Ringkasan Pertanyaan
Apa penafsiran dan pahala (membaca) surah al-Fil (105)?
Pertanyaan
Apa penafsiran dan pahala (membaca) surah al-Fil (105)?
Jawaban Global
Rasulullah Saw dan umat Muslim di lingkungan Mekkah, hidup dalam kondisi minoritas. Orang-orang Musyrik lantaran keyakinan yang mereka miliki menekan dan mengganggu mereka. Allah Swt dalam kebanyakan ayat disebutkan menolong Rasulullah Saw dan umat Muslim serta memperingatkan orang-orang musyrik atas perbuatan-perbuatan mereka.
Surah al-Fil (105) pada hakikatnya menjelaskan sebuah peristiwa sejarah yang ingin memberikan kemantapan hati dan pengumuman bantuan kepada Rasulullah Saw, bahwa Abraha dan pasukan gajah yang bermaksud berperang dengan Tuhan dan menghancurkan Ka’bah, akan binasa dengan mukjizat Ilahi dan kini engkau wahai Rasulullah lebih mulia dari Ka’bah bagi kami, ketahuilah bahwa engkau juga akan dibantu dan para penentangmu akan mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatan-perbuatan mereka.
Surah al-Fil (105) pada hakikatnya menjelaskan sebuah peristiwa sejarah yang ingin memberikan kemantapan hati dan pengumuman bantuan kepada Rasulullah Saw, bahwa Abraha dan pasukan gajah yang bermaksud berperang dengan Tuhan dan menghancurkan Ka’bah, akan binasa dengan mukjizat Ilahi dan kini engkau wahai Rasulullah lebih mulia dari Ka’bah bagi kami, ketahuilah bahwa engkau juga akan dibantu dan para penentangmu akan mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatan-perbuatan mereka.
Jawaban Detil
Surah al-Fil adalah salah satu surah Makkiyah.[1] Surah ini menjelaskan tentang mukjizat Ilahi dalam menjaga Ka’bah serta kehancuran bala tentara Abraha. Abraha panglima bala tentara ingin menghancurkan Ka’bah dan pada hakikatnya menyatakan perang melawan Tuhannya Ka’bah namun Tuhan membinasakan mereka dengan perantara batu-batu kerikil yang dibawa oleh burung-burung kecil di paruhnya.[2]
Dalam sebagian literatur, Imam Sajjad ditanya ihwal sebab turunnya yang akan dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
“Abu Thalib berkata kepada Rasulullah Saw, ‘Wahai anak saudaraku! Apakah engkau diutus untuk semua orang atau hanya terbatas untuk kaummu sendiri?’ Rasulullah Saw menjawab, ‘Tidak, saya diutus untuk semua orang; semenjak orang putih dan hitam, Arab dan Ajam, demi Dia yang jiwaku di tangan-Nya, saya menyeru seluruh manusia, hitam dan putih, kepada ajaran ini dan mengajak seluruh orang-orang orang-orang yang tinggal di puncak gunung dan di tepi lautan kepada ajaran ini. Saya berdakwah untuk seluruh orang Persia dan Roma.’”
Tuturan dan ucapan Rasulullah Saw terdengar oleh orang-orang Quraisy dan membuat mereka takjub dan terpengarah. Mereka berkata kepada Abu Thalib, “Tidakkah engkau mendengar apa yang disampaikan oleh putra saudaramu? Demi Tuhan! Apabila orang-orang Persia dan Roma mendengarkan ucapan ini maka mereka akan mengeluarkan kami dari negeri kami dan memotong-motong serta memisahkan bebatuan Ka’bah! Di sinilah kemudian Allah Swt menurunkan surah al-Fil terkait dengan ucapan yang menyatakan bahwa orang-orang Persia dan Roma ingin menghancurkan Ka’bah.”[3]
Pada permulaan surah ini, Allah Swt berfirman, «أَ لَمْ تَرَ کَیْفَ فَعَلَ رَبُّکَ بِأَصحْابِ الْفِیلِ» (Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhan-mu telah bertindak terhadap tentara bergajah)? Di sini terdapat pertanyaan mengapa Allah Swt memulai surah ini dengan pertanyaan retoris?[4]
Dalam menjawab pertanyaan ini kita dapat menjumpainya dalam poin ini bahwa ayat ini ingin mengambil pengakuan; Allah Swt bertindak demikian dalam menghadapi bala tentara Abrahah; wahai Rasul! Engkau yang merupakan utusan dan orang kepercayaan kami serta berusaha di jalan Kami pasti akan mendapatkan pertolongan Kami dan sekali-kali engkau tidak boleh takut terhadap musuh-musuhmu.’[5]
Di samping itu, sepertinya ungkapan “alam tara” (Apakah kamu tidak memperhatikan) tidak boleh dimaknai secara leksikal dan kebahasaan; karena peristiwa ini terjadi beberapa tahun sebelum bi’tsah dan bahkan disebutkan bahwa Rasulullah Saw tahun itu baru saja lahir. Atas dasar itu, para ahli tafsir memaknai alam tara sebagai alam ta’lam yang berarti apakah kalian tidak mengetahui.[6] Ungkapan ini boleh jadi karena berita ini merupakan peristiwa pasti dan semua orang tahu, ilmu yang kepastian diperoleh darinya laksana melihat secara langsung sebuah peristiwa; karena itu redaksi ayat dinyatakan dengan melihat.”[7]
Dalam ayat-ayat terakhir surah ini menjelaskan bahwa bagaimana Allah Swt membinasakan musuh ini dengan sebuah kejadian yang mengandung mukjizat:
«وَ أَرْسَلَ عَلَیْهِمْ طَیْراً أَبابیلَ * تَرْمیهِمْ بِحِجارَةٍ مِنْ سِجِّیلٍ * فَجَعَلَهُمْ کَعَصْفٍ مَأْکُولٍ»
“Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong. yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”[8]
Sijjil juga bermakna batu dan tanah.[9] dan juga dapat bermakna batu-batu yang berasal dari tanah terbakar, yang menghujani bala tentara Abraha dengan batu-batu dan kemungkinan penggunan jenis batu ini karena burung-burung itu bergerak dari arah laut menuju bala tentara Abraha.[10]
Pahala Membaca Surah al-Fil
Terkait dengan fadhilah dan keutamaan membaca surah al-Fil, Imam Shadiq As bersabda, “Barang siapa yang membaca surah al-Fil dalam salat-salat wajibnya, maka di hari kiamat setiap lapangan dan bukit akan memberikan kesaksian bahwa ia adalah salah seorang yang mendirikan salat dan seorang penyeru di hari kiamat akan berseru bahwa kalian berkata benar terkait dengan hamba-Ku ini, saya menerima kesaksian kalian atas dirinya, dan masukkanlah ia ke dalam surga dan jangan kalian hisab; karena ia adalah orang-orang dan perbuatannya yang Aku sukai.”[11]
Perlu diperhatikan bahwa kebanyakan fukaha berkata surah al-Fil (105) secara terpisah tidak mencukupi dibaca dalam salat dan harus disertakan dengan bacaan surah Quraisy (106) setelah surah al-Fatihah; karena keduanya dihitung sebagai satu surah.[12] [iQuest]
Dalam sebagian literatur, Imam Sajjad ditanya ihwal sebab turunnya yang akan dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
“Abu Thalib berkata kepada Rasulullah Saw, ‘Wahai anak saudaraku! Apakah engkau diutus untuk semua orang atau hanya terbatas untuk kaummu sendiri?’ Rasulullah Saw menjawab, ‘Tidak, saya diutus untuk semua orang; semenjak orang putih dan hitam, Arab dan Ajam, demi Dia yang jiwaku di tangan-Nya, saya menyeru seluruh manusia, hitam dan putih, kepada ajaran ini dan mengajak seluruh orang-orang orang-orang yang tinggal di puncak gunung dan di tepi lautan kepada ajaran ini. Saya berdakwah untuk seluruh orang Persia dan Roma.’”
Tuturan dan ucapan Rasulullah Saw terdengar oleh orang-orang Quraisy dan membuat mereka takjub dan terpengarah. Mereka berkata kepada Abu Thalib, “Tidakkah engkau mendengar apa yang disampaikan oleh putra saudaramu? Demi Tuhan! Apabila orang-orang Persia dan Roma mendengarkan ucapan ini maka mereka akan mengeluarkan kami dari negeri kami dan memotong-motong serta memisahkan bebatuan Ka’bah! Di sinilah kemudian Allah Swt menurunkan surah al-Fil terkait dengan ucapan yang menyatakan bahwa orang-orang Persia dan Roma ingin menghancurkan Ka’bah.”[3]
Pada permulaan surah ini, Allah Swt berfirman, «أَ لَمْ تَرَ کَیْفَ فَعَلَ رَبُّکَ بِأَصحْابِ الْفِیلِ» (Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhan-mu telah bertindak terhadap tentara bergajah)? Di sini terdapat pertanyaan mengapa Allah Swt memulai surah ini dengan pertanyaan retoris?[4]
Dalam menjawab pertanyaan ini kita dapat menjumpainya dalam poin ini bahwa ayat ini ingin mengambil pengakuan; Allah Swt bertindak demikian dalam menghadapi bala tentara Abrahah; wahai Rasul! Engkau yang merupakan utusan dan orang kepercayaan kami serta berusaha di jalan Kami pasti akan mendapatkan pertolongan Kami dan sekali-kali engkau tidak boleh takut terhadap musuh-musuhmu.’[5]
Di samping itu, sepertinya ungkapan “alam tara” (Apakah kamu tidak memperhatikan) tidak boleh dimaknai secara leksikal dan kebahasaan; karena peristiwa ini terjadi beberapa tahun sebelum bi’tsah dan bahkan disebutkan bahwa Rasulullah Saw tahun itu baru saja lahir. Atas dasar itu, para ahli tafsir memaknai alam tara sebagai alam ta’lam yang berarti apakah kalian tidak mengetahui.[6] Ungkapan ini boleh jadi karena berita ini merupakan peristiwa pasti dan semua orang tahu, ilmu yang kepastian diperoleh darinya laksana melihat secara langsung sebuah peristiwa; karena itu redaksi ayat dinyatakan dengan melihat.”[7]
Dalam ayat-ayat terakhir surah ini menjelaskan bahwa bagaimana Allah Swt membinasakan musuh ini dengan sebuah kejadian yang mengandung mukjizat:
«وَ أَرْسَلَ عَلَیْهِمْ طَیْراً أَبابیلَ * تَرْمیهِمْ بِحِجارَةٍ مِنْ سِجِّیلٍ * فَجَعَلَهُمْ کَعَصْفٍ مَأْکُولٍ»
“Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong. yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”[8]
Sijjil juga bermakna batu dan tanah.[9] dan juga dapat bermakna batu-batu yang berasal dari tanah terbakar, yang menghujani bala tentara Abraha dengan batu-batu dan kemungkinan penggunan jenis batu ini karena burung-burung itu bergerak dari arah laut menuju bala tentara Abraha.[10]
Pahala Membaca Surah al-Fil
Terkait dengan fadhilah dan keutamaan membaca surah al-Fil, Imam Shadiq As bersabda, “Barang siapa yang membaca surah al-Fil dalam salat-salat wajibnya, maka di hari kiamat setiap lapangan dan bukit akan memberikan kesaksian bahwa ia adalah salah seorang yang mendirikan salat dan seorang penyeru di hari kiamat akan berseru bahwa kalian berkata benar terkait dengan hamba-Ku ini, saya menerima kesaksian kalian atas dirinya, dan masukkanlah ia ke dalam surga dan jangan kalian hisab; karena ia adalah orang-orang dan perbuatannya yang Aku sukai.”[11]
Perlu diperhatikan bahwa kebanyakan fukaha berkata surah al-Fil (105) secara terpisah tidak mencukupi dibaca dalam salat dan harus disertakan dengan bacaan surah Quraisy (106) setelah surah al-Fatihah; karena keduanya dihitung sebagai satu surah.[12] [iQuest]
[1] Mughniyah, Muhammad Jawad, Tafsir al-Kāsyif, jil. 7, hal. 609, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, Cetakan Pertama, 1424 H; Baghawi, Husain bin Mas’ud, Ma’ālim al-Tanzil fi Tafsir al-Qur’ān, Riset oleh al-Mahdi, Abdul-Razzaq, jil. 5, hal. 304, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Beirut, Cetakan Pertama, 1420 H.
[2] Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat, 25063; Kisah Ashab al-Fil, Mukjizat Patung-patung atau Pemilik Ka’bah?
[3] Fital Naisyaburi, Muhammad bin Ahmad, Raudhah al-Wā’izhin wa Bashirah al-Muta’azzhin, jil. 1, hal. 54-55, Intisyarat Radhi, Qum, Cetakan Pertama, 1375 S.
[4] Thabathabai, Sayid Muhammad Husain, al-Mizān fi Tafsir al-Qur’ān, jil. 20, hal. 361, Daftar Intisyarat Islami, Qum, Cetakan Kelima, 1417 H.
[5] Mughniyah, Muhammad Jawad, Tafsir al-Kāsyif, jil. 7, hal. 610, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, Cetakan Pertama, 1424 H.
[6] Thabarsi, Fadhl bin Hasan, Majma’ al-Bayān fi Tafsir al-Qur’ān, Mukaddimah, Balaghi, Muhammad Jawad, jil. 10, hal. 824, Nashir Khusruw, Tehran, Cetakan Ketiga, 1372 S; Balkhi, Maqatil bin Sulaiman, Tafsir Maqatil bin Sulaiman, Riset oleh Syahatah, Abdullah Mahmud, jil. 4, hal. 847, Dar Ihya al-Turats, Beirut, Cetakan Pertama, 1423 H.
[7] Makarim Syirazi, Nasir, Tafsir Nemuneh, jil. 27, hal. 335, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, Cetakan Pertama, 1374 S; Fakhruddin Razi, Muhammad bin Umar, Mafātih al-Ghaib, jil. 32, hal. 289, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Beirut, Cetakan Ketiga, 1420 H.
[8] Syubbar, Sayid Abdullah, Tafsir al-Qur’ān al-Karim, hal. 566, Dar al-Balaghah li al-Thaba’ah wa al-Nasyr, Beirut, Cetakan Pertama, 1412 h; Ibnu Qutaibah, Abdullah bin Muslim, Tafsir Gharib al-Qur’ān, hal. 471, Mansyurat Maktabah al-Hilal, Beirut, Tanpa Tahun.
[9] Amili, Ibrahim, Tafsir ‘Āmili, Riset oleh Ghaffari, Ali Akbar, jil. 8, hal. 667, Intisyarat Shaduq, Tehran, 1360 S; Faidh Kasyani, Mullah Muhsin, Tafsir al-Shāfi, Riset oleh A’lami, Husain, jil. 5, hal. 376, Intisyarat al-Shadr, Tehran, Cetakan Kedua, 1415 H.
[10] Tafsir Nemuneh, jil. 27, hal. 337; Majma’ al-Bayān fi Tafsir al-Qur’ān, jil. 10, hal. 824.
[11] Syaikh Shaduq, Tsawāb al-A’māl wa ‘Iqāb al-A’māl, al-Nash, hal. 126, Dar al-Syarif al-Radhi li Nasyr, Qum, Cetakan Kedua, 1406 H; Dailami, Hasan bin Muhammad, A’lām al-Din fi Shifat al-Mu’min, hal. 385, Muassasah Alu al-Bait As, Qum, Cetakan Pertama, 1408 H.
[12] Imam Khomeini, Taudhih al-Masāil (Muhassyā), Penyusun Bani Hasyim Khomeini, Sayid Muhammad Husain, jil. 1, hal. 543, Intisyarat Islami, Qum, Cetakan Kedelapan, 1424