Please Wait
11530
Gelar muhaddits berbeda dengan Ahluhadits. Muhaddits adalah seseorang yang dalam ilmu hadis berfungsi sebagai media dalam periwayatan atau memiliki kitab mustanad (yang memiliki sandaran standar) dalam hadis.
Adapun Ahluhadits adalah sekelompok orang yang memiliki keyakinan khusus dalam pelbagai masalah teologis. Akan tetapi boleh jadi seseorang di samping itu sebagai seorang muhaddits juga Ahluhadits meski tidak ada kemestian di antara keduanya; karena itu, Ibnu Taimiyah tidak dapat disebut sebagai muhaddits secara terminologis. Lantaran namanya tidak disebutkan dalam silsilah sanad dan juga tidak memiliki kitab mustanad (yang memiliki sandaran standar) dalam penukilan hadis-hadis.
Apa yang dilaporkan tentang Ibnu Taimiyah adalah bahwa ia adalah seseorang yang bermazhab Hanbali,[1] meski sebagian keyakinannya juga selaras dan sejalan dengan Ahluhadits. Namun ia juga memiliki keyakinan kontroversial lainnya yang terkhusus secara eksklusif baginya. Sebelumnya tiada seorang pun yang menukil keyakinan seperti ini. Karena itu, menyebut Ibnu Taimiyah sebagai bagian dari Ahluhadits dalam artian teknis terminologis sebagaimana yang disebutkan di atas adalah sejenis bentuk mengampangkan persoalan. [iQuest]
Untuk telaah lebih jauh silahkan telaah literatur berikut:
1. Ali Asghar Ridwani, Naqdi bar Afkâr Ibnu Taimiyah, Nasyr Masy'ar, Teheran, Cetakan Pertama, 1386 S.
2. Hamid Ibrahim Abdullah, al-Wahâbiyah Firqatun lil Tafraqah baina al-Muslimin, Nasyr Masy'ar, Teheran, Cetakan Pertama, 1430 H.
[1]. Khairuddin Zarkali, al-'Alam Qâmus Tarâjim Li Asyhâr al-Rijâl wa Al-Nisa min al-'Arab wa al-Musta'rabin wa al-Mustasyriqin, jil. 4, hal. 6, Dar al-'Ilm lil Malayain, Beirut, Cetakan Kedelapan, 1989 M; Ibnu Hamad Hanbali, Syihabuddin Abu al-Falah Abdulhayyi bin Ahmad, Syadzrat al-Dzahab fi Akhbar min Dzahab, Tahqiq oleh al-Aranauut, jil. 7, hal. 583, Dar Ibnu Katsir, Damaskus, Beirut, Cetakan Pertama, 1406 H.