Advanced Search
Hits
8715
Tanggal Dimuat: 2011/10/22
Ringkasan Pertanyaan
Pada sisi mana konsep interpretatifnya agama dan al-Qur’an itu benar dan salah?
Pertanyaan
Apa yang dimaksud dengan interpretatifnya agama dan al-Qur’an? Dalam artian mana yang benar dan dalam artian mana yang keliru?
Jawaban Global

Interpretatifnya agama sejatinya merupakan tajuk lain atas pembahasan populer dari ragam bacaan atas agama. Pembahasan ragam bacaan atas agama – secara lebih akurat – merupakan sebuah metode ekstrem dalam pembahasan perbedaan pemahaman atas agama. Dalam pembahasan ragam bacaan atas agama, sebagaimana yang disebut demikian yang mengemuka adalah pembahasan pra-sangka-pra-sangka, harapan-harapan sebelumnya, kegemaran-kegemaran, dan selera-selera penafsir dan alim yang menyisakan pengaruh pada pemahamannya.

Dengan demikian rahasia adanya perbedaan bacaan disebabkan karena adanya perbedaan pada pelbagai pra-sangka dan pra-pengetahuan-pra-pengetahuan ulama. Artinya adanya pelbagai perbedaan bersumber dari subyektifitas berpikir setiap orang. Kita berhadapan dengan sekumpulan pemahaman yang berbeda atas agama yang tidak dapat kita nilai dan katakan yang mana yang merupakan pemahaman benar dan pemahaman keliru.

Teori kontraksi dan ekspansi yang mengemuka pada masa-masa belakangan di Iran sejatinya merupakan ulasan atas pembahasan ragam bacaan atas agama. Teori ini, memiliki ragam pemaparan dan ulasan. Dua penafsiran penting dari teori bacaan beragam atas agama berhubungan dengan dua filosof besar Barat yaitu Popper dan Gadamer. Teori konstraksi dan ekspansi konsep orisinalnya diadopsi dari Gadamer (yaitu hermeneutik filosofis).

Interpretatifnya agama dengan pelbagai ulasan – baik Popperian atau Gadamerian – sepanjang bercerita tentang perbedaan dalam memahami agama adalah sesuatu yang benar dan dapat diterima. Namun ketika terlontar klaim bahwa setiap makrifat agama dan pemahaman atas agama merupakan tawanan pra-sangka-pra-sangka sehingga dengan demikian tidak ada yang disebut sebagai pemahaman tunggal adalah sebuah pepesan kosong, menyesatkan dan salah karena orang-orang yang meyakini relativitas maktifat agama pada akhirnya berujung pada relativitas agama itu sendiri.

Jawaban Detil

Pertanyaan ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama menyinggung tentang esensi teori interpretatifnya agama. Bagian kedua, terkait dengan penilaian kita terhadap benar dan kelirunya teori ini.

 

Bagian Pertama:

Interpretatifnya agama sejatinya merupakan tajuk lain atas pembahasan populer dari ragam bacaan atas agama. Pembahasan ini merupakan salah satu pembahasan kebudayaan yang berkembang pada masa kiwari.

Dewasa ini, pembahasan ini adalah sebuah pembahasan yang berhadap-hadapan dengan pemikiran agama dan identitas lahirnya tidak menunjukkan realitas aslinya.  Meski secara lahir pembahasan ini merupakan kelanjutan pembahasan kaum intelektual (rausyanfikr) agama di negara kita namun pada hakikatnya keyakinan terhadap masalah ini hasilnya tidak lain akan membuat keropos fondasi-fondasi keyakinan beragama dan pada akhirnya membuat runtuh fondasi-fondasi tersebut.

Mengingat adanya kelalaian dalam merumuskan ideologi agama dengan bahasa moderen, setelah berlalunya tiga puluh tahun revolusi Islam, maka ruang bagi kemunculan dan perkembangan teori-teori seperti ini menjadi tersedia. Pembahasan ragam bacaan atas agama – secara lebih akurat – merupakan sebuah metode ekstrem dalam pembahasan perbedaan pemahaman atas agama.

Dalam pembahasan ragam bacaan atas agama, sebagaimana yang disebut demikian yang mengemuka adalah pembahasan pra-sangka-pra-sangka, harapan-harapan sebelumnya, kegemaran-kegemaran, dan selera-selera penafsir dan alim yang menyisakan pengaruh pada pemahamannya.

Dengan demikian rahasia adanya perbedaan bacaan karena adanya perbedaan pada pelbagai pra-sangka dan pra-pengetahuan-pra-pengetahuan ulama. Artinya adanya pelbagai perbedaan bersumber dari subyektifitas berpikir setiap ulama.

Teori ragam bacaan atas agama mengklaim tiada satu pun pemahaman yang bersifat formal dan resmi, dominan, tunggal dan benar atas agama – sehingga kita dapat berkata pahaman ini yang paling benar atas agama dan pemahaman orang lain keliru. Apa yang kita miliki adalah perbedaan kita dalam memahami agama. Kita tidak memiliki pahaman yang lebih baik dan lebih benar sebagai tandingan pemahaman yang lebih buruk dan keliru.

Kita berhadapan dengan sekumpulan pemahaman yang berbeda atas agama yang tidak dapat nilai yang mana benar dan yang mana keliru. Misalnya sebuah kubus pada ruang yang bergantung dan masing-masing orang memandang kubus ini. Perbedaan sudut pandang mengakibatkan munculnya pandangan yang berbeda atas kubus ini dan tidak satu pun dari sudut yang ada memiliki keunggulan atas yang lain.

Dalam agama terdapat pemahaman dan bacaan beragam tanpa adanya penilaian dan arbitrase di antara bacaan-bacaan dan pemahaman-pemahaman ini. Kita hanya berhadapan dengan adanya perbeadan pahaman.  Boleh jadi satu bacaan atas agama bersifat lebih formal dan lebih dominan namun hal itu tidak menisayakan bahwa bacaan formal dan dominan ini bermakna benarnya bacaan tersebut.

Poin lainnya yang ditekankan oleh penyokong teori ragan bacaan atas agama adalah adanya kemungkinan bacaan dalam bentuk afirmatif universal (al-mujibah al-kulliyah). Dalam pandangan penyokong teori ini, kita tidak dapat menentukan demarkasi dan berkata bahwa bidang ini dan sisi-sisi agama merupakan hal-hal yan bersifat permanen dan common serta tidak mungkin adanya perbedaan bacaan. Mereka beranggapan bahwa masing-masing kandungan agama sangat sarat dengan perbedaan dalam bacaan-bacaannya. Dalam pandangan mereka, semenjak masalah tauhid, kenabian, hari kiamat hingga hal-hal detil fikih dan masalah-masalah moral serta setiap bagian yang memiliki corak agama adalah interpretable dan tiada satu pun pahaman yang bersifat permanen atas agama.

Akar pembahasan ini berpulang pada pembahasan-pembahasan ihwal pemahaman terhadap teks (pembahasan hermeneutik). Kebudayaan agama khususnya agama-agama Ibrahim (Kristen, Yahudi dan Islam) secara mendalam adalah teks oriented. Artinya kebudayaan agama yang berputar dan berporos pada teks-teks agama. Dalam agama Kristen, mata air kebudayaan agama adalah Injil. Sumber kebudayaan agama Yahudi adalah penafsiran-penafsiran atas Taurat dan Talmud. Sementara Islam akar kebudayaannya adalah pemahaman dan penafsiran al-Qur’an dan Sunnah.

Atas dalil ini, segala jenis lontaran teori tentang masalah pemahaman teks-teks berpengaruh pada makrifat agama. Artinya apabila kita meyakini masalah pemahaman teks-teks (secara mutlak apakah satu teks hukum atau teks sastra dan lain sebagainya) bahwa terdapat kemungkinan penafsiran-penafsiran berbeda dari teks, sedemikian sehingga tiada satu pun penafsiran yang mengungguli penafsiran lainnya, hal ini sangat berpengaruh pada pembahasan ragam bacaan atas agama dan menjadi maklum bahwa kita tidak dapat menyodorkan satu penafsiran tunggal dan monokrom atas agama. Padahal pembahasan yang mengemuka adalah pembahasan tentang pemahaman teks namun berpengaruh para pemahaman atas agama. Hal itu disebabkan oleh pemahaman agama saling berjalin berkelindan dengan pemahaman teks-teks agama.

Pembahasan bacaan beragam atas agama merupakan sebuah pembahasan yang secara perlahan mengedepan dan tatkala kita melayangkan pandangan terhadap sejarah pemikiran ini, kita tidak dapat menyebutkan ruang dan waktu tertentu kemudian menyatakan bahwa siapa orang yang pertama kali mengemukakan pembahasan ini.

Berabad lamanya orang-orang beranggapan bahwa kita mampu menentukan satu penafsiran mana yang benar dan mana yang keliru di antara pelbagai penafsiran atas satu teks. Namun pada abad keduapuluh, kemungkinan adanya bacaan beragam atas teks dan agama kemudian mengemuka meski akar pembahasan ini juga telah ada pada abad kesembilan belas. Sebagai contoh, Nietzsche, filosof Jerman, mengemukakan pembahasan “perspektif” dan meyakini bahwa pemahaman kita bersumber dari perspektif kita terhadap satu masalah. Dan tatkala perspektif setiap orang berbeda-beda maka pemahaman mereka juga akan berbeda-beda.  Nietzsche tidak berkata khusus dalam masalah agama namun ia menyatakan sebuah persoalan yang dapat dicocokkan dengan pemahaman agama.

Contoh lainnya adalah Karl Marx, salah seorang teolog Protestan terkenal Jerman, meyakini, “Kita tidak boleh mengatakan apa yang dikatakan Kristen melainkan kita harus katakan apa yang dikatakan oleh orang-orang Kristen.” Artinya kita sama sekali jangan pernah sampaikan bahwa apa yang dikatakan Islam melainkan sampaikan apa yang dikatakan oleh orang alim Muslim.  Kita sekali-kali tidak dapat menyandarkan satu pemahaman dan bacaan terhadap Islam. Ruh pembahasan ini adalah bacaan beragam atas agama; meski tidak mengemuka dengan judul yang sama.

Teori Kontraksi dan Ekspansi yang mengemuka pada akhir-akhir tahun tujuh puluhan Syamsiah di Iran sejatinya merupakan ulasan atas pembahasan bacaan beragam atas agama. Teori ini, memiliki pemaparan dan uraian berbeda-beda. Dua penafsiran penting dari teori bacaan beragam atas agama berhubungan dengan dua filosof besar Barat yaitu Popper dan Gadamer.

Perbedaan dua penafsiran Popperian dan Gadamerian dengan teori Kontraksi dan Ekspansi adalah pada penafsiran Popperian, makrifat agama yang senada dengan pengetahuan moderen, lebih dekat kepada realitas ketimbang makrifat agama masa lalu. Namun dalam penafsiran Gadamerian, makrifat agama moderen dan masa lalu berada sejajar secara horizontal dan satu sama lain tidak dapat saling menyalahkan. Oleh itu, berdasarkan penafsiran ala Gadamerian kita tidak dapat menganjurkan para alim agama untuk menuntut ilmu moderen. Dari sisi lain, berdasarkan pemikiran Gadamer, kita tidak mesti harus menyesuaikan dengan tradisi moderen, melainkan sejatinya kita bergerak bersama tradisi dan pemahaman kita secara niscaya senada dan seirama dengan tradisi yang kita jalani bersama. [1]

Teori Konstraksi dan Ekspansi konsep orisinalnya diadopsi dari Gadamer (yaitu hermeneutik filosofis). Namun terdapat beberapa penambahan atas teori tersebut dan diberikan corak ketimuran hanya saja pengagas teori ini tidak memberikan ketajaman atas pembahasan Gadamer. Bahkan semakin membuatnya rapuh. Beberapa penambahan yang dilakukan terhadap pembahasan-pembahasan Gadamer sejatinya telah membuat teori Kontraksi dan Ekspansi itu sendiri menjadi lebih rapuh dan lebih rentan. [2]

Teori ragam bacaan atas Agama, sejatinya idem-dito dengan keyakinan terhadap pluralisme pemahaman. Artinya keyakinan terhadap pemahaman dan makrifat agama adalah bersifat pluralis. Teori ini menasbihkan bahwa kita tidak memiliki makrifat tunggal atas agama. Kita memiliki ragam makrifat yang senantiasa mengalami perubahan dan penyempurnaan. Karena itu, teori Kontraksi dan Ekspansi merupakan salau satu uraian dan paparan dari ragam bacaan atas Agama. Namun demikian terdapat ulasan-ulasan lain atas teori tersebut.

 

Bagian Kedua:

Interpretatifnya agama dengan pelbagai ulasan – baik Popperian atau Gadamerian – sepanjang bercerita tentang perbedaan dalam memahami agama maka hal itu adalah sesuatu yang benar dan dapat diterima. Namun ketika terlontar klaim bahwa setiap pemahaman atas agama merupakan tawanan pra-sangka-pra-sangka sehingga demikian tidak ada yang disebut sebagai pemahaman tunggal adalah pepesan kosong, menyesatkan dan salah karena orang-orang yang meyakini relatifitas makrifat agama pada akhirnya berujung pada relativitas agama itu sendiri.

Soroush meski membedakan antara makrifat agama dan agama namun pada pada tataran praktis tidak memiliki jalan lain kecuali meyakini agama moderen. Ia menerbitkan sebuah karya beberapa tahun pasca penulisan buku Teori Kontraksi dan Ekspansi. Secara tegas tidak hanya pada tataran praktis tetapi juga secara teoritis, ia mengakui, “Dalam buku Kontraksi dan Ekspansi Teori Syariat pembicaraan berkisar tentang manusiawi, historis dan membuminya makrifat agama dan kini dalam ekspansi pengalaman kenabian berkisar ihwal manusiawi dan historisnya agama itu sendiri.” [3] Pada giliran berikutnya, sumber adanya perbedaan pelbagai pemahaman tidak semata-mata pada urusan-urusan subyektif melainkan bersumber dari sumber aslinya dalam urusan-urusan obyektif. Artinya tiadanya makrifat terhadap imam eksternal atau internal (akal).

Namun sesuai dengan kesaksian al-Qur’an rasikhun fi al-‘ilm; yaitu para Imam Maksum dan orang-orang beriman pengikut mereka – tergantung derajat iman mereka – mampu memperoleh akses terhadap hakikat agama dan al-Qur’an.

Oleh itu, dengan bersandar pada pikiran dan kepemilikan-kepemilikan pribadi kita tidak dapat memperoleh hakikat agama kecuali kita mengikut pada seorang imam yang merupakan jelmaan sempurna akal dan dengan mengikutnya kita dapat memperoleh akses terhadap hakikat agama dan al-Qur’an serta terjaga dari kubangan tafsir birray. [IQuest]

 

Untuk telaah lebih jauh dalam masalah ini silahkan lihat indeks terkait:

Indeks: Pluralisme Agama dan Ragam Bacaan atas Agama, 5123 (Site: 5394)  



[1] . Mahdi Hadawi Tehrani, Bawar-ha wa Pursesy-ha, Justarha-ye dar Kalam Jadid, hal. 120, Qum, Muassasah Farhanggi Khane Kherad, 1378 S.   

[2] . Ahmad Wa’zhi, Qira’at-ha-ye Mukhtalif az Din, No. 21, Paigah-e Hauzah, Mehr, 1380 S.  

[3] . Abdul Karim Soroush, Basth Tajrebe Nabawi, Muassasah Farhanggi Shirath, Cetakan Kelima, Tabestan 85, Pisyguftar.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

  • Bagaimana hukum Islam terkait dengan hubungan sehat antara muda dan mudi?
    11875 Hukum dan Yurisprudensi 2012/05/13
    Dalam pandangan Islam, pria dan wanita adalah dua entitas dan makhluk yang saling menyempurnakan. Allah Swt menciptakan mereka untuk satu sama lain untuk saling melengkapi. Salah satu kebutuhan pria dan wanita terhadap satu sama lain adalah kebutuhan seksual. Namun kebutuhan ini harus disalurkan pada aturan dan instruksi ...
  • Apa makna ayat 6 surah al-Nisa yang berbicara tentang harta anak yatim?
    24198 Tafsir 2012/08/22
    Allah Swt pada ayat ini memerintahkan kepada pengurus dan pengasuh anak-anak yatim untuk berhati-hati dengan harta mereka dan menjaga modal mereka; anak-anak yatim pada masa pengasuhan hingga masa baligh dan dewasa hendaknya diujis dalam masalah harta dan tatkala mereka mencapai usia baligh dan dewasa, harta yang mereka ...
  • Jelaskan secara ringkas biografi Imam Ridha as.
    2325 Sejarah Para Pembesar 2021/06/23
  • Apakah arti dan hakikat Ramadhan itu?
    7092 Irfan Teoritis 2015/05/03
    Ramadhan secara leksikal berarti panas yang menyengat, panasnya batu, intensitas sinar matahari. Juga dikatakan bahwa ramadhan diambil dari asal kata “harr” yang artinya adalah kembali dari gurun menuju kota. Secara teknis ramadhan adalah nama bulan ke-9 bulan Hijriah, bulan-bulan Islam dan bulan turunnya al-Quran. Imam Sajjad As ...
  • Kepada siapa sajakah Allah Swt anugerahkan hikmah?
    13025 Tafsir 2015/02/14
    Allah Swt dalam al-Quran berfirman: «یُؤْتِی الْحِکْمَةَ مَنْ یَشاءُ وَ مَنْ یُؤْتَ الْحِکْمَةَ فَقَدْ أُوتِیَ خَیْراً کَثیراً» “Allah akan menganugrahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah tersebut, ia benar-benar telah dianugerahi kebaikan yang yang tak terhingga.” (Qs Al-Baqarah [2]:269) Hikmah, ...
  • Tolong jelaskan aliran Syaikhiyah dan pendirinya Syaikh Ahmad Ihsai?
    7650 Sejarah Para Pembesar 2009/09/22
    “Syaikhiyah” adalah suatu aliran yang didirikan oleh Syaikh Ahmad Ihsai. Syaikh Ahmad lahir di kota Ihsa pada tahun 1166 H dan pada tahun 1186 berangkat ke Karbala dan belajar kepada ulama-ulama Syi’ah. Ia, pergi ke Iran dalam rangka ...
  • Apa saja tipologi dan nilai plus yang dimiliki oleh kitab Bihâr al-Anwâr? Kritikan apa saja yang dapat dilontarkan atas kitab ini?
    8619 Dirayah al-Hadits 2012/05/10
    Kumpulan riwayat kitab Bihâr al-Anwâr merupakan karya magnum opus Allamah Muhammad Baqir Majlisi. Kitab ini merupakan ensiklopedia (Dairat al-Ma’ârif) besar hadis mazhab Syi’ah yang mencakup seluruh masalah-masalah agama, seperti tafsir al-Qur’an, Sejarah, Fikih, Teologi dan lain-lain. Di antara tipologi dan keunggulan paling penting kitab Bihâr ...
  • Apakah seorang penerjemah boleh memberikan pekerjaan terjemahannya kepada penerjemah lainnya?
    3724 Hak-hak Non-Material dan Reproduksi 2019/06/16
    Apabila tidak disyaratkan bahwa penerjemah awal yang harus mengerjakan terjemahan itu, maka dengan perjanjian baru (seperti ju’alah atau kontrak) tidak menjadi masalah untuk melimpahkan kepada penerjemah lain. Namun sebagian fakih,[1] terkait dengan hal ini berkata: Dalam mengontrak seseorang tertentu untuk melakukan pekerjaan (seperti terjemahan) ...
  • Apakah benar Umar pada hari perdamaian Hudaibiyyah berkata kepada Rasulullah Saw bahwa aku tidak pernah menyangsikan kenabian Rasulullah Saw seperti saat ini?
    8645 Teologi Lama 2011/02/15
    Sebagian literatur Ahlusunnah melaporkan hal ini terkait dengan persitiwa perdamaian Hudaibiyyah dimana Umar merasa bahwa sabda-sabda Rasulullah Saw tidak terpenuhi, katanya, “Wallahi! Ma syakaktu mundzu aslamtu illa yaumaidzin.” (Demi Allah! Aku tidak pernah ragu tentang kenabian kecuali hari itu.” Namun pada sebagian literatur lainnya seperti ...
  • Bagaimanakah manusia itu diciptakan berdasarkan dalam pandangan Islam?
    50745 Teologi Lama 2011/09/06
    Al-Qur’an menyatakan dengan ragam ungkapan terkait dengan penciptaan manusia dan sumber kemunculannya. Sebagian ayat al-Qur’an memperkenalkan bahwa bahan dasar pertama manusia adalah “tanah liat.” Sebagian lainnya menyebutkan bahwa manusia Kami ciptakan dari “air.” Ayat-ayat lainnya menyatakan bahwa sumber penciptaan manusia berasal dari “nutfah” (sperma) dan sebagian ayat lainnya mengungkapkan “tanah ...

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259954 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245710 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229603 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214412 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175711 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171082 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167506 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157563 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140417 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133612 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...