Kode Site
id22430
Kode Pernyataan Privasi
39778
Ringkasan Pertanyaan
Apakah sanad kandungan buku al-Haft al-Syarif (yang disandarkan kepada Imam Shadiq As) itu dapat dipercaya dan diandalkan?
Pertanyaan
Salam. Bagaimana kedudukan Kitab al-Haft al-Syarif yang diterbitkan tahun 1978 M di Beirut, diedit oleh Dr. Mustafa Ghalib. Kitab ini memaparkan riwayat Abu Abdillah al-Mufadhdhal bin ‘Umar al-Ja‘fi al-Kufi berkaitan dialognya dengan Abu Abdillah Ja‘far al-Sadiq a.s mengenai permulaan penciptaan makhluk dan seterusnya. Jika kita membaca kitab ini unsur-unsur Nasukhiyyah, Masukhiyyah, Tanasukh dan lain-lain sangat ketara. Sungguhpun demikian, berdasarkan keterangan Imam as kewujudan unsur-unsur ini dalam penciptaan manusia kelihatan sangat logik. Saya sangat terkesan membaca kitab ini. Mohon pencerahan tentang status kitab ini, unsur-unsur yang dibicarakan dan kedudukan al-Mufadhdhal sendiri sebagai periwayat hadis dari Imam As.
Jawaban Global
Al-Haft al-Syarif adalah sebuah buku yang disandarkan kepada Mufaddhal bin Umar yang disebut bahwa kandungannya diriwayatkan dari Imam Shadiq As. Namun buku ini dari sisi sanad dan kandungan sangat lemah; karena banyak hal yang memuat persoalan-persoalan pengkultusan dan keliru secara akidah.
Jawaban Detil
Sebelum segala sesuatu harus dikatakan bahwa sepanjang sejarah banyak karya dan literature yang disandarkan kepada Imam Shadiq As. Sayid Muhsin Amin dalam hal ini menulis sebanyak 24 buku dan risalah yang disandarkan kepada Imam Shadiq As. Ia berkata, “Tidak terdapat dalil yang meyakinkan yang menyatakan buku ini berasal dari Imam Shadiq As. Kebanyak buku itu disusun oleh murid-murid Imam Shadiq As atau dikumpulkan oleh sebagian Syiah dari tuturan-tuturan dan sabda-sabda beliau dan kemudian menyandarkannya kepada Imam Shadiq As.”[1]
Memperkenalkan Buku Al-Haft al-Syarif
Memperkenalkan Buku Al-Haft al-Syarif
- Al-Haft al-Syarif adalah sebuah buku yang disandarkan kepada Mufaddhal bin Umar yang disebut bahwa kandungannya diriwayatkan dari Imam Shadiq As. Naskah buku ini, dicetak pertama kali dengan nama al-Haft wa al-Azhillah oleh seorang arif Tamir Yas’ui tahun 1960 M. Mustafa Ghalib menemukan naskah lainnya dan dicetak pada tahun 1964 kemudian pada tahun 1977 yang menghilangkan beberapa kekurangan yang ada pada naskah Tamir Yas’ui.[2]
- Buku ini merupakan sekumpulan pelajaran Imam Shadiq As kepada Mufaddhal yang terdiri dari 67 bab dan semacam uraian intrinsik dari keberadaan dan sebagian pelajaran ushuluddin.[3] Buku ini dimulai dengan pujian dan salam kepada Ahlulbait As, kemudian membahas tentang ilmu batin dan kesesuaian antara batin dan lahir. Pada setiap masalah, Mufaddhal mengajukan pertanyaan dan Imam membeberkan jawabannya. Dengan demikian, buku ini berisi penjelasan, model dialog antara Imam dan Mufaddhal. Kepercayaan terhadap musukh dan bagian-bagian yang telah mengalami musukh banyak ditemukan pada buku ini. Dalam buku ini, banyak ayat-ayat al-Quran yang ditakwil dengan makna batin. Dan terkadang memanfaatkan penafsiran derivasi kata-kata dan maknanya.[4]
- Buku yang dimaksud adalah buku yang mendapat penghormatan oleh firkah Nushairiyyah.[5]
- Ulama rijal dan hadis, tidak menyebutkan buku ini dan sepertinya, tiada seorang pun ahli hadis yang mengutip dari buku ini secara tegas. Sebagian ulama, memperkenalkan buku ini sebagai buku palsu dan ciptaan serta diedarkan untuk menyebarkan ghulat. Mereka menilai tidak benar meyakini riwayat-riwayat yang disebutkan di dalamnya.[6]
- Sebagian nama seperti Muhammad bin Sanan (yang disebut sebagai tuan kami [sayiduna] dan pemilik khazanah ilmu batin) dan Ibnu abi Umair, Shafwan bin Yahya Sabiri, Yunus bin Zhabiyan, Daud bin Katsir Riqqi, Mufaddhal bin Umar (yang disebut sebagai pokok pada setiap riwayat [ilmu] batin), Abu Hamzah Tsumali, Jabir bin Ju’fi adalah nama-nama yang familiar dan dikenal dalam tradisi hadis dan rijal mazhab Imamiyah. Namun nama-nama seperti Abu Rabi’ Syami, Abdullah bin Hilyatu Kitani, Yunus bin Maushili adalah nama-nama yang majhul dan tidak dikenal.[7] Ada kemungkinan orang-orang ini adalah orang-orang (rijal) firkah Ghulat dimana buku ini tersebar di kalangan mereka. Terkait dengan masa penyusunan buku ini ini juga dengan memanfaatkan sebagian sanad kitab ini dapat diperkirakan disusun pada akhir abad ketiga.[8]
- Dari ungkapan-ungkapan yang tersebar dalam kitab ini “qultu ila…” sebagai ganti “qultu li” demikian juga “minhu al-salam” sebagai ganti “’alaihi al-salam.” Setelah nama imam patut mendapat pertimbangan yang berbeda dengan ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam teks-teks hadis dan bentuk umum hadis-hadis Imamiyah sehingga demikian dapat dinilai sebagai tanda-tanda adaya sikap ekstrem dalam mengutip riwayat.
-
Di antara hal-hal yang terindikasi ghulat dan tidak benar dari kitab ini dapat ditelusuri pada beberapa hal berikut:
- Turunnya Tuhan pada langit kedua.[9]
- Penegasan bahwa orang beriman dan bertauhid yang bersama Imam Husain hanyalah Abu al-Khattab dan dia adalah Jibril yang bersama para nabi dan petugas yang memberikan azab kepada kaum yang menerima azab.[10]
- Imam Husain As belum terbunuh.[11] Pemikiran bahwa Imam Husain As belum terbunuh adalah pandangan sebagian firkah Ghulat yang juga mendapat sorotan hadis-hadis mazhab Imamiyah dalam bentuk pertanyaan kepada para imam yang menegaskan kesyahidan Imam Husain As.[12]
- Ibu-ibu para washi itu adalah pria. [13]
- Keluar dan masuknya imam pada ragam badan.[14]
- Mengingat adanya sebagian hadis pada kitab ini pada teks-teks hadis Imamiyah, yang akan disebutkan beberapa contohnya, anggapan ini semakin menguat bahwa pembuat atau pembuat-pembuat kitab ini, mencampur adukkan persoalan-persoalan yang mereka senangi dengan sejumlah hadis-hadis kemudian memunculkan kitab ini. Hal ini merupakan salah satu modus operandi yang dilakukan kaum Ghulat pada kitab-kitab standar hadis. Sebagai contoh dalam hadis-hadis yang dicampur aduk (dass) nama Mughirah bin Sa’id disebutkan secara tegas.[15]
Sebagian hal dalam kitab ini[16] disebutkan secara ringkas pada al-Hidayah al-Kubra dari Husain bin Hamdan Khusaibi (w 334 H)[17] yang dapat menjadi tanda adanya pengaruh tradisi pemikiran dan hadis tertentu pada dua buku ini.
- Sebagian hadis yang disebutkan pada kitab al-Haft al-Syarif dan kitab-kitab standar hadis Imamiyah, kita dapat menyebut dua hadis berikut ini:
- Kesimpulannya: Kitab al-Haft al-Syarif yang disandarkan kepada salah satu murid Imam Shadiq As bernama Mufaddhal. Terdapat dua poin di sini. Pertama, terdapat keraguan terkait dengan keabsahan penyandaran ini. Selain itu, kebanyakan kandungan kitab itu tidak dapat diterima. [iQuest]
[1]. Sayid Muhsin Amin Amili, A’yân al-Syiah, jil. 1, hal. 668-669, Beirut, Dar al-Ta’aruf lil Mathbu’at, 1406 H.
[2]. Pada terbitan Mustafa Ghalib nama kitabnya tercetak dengan menyebutkan perawinya, “al-Haft al-Syarif min Fadhâil Maulanâ Ja’far al-Shâdiq Alaihi al-Salam Rawahu Mufaddhal bin Umar.”
[3]. Sa’id Syafi’i, Maktab Haditsi Syi’ah dar Kufah (Ta Payan Qarn Sewum Hijri), hal. 293, Qum, Dar al-Hadits, Cetakan Pertama, 1389 S.
[4]. Silahkan lihat, Mansub be Imâm Shâdiq As, al-Haft wa al-Azzhillah, riset oleh Tamir Arif, hal. 80. Beirut, Dar al-Hilal.
[5]. Madelung, Firqaha-ya Islâmi (Religious School and Sects in Islam), Terjemahan Persia oleh, Abul Qasim Sirri, hal. 27, Tehran, Intisyarat Asathir, Cetakan Kedua, 1381 S. Silahkan lihat, Ushul I’tiqadi Nushairiyyah, Pertanyaan 8672.
[6]. Silahkan lihat, Maktab Haditsi Syi’ah dar Kufah (Ta Payan Qarn Sewum Hijri), hal. 293.
[7]. Silahkan lihat, al-Haft wa al-Azzhillah, hal. 12, dengan asumsi bahwa rekam nama-nama pada naskah yang telah terbit itu ada benarnya.
[8]. Salah satu sanad tinggi kitab ini adalah: Dari Ali bin Yusuf dari Ibrahim bin Hisyam dari Ismail bin Abdul Aziz yang berkata, “Aku sampaikan kepada Al-Shadiq As…”
(«عن علی بن یوسف عن ابراهیم بن هشام عن اسماعیل بن عبد العزیز قال قلت الی الصادق علیه السّلام ...»)
al-Haft wa al-Azzhillah, hal. 176. Akan tetapi dengan asumsi sanadnya bersambung dan tidak terputus.
(«عن علی بن یوسف عن ابراهیم بن هشام عن اسماعیل بن عبد العزیز قال قلت الی الصادق علیه السّلام ...»)
al-Haft wa al-Azzhillah, hal. 176. Akan tetapi dengan asumsi sanadnya bersambung dan tidak terputus.
[9]. al-Haft wa al-Azzhillah, hal. 19.
[10]. Ibid, hal. 105-107.
[11]. Silahkan lihat, ibid, hal. 98-101.
[12]. Silahkan lihat Syaikh Shaduq, ‘Ilal al-Syarâ’i, jil. 1, hal. 241-242, Qum, Kitabpurusyi Dawari, CEtakan Pertama, 1385 S; Syaikh Shaduq, ‘Uyun Akhbâr al-Ridhâ As, Riset dan edit oleh Mahdi Lajuardi, jil. 2, hal. 204, Tehran, Cetakan Pertama, 1378 S.
[13]. Al-Haft wa al-Azzhillah, hal. 93.
[14]. Ibid, hal. 90-91.
[15]. Silahkan lihat, Muhammad bin Umar, Ikhtiyar Ma’rifat al-Rijâl, Riset dan edit oleh Syaikh Muhammad bin Hasan, Syaikh Thusi, Mustafawi, Hasan, hal. 224, Muassasah Nasyr Danesygah Masyhad, Cetakan Pertama, 1409 H.
[16]. Silahkan lihat, al-Haft wa al-Azzhillah, hal. 16-19.
[17]. Husain bin Hamdan Khashibi, al-Hidayah al-Kubra, hal. 437-439, Beirut, al-Balagh, 1419 H.
[18]. Al-Haft wa al-Azzhillah, hal. 31; Ahmad bin Muhammad bin Khalid Burqi, al-Mahâsin, Riset dan edit oleh: Jalaluddin Muhaddits, jil. 1, hal. 255, Qum, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan Kedua, 1371 S; Syaikh HUrr Amili, Wasâil al-Syiah, jil. 16, hal. 210, Qum, Muassasah Alu al-Bait As, Cetakan Pertama, 1409 H.
[19]. (Qs. al-Qashash [28]:88)
[20]. Al-Haft wa al-Azzhillah, hal. 176-177; Ali bin Ibrahim Qummi, Tafsir al-Qummi, Riset dan edit oleh Sayid Thayyib Musawi Jazairi, jil. 2, hal. 147, Qum, Dar al-Kitab, Cetakan Ketiga, 1404 H; al-Mahâsin, jil. 1, hal. 218-219.