Kode Site
id23720
Kode Pernyataan Privasi
56764
Ringkasan Pertanyaan
Mengapa dalam riwayat dijelaskan bahwa salat sunah Ashar sejumlah 4 rakaat, sedangkan salat sunah Isya tidak disebutkan?
Pertanyaan
Mengapa dalam hadis tentang tata cara Nabi Muhammad Saw mengerjakan salat sunah dinukilkan tentang salat sunah Ashar 4 rakaat namun tidak dijelaskan tentang salat wutairah (salat sunahIsya)?
Jawaban Global
Meskipun terdapat riwayat dengan redaksi demikian, namun ahli hadis dan fukaha Syiah memberi keterangan yang patut diperhatikan mengenai riwayat itu, yaitu bahwa pelaksanaan salat sunah Asyar oleh Nabi sejumlah 4 rakaat tidak bertentangan dengan anjuran salat sunah 4 rakaat yang lain karena boleh jadi Nabi Muhammad Saw sedang menjelaskan fadhilah salat sunah 4 rakaat salat Ashar yang lebih banyak dari pada salat sunah 4 rakaat lainnya.
Jawaban Detil
Diriwayatkan bahwa Imam Shadiq As dalam menjelaskan tata cara salat Nabi Muhammad Saw, beliau bersabda: Nabi Muhammad Saw dalam kesehariannya tidak melaksanakan salat hingga matahari tergelincir, ketika matahari melewati garis siang beliau mengerjakan 8 rakaat salat (nafilah Dhuhur) yang disebut dengan salat “awwābin.” Pada saat itu pintu langit terbuka, doa-doa akan dikabulkan, rahmat Ilahi mengalir dan Allah akan memandang makhluk-Nya dengan pandangan cinta dan kasih sayang; karena bayangan sudah mencapai 1 hasta beliau mengerjakan 4 rakaat salat Dhuhur dan setelah salat Dhuhur beliau mengerjakan 2 rakaat sunah. Kemudian setelah itu, Nabi Saw salat nafilah lagi sebanyak 2 rakaat. Kemudian ketika bayangan telah bertambah dengan 1 hasta lagi, maka beliau mengerjakan salat Ashar. Setelah itu beliau tidak mengerjakan salat lagi hingga matahari tenggelam. Pada saat matahari tenggelam, yaitu matahari hilang dari pandangan mata, beliau mengerjakan salat Maghrib terlebih dahulu kemudian melanjutkan dengan 4 rakaat salat nafilah Maghrib; hingga matahari tenggelam (warna merah muncul di langit sebelah Barat), beliau tidak mengerjakan salat, dan ketika senja hilang, beliau mengerjakan salat Isya.
Kemudian Nabi pergi ke tempat tidur dan hingga tengah malam tidak mengerjakan salat apa pun. Ketika telah melewati tengah malam, beliau melakukan salat malam 8 rakaat dan pada seperempat malam terakhir, beliau mengerjakan salat sunah tiga rakaat (dua rakaat salat syafa’ dan 1 rakaat salat witir). Pada tiga rakaat itu, beliau membaca surah al-Fatihah dan surah al-Ikhlas. Di antara tiga rakaat itu diselingi salam pada rakaat ke-2 dan beliau akan membaca dzikir tertentu. Jika beliau mempunyai kesibukan lain, maka beliau melakukan pekerjaan itu dan tidak keluar dari tempat salatnya hingga menyelesaikan salat witir. Pada salat witir, sebelum ruku’ beliau membaca qunut terlebih dahulu sebelum akhirnya mengucapkan salam. Kemudian mengerjakan salat nafilah Subuh sebanyak 2 rakaat sebelum fajar atau kadang-kadang bersamaan dengan fajar atau kadang-kadang setelah fajar. Kemudian beliau mengerjakan 2 rakaat salat Subuh pada waktu Subuh shadiq yaitu ketika muncul warna putih yang secara jelas membentang disepanjang cakrawala. Inilah salat yang dikerjakan secara kontinyu hingga Allah Swt mencabut nyawa Nabi Muhammad Saw.[1]
Para ahli hadis dan fukaha Syiah berkenaan dengan riwayat tersebut memberikan catatan yang patut diperhatikan:
1. Nabi Muhammad Saw mencukupkan dengan mengerjakan 4 rakaat salat sunah Ashar tidak bertentangan dengan kesunahan 4 rakaat salat lain (berdasarkan riwayat lain) –yang semuanya menjadi 8 rakaat- karena boleh jadi Nabi sedang menjelaskan bahwa fadhilah salat sunah Ashar lebih banyak dari pada salat sunah yang lainnya, sehingga hanya mencukupkan dengan mengerjakan 4 rakaat salat sunah Ashar.[2]
2. Riwayat ini menunjukkan bahwa Rasululah Saw tidak kurang dari jumlah tersebut dalam mengerjakan salat.[3] Yaitu penjelasan jumlah minimal salat sunah Ashar, namun hal ini tidak bertentangan dengan dengan riwayat yang mengatakan nafilah Ashar lebih dari 4 rakaat. Terdapat riwayat untuk membenarkan hal ini: Abu Basyir bertanya kepada Imam Shadiq As tentang jumlah salat sunah dalam sehari semalam. Imam Shadiq As menjawab: Dianjurkan untuk mengerjakan salat sunah tidak kurang dari: 4 rakaat ketika matahari tergelincir, kemudian 2 rakaat setelah dhuhur, 2 rakaat sebelum Ashar, 2 rakaat setelah Maghrib, 2 rakaat setelah salat Isya, 8 rakaat ketika sahar, ditambah 2 rakaat salat Syafa’ dan 1 rakaat salat Witir sedangkan yang terakhir adalah 2 rakaat sebelum salat Subuh.[4] Ungkapan
«یُسْتَحَبُّ أَنْ لَا یُقْصَرَ عَنْه» menunjukkan jumlah minimal salat dalam sehari semalam bagi kebanyakan orang-orang, artinya orang-orang yang ingin mengerjakan salat nawafil, sebaiknya jumlah rakaatnya tidak kurang dari jumlah itu.[5]
3. Allamah Thabathabai terkait dengan mengapa nafilah salat Isya (wutairah) tidak disebutkan dalam riwayat ini berkata: Salat (wutairah) tidak termasuk bilangan 51 rakaat yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad Saw dan dua rakaat itu dihitung sebagai 1 rakaat dan disyariatkan sebagai ganti dari salat witir sehingga jika kematian seseorang telah tiba, maka salat itu akan dihitung sebagai salat witir yang dilakukan pada akhir malam. Bukti keterangan ini adalah riwayat yang disampaikan Syaikh Shaduq yang dinukil dari Abu Bashir, yaitu ketika Imam Shadiq As bersabda: Seorang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, harus mengerjakan salat witir terlebih dahulu sebelum tidur. Abu Basyir bertanya: Maksudnya salat sunah dua rakaat yang dikerjakan dengan duduk? Imam menjawab: Iya, dua rakaat itu dihitung sebagai satu rakaat dan apabila seseorang mengerjakannya dan ia menemui ajalnya pada malam itu, maka ia seperti mengerjakan salat witir yang dikerjakan pada akhir malam dan apabila ia tidak meninggal, maka ia tetap megerjakan salat witir pada malam itu. Abu Bashir bertanya lagi: Apakah Rasulullah Saw juga mengerjakan salat sunah dua rakaat? Tidak. Mengapa? Imam bersabda: Karena telah sampai wahyu kepada Nabi Muhammad Saw bahwa apakah beliau akan meninggal pada malam itu ataukah tidak sementara orang lain tidak memiliki ilmu ini. Oleh itu, beliau tidak mengerjakan salat sunah Isya dan memerintahkan orang lain untuk mengerjakannya.[6]
Tentu saja makna dari pertanyaan perawi ini yang menyatakan apakah Rasululullah Saw juga mengerjakan salat sunah dua rakaat ini? Adalah bahwa Apakah Nabi Muhammad Saw menjadikan apa yang dilakukannya itu sebagai sunah dan melanggengkan amalan itu ataukah tidak?[7] [iQuest]
Kemudian Nabi pergi ke tempat tidur dan hingga tengah malam tidak mengerjakan salat apa pun. Ketika telah melewati tengah malam, beliau melakukan salat malam 8 rakaat dan pada seperempat malam terakhir, beliau mengerjakan salat sunah tiga rakaat (dua rakaat salat syafa’ dan 1 rakaat salat witir). Pada tiga rakaat itu, beliau membaca surah al-Fatihah dan surah al-Ikhlas. Di antara tiga rakaat itu diselingi salam pada rakaat ke-2 dan beliau akan membaca dzikir tertentu. Jika beliau mempunyai kesibukan lain, maka beliau melakukan pekerjaan itu dan tidak keluar dari tempat salatnya hingga menyelesaikan salat witir. Pada salat witir, sebelum ruku’ beliau membaca qunut terlebih dahulu sebelum akhirnya mengucapkan salam. Kemudian mengerjakan salat nafilah Subuh sebanyak 2 rakaat sebelum fajar atau kadang-kadang bersamaan dengan fajar atau kadang-kadang setelah fajar. Kemudian beliau mengerjakan 2 rakaat salat Subuh pada waktu Subuh shadiq yaitu ketika muncul warna putih yang secara jelas membentang disepanjang cakrawala. Inilah salat yang dikerjakan secara kontinyu hingga Allah Swt mencabut nyawa Nabi Muhammad Saw.[1]
Para ahli hadis dan fukaha Syiah berkenaan dengan riwayat tersebut memberikan catatan yang patut diperhatikan:
1. Nabi Muhammad Saw mencukupkan dengan mengerjakan 4 rakaat salat sunah Ashar tidak bertentangan dengan kesunahan 4 rakaat salat lain (berdasarkan riwayat lain) –yang semuanya menjadi 8 rakaat- karena boleh jadi Nabi sedang menjelaskan bahwa fadhilah salat sunah Ashar lebih banyak dari pada salat sunah yang lainnya, sehingga hanya mencukupkan dengan mengerjakan 4 rakaat salat sunah Ashar.[2]
2. Riwayat ini menunjukkan bahwa Rasululah Saw tidak kurang dari jumlah tersebut dalam mengerjakan salat.[3] Yaitu penjelasan jumlah minimal salat sunah Ashar, namun hal ini tidak bertentangan dengan dengan riwayat yang mengatakan nafilah Ashar lebih dari 4 rakaat. Terdapat riwayat untuk membenarkan hal ini: Abu Basyir bertanya kepada Imam Shadiq As tentang jumlah salat sunah dalam sehari semalam. Imam Shadiq As menjawab: Dianjurkan untuk mengerjakan salat sunah tidak kurang dari: 4 rakaat ketika matahari tergelincir, kemudian 2 rakaat setelah dhuhur, 2 rakaat sebelum Ashar, 2 rakaat setelah Maghrib, 2 rakaat setelah salat Isya, 8 rakaat ketika sahar, ditambah 2 rakaat salat Syafa’ dan 1 rakaat salat Witir sedangkan yang terakhir adalah 2 rakaat sebelum salat Subuh.[4] Ungkapan
«یُسْتَحَبُّ أَنْ لَا یُقْصَرَ عَنْه» menunjukkan jumlah minimal salat dalam sehari semalam bagi kebanyakan orang-orang, artinya orang-orang yang ingin mengerjakan salat nawafil, sebaiknya jumlah rakaatnya tidak kurang dari jumlah itu.[5]
3. Allamah Thabathabai terkait dengan mengapa nafilah salat Isya (wutairah) tidak disebutkan dalam riwayat ini berkata: Salat (wutairah) tidak termasuk bilangan 51 rakaat yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad Saw dan dua rakaat itu dihitung sebagai 1 rakaat dan disyariatkan sebagai ganti dari salat witir sehingga jika kematian seseorang telah tiba, maka salat itu akan dihitung sebagai salat witir yang dilakukan pada akhir malam. Bukti keterangan ini adalah riwayat yang disampaikan Syaikh Shaduq yang dinukil dari Abu Bashir, yaitu ketika Imam Shadiq As bersabda: Seorang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, harus mengerjakan salat witir terlebih dahulu sebelum tidur. Abu Basyir bertanya: Maksudnya salat sunah dua rakaat yang dikerjakan dengan duduk? Imam menjawab: Iya, dua rakaat itu dihitung sebagai satu rakaat dan apabila seseorang mengerjakannya dan ia menemui ajalnya pada malam itu, maka ia seperti mengerjakan salat witir yang dikerjakan pada akhir malam dan apabila ia tidak meninggal, maka ia tetap megerjakan salat witir pada malam itu. Abu Bashir bertanya lagi: Apakah Rasulullah Saw juga mengerjakan salat sunah dua rakaat? Tidak. Mengapa? Imam bersabda: Karena telah sampai wahyu kepada Nabi Muhammad Saw bahwa apakah beliau akan meninggal pada malam itu ataukah tidak sementara orang lain tidak memiliki ilmu ini. Oleh itu, beliau tidak mengerjakan salat sunah Isya dan memerintahkan orang lain untuk mengerjakannya.[6]
Tentu saja makna dari pertanyaan perawi ini yang menyatakan apakah Rasululullah Saw juga mengerjakan salat sunah dua rakaat ini? Adalah bahwa Apakah Nabi Muhammad Saw menjadikan apa yang dilakukannya itu sebagai sunah dan melanggengkan amalan itu ataukah tidak?[7] [iQuest]
[1] Syaikh Shaduq, Man Lā Yahdhuruhu al-Faqih, jil. 1, hal. 227, Qum, Daftar Intisyarat Islami, cet. 2, 1413 H; Syaikh Thusi, Tahdzib al-Ahkām, jil. 2 hal. 262, Tehran, Dar al-Kitab al-Islamiyah, cet. 4, 1497 H.
[2] .Majlisi, Muhammad Taqi, Raudhah al-Muttaqin fi Syarh Man Lā Yahdhuruhu al-Faqih, jil. 2, hal. 86, Qum, Muasasah Farhang Islami Kusyanews, cet. 2 hal. 1406 H.
[3] Hamedani, Agha Ridha, Mishbāh al-Faqih, jil. 9, hal. 21-22, Qum, Muasasah al-Ja’fariyah li Ihya al-Tsurats wa Muasasah al-Nasyar al-Islami, cet. 1, 1416 H.
[4] Syaikh Thusi, Tahdzib al-Ahkām, jil. 2, hal. 6, Tehran, Dar al-Kitab al-Islamiyah, cet. Ke-4, 1407 H.
[5] Mishbāh al-Faqih, jil. 9, hal. 22.
[6] Syaikh Shaduq, ‘Ilal al-Syarāi’, jil. 2, hal. 330-331, Qum, Kitab Furusyi Dawari, cet. 1, 1385 S.
[7] Thabathabai, Sayid Muhamad Husain, Sunan al-Nabi Saw, hal. 235-237, Islamiyah, cet ke-7, 1378 S.