Please Wait
24008
Islam adalah agama makrifat dan pengetahuan tentang hakikat. Islam sebagai agama makfirat tidak dapat bersikap reaktif dan ekstrem terhadap pelbagai isme dan pemahaman seperti rasionalisme, empirisme dan setiap metode umum lainnya. Namun demikian, tidak mengenal kedudukan masing-masing metode pemikiran, metode keilmuan dan upaya untuk mengkaji Islam dengan menggunakan pelbagai pandangan yang terpengaruh oleh peradaban Barat dan menanggalkan seluruh identitas tauhid dan agamanya merupakan sebuah upaya untuk membaratkan seluruh hakikat esensial Islam yang bermuara pada keluarnya seseorang dari jalur makrifat dan hakikat. Hal ini merupakan salau satu faktor sehingga manusia tidak mengenal hakikat-hakikat Islam dan pesan-pesan universalnya.
Metodologi Barat memiliki tipologi dan karakteristik tersendiri yang banyak dipengaruhi oleh pandangan-pandangan Barat terkait dengan masalah manusia, dunia dan tujuan yang ingin dicapainya. Akan tetapi metodologi tersebut tidak dapat digunakan untuk mengenal eksistensi dan hakikat ajaran Islam. Karena setiap hakikat di dunia ini memiliki metode penelitian secara khusus. Jika tidak demikian, maka hasil-hasil dari riset tersebut akan dipengaruhi oleh pandangan-pandangan subyektif sang peneliti itu sendiri. Misalnya untuk mengenal anggota badan manusia, tidak mungkin menggunakan metode filosofis, dan dengan metode filosofis, tidak mungkin akan dicapai suatu kesimpulan yang diharapkan. Metode yang paling baik adalah dengan cara meriset secara langsung, eksperimentasi dan empiris. Demikian pula untuk memahami hakikat batin manusia, seperti cinta, rasa sayang dan lainnya, tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode empiris dan materialis. Sama halnya dengan ajaran Islam, syari'at dan hakikat, tidak mungkin mengenal hakikat ajaran itu dengan metode dan kaidah tersebut. Walau apapun riset yang dilakukan dengan metode empiris tersebut untuk mengenal dan memahami suatu agama, Tuhan, Al-Qur'an, kenabian, ma'ad, ibadah dan seluruh bagian syari'at, dan sekalipun dengan riset dan melakukan eksperimen melalui laboratorium, maka hasil yang diharapkan tidak akan dapat dicapai secara maksimal dan optimal.
Akan tetapi yang penting diketahui adalah dengan metode empiris itu, sejauh mana dapat mendekati pesan-pesan agama Islam dan hakikatnya. Sebagai contoh misalnya untuk memperoleh pengetahuan atas sebuah keyakinan yang dimotori oleh iman kepada Tuhan yang mempengaruhi kehidupan individu seorang mukmin, hanya bisa dilakukan dengan metode praktis (‘amaliyah) secara langsung, yaitu dengan menjalankan takwa dan keimanan secara praktis. Tanpa melakukan cara-cara seperti itu, tidak mungkin hakikat yang diinginkan akan dapat dicapai. Demikianlah bahwa untuk mengetahui setiap fenomena hakikat, harus dengan cara mengosongkan benak dan pikiran dari perasaan memihak (biased) dan memberikan penilaian sebelumnya serta jauh dari pemikiran-pemikiran atau metode-metode tertentu. Melainkan harus dengan metode bersentuhan secara langsung terhadap hakikat tersebut dan mengambil konklusi dengan cara meneliti kandungan hakikatnya. Karena itu, untuk mengenal Islam pun harus dengan cara membersihkan benak dan pikiran dari berbagai pandangan dan pemikiran Barat, Timur dan pandangan empiris. Karena metodologi Barat tidak akan dapat menuai pemahaman tentang hakikat Islam dan agama yang sebenarnya. Metode tersebut tidak mampu menjelaskan hakikat tersebut. Namun demikian bukanlah maksud kami mengingkari metodologi Barat dalam semua bidang penelitian. Yang kami maksudkan adalah bahwa untuk meneliti dan meriset ajaran Islam, haruslah dengan metode mengosongkan benak dari berbagai pandangan dan memutuskan hubungan dengan peradaban tertentu. Dalam tulisan ini, kami tidak bertujuan untuk mengkritisi peradaban Barat dan meneliti pandangan Barat terhadap manusia, dunia dan Tuhan. Akan tetapi yang jelas adalah bahwa metodologi Barat sangat dipengaruhi oleh pemikiran dan pandangan Barat sehubungan dengan memahami hakikat alam semesta sehingga tidak dapat mencapai hasil yang semestinya. Sementara untuk mengenal dan memahami agama Islam dan hal-hal maknawiyah, sangat diperlukan adanya kebebasan berpikir. Dan jika tidak demikian, maka kita tidak akan memiliki kebebasan berpikir dalam upaya mengenal hakikat tersebut. Hanya mengambil dan menerima pengetahuan Barat secara membabi buta merupakan salah satu faktor Westernisasi di negara-negara Islam. Meskipun kemunduran kaum muslimin itu sendiri dalam makrifat hakikat murni agama dan Islam, telah menjadi lahan dan peluang bagi tumbuhnya Westernisasi.
Islam sebagai agama makrifat dan pengetahuan tentang hakikat, membuka peluang luas bagi pemikiran, pengetahuan, syari'at dan irfan di muka bumi ini. Rasionalisme, empirisme dan setiap metode materialis lainnya tidak akan dapat berhadapan dan berinteraksi dengannya. Di samping itu, masing-masing dari metode pemikiran, ilmiah dan upaya untuk meneliti ajaran Islam yang telah dipengaruhi oleh peradaban Barat dan telah kehilangan seluruh eksistensi tauhid dan agama, dan upaya untuk mem-Baratkan eksistensi Islam, akan menyebabkan Islam keluar dari jalur makrifat dan hakikatnya. Hal inilah yang merupakan salah satu faktor sehingga Islam tidak dikenal dan pesan-pesannya tidak diterima (oleh sebagian masyarakat dunia).
Jika tidak, maka sebenarnya menggunakan metode-metode Barat dalam urusan umum manusia, tidak ada kaitannya dengan pembahasan ini. Karena pada dasarnya masalah ini merupakan perkara mandiri yang tidak ada hubungannya dengan pandangan Barat atau Timur.
Melainkan yang dimaksud pandangan Barat dalam pandangan kritisnya adalah pemihakannya terhadap masalah-masalah keilmuan ini dan dikuasai oleh satu semangat yang mendominasi dunia dewasa ini yang tentu saja tidak berdasarkan semangat monotheistik dan Ilahiah.
Atas dasar itu, maka dengan mudah dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa dalam meneliti setiap penomena, pandangan dan hakikat, di antaranya adalah ajaran Islam, harus merujuk kepada referensi-referensi utamanya, dan mesti konsisten untuk menggali dan menerima ma'arifnya, berhubungan dan mengikuti referensi-referensi tersebut, tanpa menoleh sedikitpun kepada metode-metode Barat yang lebih banyak dipengaruhi oleh pandangan dunia materialis. Kalau ingin menggunakan metode-metode ini untuk mengkaji Islam dan epistemologi Islam maka hasil yang akan dituai adalah hilangnya identitas agama dan menyebarnya wabah Westernisasi.[IQuest]