukan hamba Allah.” Akan tetapi (sewajarnya ia berkata), “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, sebagaimana kamu selalu mengajarkan al-Kitab dan mempelajarinya” Dan (tidak wajar pula ia) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) ia menyuruhmu berbuat kekafiran setelah kamu (menganut agama) Islam?” (Qs. Ali Imran [3]:79-80); Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua tuhan selain Allah.’ Isa menjawab, “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu, ‘Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu’, dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. (Qs. Al-Maidah [5]:116-117)
[7]. “Dan Fira‘un berkata, “Hai para pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta.” (Qs. Al-Qashash [28]:38); “Kepada Fira‘un dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takabur dan mereka adalah orang-orang yang sombong. Dan mereka berkata, “Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Isra’il) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?” (Qs. Al-Mukminun [23]:46-47)
[8]. “Sesungguhnya Kami telah mengutus para rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka kitab samawi dan neraca (pemisah yang hak dan yang batil dan hukum yang adil) supaya manusia bertindak adil. Dan Kami menciptakan besi. Pada besi ini terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (supaya mereka memanfaatkannya) dan (juga) supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) dan para rasul-Nya padahal ia tidak melihat-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Qs. Al-Hadid [57]:25)
[9]. “Dan Fira‘un berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, “Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya)?” (Qs. Al-Zukhruf [43]:51)
[10]. (Qs. Al-Ahzab [33]:21); (Qs. Al-Hujurat [49]:93); (Qs. Al-Zumar [35]:9); (Qs. Al-Nisa [4]:95); (Qs. Al-Hadid [57]:10); (Qs. Al-Mumtahanah [60]:40)
[11]. (Qs. Al-Naml [27]:36); (Qs. Al-Baqarah [2]:205-206 & 49); (Qs. Ibrahim [14]:6
[12]. (Qs. Al-Taubah [9]:128); (Qs. Al-Jumu’ah [62]:2); (Qs. Al-Hud [11]:88); (Qs. Al-Kahf [18]:6); (Qs. Al-A’raf [7]:62, 68 dan 79).
[13]. “Dan Fira‘un berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, “Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya)? Bukankah aku lebih baik daripada orang yang hina dan yang tidak dapat berbicara dengan fasih ini? (Jika ia benar), mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya (demi membenarkan ucapannya)? Maka Fira‘un meremehkan kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik.” (Qs. Al-Zukhruf [43]:51-54); “Maka mereka ditimpa oleh (akibat) kejahatan perbuatan mereka dan mereka diliputi oleh azab yang selalu mereka perolok-olokkan.” (Qs. Al-Nahl [16]:34)
[14]. (Qs. Al-Syu’ara [26]:215); (Qs. Ali Imran [3]:103 & 159); (Qs. Al-Nahl [16]:125); (Qs. Al-Nisa [4]:141); (Qs. Al-Baqarah [2]:190)
[15]. (Qs. Al-Qashash [28]:4); (Qs. Thaha [20]:63-64 dan 70-71); (Qs. Al-A’raf [7]:120-124); (Qs. Al-Syu’ara [26]:46-49)