Sebagian dari kriteria psikologis masa remaja di antaranya adalah: merasakan jati diri, perubahan fisik dan psikis yang signifikan, perubahan emosi dan perasaan, perubahan sosial, perubahan moral. Di masa remaja timbul kecenderungan-kecenderungan yang saling bertentangan, yang jika tidak diarahkan dengan benar akan menimbulkan permasalahan-permasalahan psikis dan perilaku, seperti perilaku sosial abnormal, depresi, perilaku-perilaku berbahaya dan penuh kekerasan, problem pendidikan, takut akan sekolah dan rumah, dan seterusnya. Jadi, depresi adalah gangguan mental yang terkadang disebabkan oleh krisis puber, namun kebanyakan memiliki sebab lain. Begitu juga krisis puber dapat mewujudkan gangguan-gangguan psikologis lainnya selain depresi.
Bagi seorang remaja, masa remaja sebagai sebuah fase dalam kehidupan, adalah fenomena yang baru baginya. Masa remaja dimulai dari munculnya indikasi-indikasi puber dan diakhiri dengan dimulainya masa muda. Proses puber adalah salah satu dari fase-fase kehidupan manusia yang rumit namun menyenangkan dan sering kali seru bagi setiap orang. Di masa itu, seseorang tidak dianggap sebagai anak kecil, dan juga tidak bisa dianggap sebagai orang dewasa, namun seseorang yang berada di antara dua fase (masa kanak-kanak dan dewasa) itu mulai mendapatkan tanggung jawab atas perbuatan dan tingkah lakunya.
Masa remaja dan puber adalah musim seminya kehidupan. Di musim semi itu perubahan-perubahan fisik dan psikis dapat terlihat nyata. Setiap orang hanya merasakan musim semi kehidupan sebanyak satu kali saja dalam hidupnya, yang mana berbarengan dengan perubahan-perubahan fisik dan psikis. Di masa itu seorang remaja tumbuh berkembang secara cepat dan dirinya sendiri menyaksikan penyempurnaan fisik dan kekuatan badannya, begitu juga perasaan dan emosinya bergejolak dan mengalami perubahan yang mendasar.[1]
Menurut pandangan Islam, masa itu adalah masa yang sangat penting sekali. Dalam hadits-hadits maksumin dijelaskan bahwa masa itu adalah masa tujuh tahun ketiga umur anak (yakni empat belas tahun keatas). Rasulullah saw bersabda: "Anak manusia, pada usia tujuh tahun pertama hidupnya adalah tuan bagi ayah dan ibu. Dalam tujuh tahun kedua adalah orang yang mentaati ayah dan ibu. Sedang dalam tujuh tahun ketiga adalah wazir (menteri) keluarga dan penasehat ayah dan ibu."[2]
Imam Ali As berkata: "Seorang anak di tujuh tahun pertama adalah dedaunan yang harum di pohon wujud kalian; dan di tujuh tahun kedua adalah pembantu dan orang yang mentaati kalian, dan di tujuh tahun ketiga mungkin saja ia menjadi musuh yang menginginkan keburukan untuk kalian atau sahabat yang menginginkan kebaikan untuk kalian."[3]
Para orang tua dan guru harus menyadari fakta dan kenyataan berkenaan dengan kriteria dan keadaan anak-anak di masa-masa itu serta berupaya untuk memahami lebih dalam kebutuhan-kebutuhan psikis mereka supaya anak-anak dapat melewati masa remaja yang sulit tersebut dengan resiko yang minim. Rasulullah saw bersabda: "Rahmat Allah untuk ayah dan ibu yang membantu anaknya dengan cara mendidiknya untuk berbuat baik kepada orang tua."[4]
Beberapa kriteria-kriteria psikologis seorang remaja di masa puber adalah:
1. Merasakan jati diri; pada masa inilah seorang remaja menemukan jati dirinya baik dari segi personal maupun sosial. Seorang remaja, dengan menggunakan pengalaman-pengalaman masa lalunya dan menerima perubahan masa puber, berusaha untuk memperbaharui jati diri. Sikap-sikap seperti pertentangan, permusuhan, menentang pemikiran dan kekuatan serta ikut campur orang lain adalah bagian dari proses fiksasi atau penanaman jati diri yang kuat dan usaha untuk membedakan diri dengan selainnya.[5]
Maurice Debs berkata: "Penanaman jati diri pada mereka adalah perkara alami. Terkadang hal itu menimbulkan pertentangan antara diri mereka dengan lingkungan di mana mereka hidup; dan hal ini timbul dengan berbagai macam pola pada setiap remaja."[6]
Alhasil jika kondisi tersebut tidak dipahami dan digiring dengan baik, remaja akan mengalami krisis puber; karena perubahan puber fisik dan sosial akan mengancam konsepsi terhadap badan dan jati diri seorang remaja.
2. Perubahan-perubahan pesat yang nyata pada fisik, kejiwaan dan seksualitas; di masa ini seorang remaja mengalami perubahan secara mendadak pada kondisi fisiknya, pertentangan-pertentangan psikis, dan lain sebagainya yang menyebabkan kegelisahan bagi dirinya.
3. Perubahan emosi dan perasaan; meskipun hal ini juga dapat disaksikan pada remaja-remaja lelaki, namun pada remaja perempuan jauh lebih nampak, karena mereka memiliki emosi dan perasaan yang lebih kompleks dan tak terduga (seperti mudah tersakiti, gelisah, takut, malu, berangan-angan, menyendiri, introspeksi, narsisisme, merias diri, ingin tampil, cinta dan persahabatan, amarah, infleksibilitas, agresi, ingin mandiri, dan lain sebagainya). Karena sifat-sifat emosional tersebut sering kali saling bertentangan, oleh karenanya sering menimbulkan fluktuasi moral yang nyata.
4. Perubahan sosial; masa remaja adalah masa fluktuasi, aktifitas dan sikap-sikap yang emosional dalam segi interaksi sosial. Anak-anak remaja cenderung mementingkan pendapat orang yang lebih tua dari mereka, dan mereka juga selalu berusaha untuk dapat diterima oleh orang-orang dewasa dan memainkan peran penting di antara mereka.
5. Perubahan moral; masa remaja adalah masa terbentuk dan berkembangnya sifat-sifat moral yang memiliki keterkaitan erat dengan perubahan sosial serta sangat penting bagi berlangsungnya hidup sehat dan konstruktif. Biasanya sifat-sifat moral bersifat perolehan, yang mana para remaja harus bekerja keras untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu.
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan di atas, anak-anak remaja memiliki kecenderungan-kecenderungan yang saling bertentangan; misalnya, padahal mereka ingin bekumpul dengan kawan-kawannya, namun mereka juga sangat suka menyendiri. Egoisme kekanak-kanakan yang bercampur dengan kedermawanan[7] melepas mereka di suatu tempat antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang membuat mereka mengalami semacam labilitas emosi, psikis dan pemikiran, yang disebut dengan krisis puber. Krisis itu membawa seorang remaja ke dalam kondisi yang rumit dan membingungkan[8] yang membuatnya tidak tahu harus berbuat apa. Rasa tidak percaya diri dengan peran yang dimiliki membawa banyak permasalahan dan membuatnya mengalami beberapa gangguan psikis dan perilaku.
Beberapa dari macam-macam gangguan psikis dan perilaku pada remaja adalah:
1. Perilaku-perilaku abnormal sosial, seperti ketidakpatuhan, penenetangan terhadap orang tua, guru atau dokter, tidak mau ikut serta dalam acara-acara keluarga, berdebat dengan saudara dan saudarinya, mewujudkan halangan-halangan dalam proses pendidikan, dan lain sebagainya.
2. Depresi, menyendiri, melamun pada anak-anak remaja jika tidak melampaui batas adalah hal yang normal. Namun jika tidak perlu ditangani sebagai gangguan depresi.
Yang dimaksud dengan depresi adalah kondisi psikis tertentu yang bersamaan dengan munculnya indikasi-indikasi seperti kesedihan, tangisan yang sering, tidak dapat menikmati hal-hal yang seharusnya nikmat yang mana dalam seminggu terjadi lebih dari tiga kali dan tiap kalinya lebih dari tiga jam dalam kehidupan anak remaja. Depresi dapat ditangani dengan mengamalkan ajaran-ajaran agama, konsultasi, dan terapi tertentu baik menggunakan obat-obatan maupun tidak. Untuk mendapatkan informasi lebih jauh tentang depresi, kami persilahkan Anda untuk merujuk ke pertanyaan No. 5106 (Site:5396) (Tanda-tanda Depresi Remaja dan Penanggulangannya).
3. Perilaku anarki, penuh kekerasan dan bahaya, yang mana dapat menjadi lebih parang dengan dikonsumsinya obat-obatan terlarang, dan berakibat pada kemiskinan, bunuh diri, khususnya bagi remaja lelaki.
4. Problem pendidikan; kesusahan-kesusahan psikis atau lingkungan adalah sarana munculnya gangguan ini; contoh-contohnya seperti takut sekolah, lari dari sekolah, tidak naik kelas, dan lain sebagainya.
5. Takut rumah; lari dari rumah adalah tanda tekanan lingkungan, perilaku buruk, dan gangguan kejiwaan remaja. Perilaku yang tepat dan sikap yang benar remaja dalam menyelesaikan masalah dapat mencegah timbulnya gangguan ini.
6. Penyakit-penyakit kronis kejiwaan, seperti pikosis, skizofernia, dapat terlihat pada tekanan-tekanan emosional. Biasanya kegilaan di usia dewasa didahului oleh permasalahan yang sama di masa remaja.[9]
Oleh karena itu depresi adalah salah satu dari gangguan-gangguan kejiwaan yang terkadang muncul karena krisis puber dan terkadang juga dikarenakan faktor-faktor lainnya. Sebagaimana krisis puber juga tidak hanya menimbulkan depresi saja, bisa jadi menimbulkan masalah-masalah serius lainnya yang perlu diperhatikan dan ditanggulangi.[iQuest]
[1]. Ali Qaemi, Syenâkht--e Hidâyat wa Tarbiat-e Nojawânân wa Jawânân, hal. 42 dan 103, Cetakan Kelima, Nasy Amiri, Tehran, 1363 H.
[2]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 1, hal. 95, Muassasah al-Wafa', Beirut.
[3]. Ibnu Abil Hadid Mu'tazili, Syarh Nahj al-Balâghah, jil. 20, hal. 343, Hadits 937, Cap Kitabkhane Ayatullah Mar'asyi Qom, 1404 H.
[4]. Kulaini, al-Kâfi, jil. 6, hal. 48, cetakan keempat, Darul Kutub Islami, Tehran, 1365 H.
[5]. Ahmad Ahmadi, Rawân Syinâsi Nujawân wa Jawânân, jil. 4, hal. 28, Masy'al Isfahan, 1372 H.
[6]. Maurice Debs, Ceh Midânam Bolugh, hal. 82 dan 88; Lihat juga, Guftar-e Falsafi, Muhammad Taqi Falsafi, jil. 1, hal. 402 dan 406, Nashr-e Ma'aref Teheran, 1344 H.
[7]. Ahmad Ahmadi, Rawân Syinâsi Nujawân wa Jawânân, jil. 4, hal. 17.
[8]. Harris Lemz and et al, Rawes-hâye Taqwiyat e Ezzat-e Nafs dar Nujawânân, Alipur, Parvin, jil. 3, hal. 21, Astan e Qods Razavi Mashhad, 1380 H.
[9]. Weblog spesialisasi para konsultan Syahid Beheshti.