Please Wait
Hits
28823
28823
Tanggal Dimuat:
2013/11/27
Ringkasan Pertanyaan
Siapa sajakah yang mengaku sebagai nabi di zaman Rasulullah Saw? Mengapa umat Islam membunuh mereka?
Pertanyaan
Mohon beri penjelasan tentang orang-orang yang mengaku nabi di zaman Rasulullah Saw, misalnya tentang Musailamah Kadzdzab dan Aswad ‘Unsi? Dan mengapa umat Islam membunuh mereka?
Jawaban Global
Di zaman Rasulullah saw ada beberapa orang yang mengaku sebagai nabi. Namun hanya segelintir dari mereka yang mendapatkan pengikut. Sebagai contoh, yang paling terkenal adalah Musailamah bin Tsamamah, yang mengaku sebagai nabi yang bekerja sama dengan Rasulullah Saw, begitu juga Aswad Unsi dan Thalihah bin Khuwailid, dan lain sebagainya yang notabene mereka berada di satu daerah.
Adapun tentang sebab mereka dibunuh oleh umat Islam, perlu dijelaskan bahwa orang-orang yang mengaku sebagai nabi itu telah melakukan banyak kesalahan besar, yang mana tiap kesalahan itu bisa menjadi sebab terbunuhnya mereka. Mereka berkata bohong kepada nabi, secara bohong mengaku sebagai nabi, menyesatkan orang lain, membunuh sebagian Muslimin dan lain sebagainya. Namun sebab utama mereka dibunuh adalah karena telah murtad dan berusaha memurtadkan orang lain. Kebanyakan orang-orang yang megaku sebagai nabi itu mulanya memeluk Islam, namun lambat laun mereka meninggalkan rukun-rukun penting agama kemudian murtad. Karena itulah mereka diperangi dan dibinasakan.
Adapun tentang sebab mereka dibunuh oleh umat Islam, perlu dijelaskan bahwa orang-orang yang mengaku sebagai nabi itu telah melakukan banyak kesalahan besar, yang mana tiap kesalahan itu bisa menjadi sebab terbunuhnya mereka. Mereka berkata bohong kepada nabi, secara bohong mengaku sebagai nabi, menyesatkan orang lain, membunuh sebagian Muslimin dan lain sebagainya. Namun sebab utama mereka dibunuh adalah karena telah murtad dan berusaha memurtadkan orang lain. Kebanyakan orang-orang yang megaku sebagai nabi itu mulanya memeluk Islam, namun lambat laun mereka meninggalkan rukun-rukun penting agama kemudian murtad. Karena itulah mereka diperangi dan dibinasakan.
Jawaban Detil
Di zaman Rasulullah Saw, terdapat beberapa orang yang mengaku sebagai nabi. Beberapa di antaranya akan disebutkan di sini:
Musailamah bin Tsamamah
Pada suatu hari Musailamah bin Tsamamah yang juga dikenal dengan Abu Tsamamah[1] bersama sekelompok orang lainnya pergi menemui nabi, lalu ia berkata kepada sang nabi:[2] “Jika engkau bersedia menyerahkan segala perkara dan urusanmu setelahmu kepadaku (jika engkau jadikan aku sebagai penggantimu) maka aku akan mengikutimu. Nabi menghadap kepadanya sedang di tangannya ada setangkai daun kurma lalu berkata: “Jika engkau meminta apa yang di tanganku dengan cara seperti ini aku tidak akan memberikannya. Janganlah bermusuhan dalam perkaramu dengan apa yang telah ditentukan Tuhan untukmu. Jika engkau berpaling Tuhan akan memutus apa yang di belakangmu. Dan Aku sungguh melihatmu saat ini seperti yang kulihat dalam mimpiku.”[3] Setelah kejadian itu saat ia kembali ke kaumnya ia mengaku sebagai nabi dan mengaku bahwa ia bekerja sama dengan nabi dalam kenabian.[4] Yakni ia tidak mengingkari nabi Muhammad Saw, namun ia mengaku nabi sama seperti halnya Rasulullah Saw.
Tak lama kemudian setelah ia berhasil mengumpulkan pengikutnya, ia menulis surat untuk Rasulullah Saw: “Dari Musailamah sang nabi untuk Muhammad sang nabi, salam bagimu. Amma ba’du. Sesungguhnya aku dan engkau sama-sama berandil dalam perkara kenabian ini. Separuh dari dunia adalah milikku dan separuh lainnya milik Quraisy. Namun Quraisy telah melampaui batas.” Rasulullah Saw dalam menjawab suratnya menulis: “Dari Muhammad Rasulullah Saw kepada Musailamah sang pembohong. Salam untuk orang yang mengikuti jalan yang benar. Amma ba’du. “Dunia ini milik Allah swt yang Ia berikan kepada siapapun dari hamba-Nya yang Ia kehendaki. Dan akhir yang baik adalah untuk orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al-A’raf [7]: 128)”[5]
Diriwayatkan pula Rasulullah Saw mengutus seseorang bernama Habib bin Zahra kepada Musailamah. Musailamah berkata kepadanya: “Apakah kau bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah?” Habib berkata: “Ya”. Lalu ia bertanya lagi: “Apakah kau bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah?” Habib menjawab: “Aku tuli dan bisu.” Perkataan-perkataan itu diulang beberapa kali. Akhirnya Musailamah membunuhnya dan memotong-motong tubuhnya.[6]
Disebutkan juga bahwa Musailamah sang pembohong menawan dua orang dari sahabat nabi dan berkata kepada salah satunya: “Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah?” Ia menjawab: “Ya.” Kemudian ia bertanya lagi: “Apakah engkau juga bersaksi atas risalahku?” Ia menjawab: “Ya.” Lalu setelah itu ia membebaskannya. Tak lama kemudian ia menanyai sahabat nabi yang kedua: “Apakah kau bersaksi atas risalah yang diemban nabi Muhammad Saw?” Ia menjawab: “Ya.” Kemudian ia bertanya lagi: “Apakah kau juga bersaksi atas risalahku?” Ia menjawab: “Aku tuli dan bisu.” Akhirnya ia pun syahid. Peristiwa itu sampai terdengar Rasulullah Saw. Beliau berkata: “Adapun yang syahid itu, ia syahid dalam imannya dan mencapai derajatnya yang tertinggi. Selamat untuknya yang telah mencapai kedudukan tinggi itu serta pahala yang besar. Adapun yang dibebaskan, ia mendapatkan maaf dari Tuhannya karena bertaqiyah dan ia tak berdosa.”[7]
Sepeninggal Rasulullah Saw Musailamah menyatakan bahwa saat Rasulullah tidak ada maka satu-satunya nabi adalah dirinya dan semua orang harus mentaatinya dan mendukungnya.[8]
Akhirnya saat khalifah pertama melihat bahwa bahaya Musailamah semakin menjadi-jadi ia mengumpulkan pasukan untuk memeranginya, lalu dengan kepemimpinan Khalid bin Walid mereka memerangi pasukan Musailamah; kemudian kaum Muslimin meraih kemenangan dan Musailamah pun terbunuh di perang itu.[9]
Ada banyak cerita tentang mukjizat-mukjizat yang diakui Musailamah bisa ia lakukan. Seseorang mengadu kepada Rasulullah Saw akan asinnya air sumur miliknya. Nabi mendatanginya dan meludahi sumur tersebut, kemudian sumur itu menjadi segar dan dingin airnya. Cerita itu sampai ke telinga penduduk Yamamah, mereka pun meminta Musailamah untuk melakukan hal yang sama. Ia pun meludah di sumur yang sedikit airnya lalu airnya berubah menjadi air asin dan panas.[10] Selain itu ia juga berusaha untuk membawakan ayat-ayat seperti Quran, yang mungkin dari segi wazn dan qafiyah mirip dengan Qur’an namun kandungannya sama sekali tidak bisa dibandingkan. Misalnya ia membawakan ayat: “Gajah, apakah engkau tahu apa itu gajah? Ia memiliki ekor yang pendek dan belalai yang panjang.”[11]
«الفیل و ما الفیل و ما ادراک ما الفیل له ذنب وثیل و خرطوم طویل»
Aswad ‘Unsi
Ia adalah orang Yaman dan pernah mengaku sebagai nabi. Tentang hal ini silahkan baca Jawaban Nomor 33518.
Thalihah bin Khuwailid Asadi
Dia adalah orang Iran yang pernah mengaku sebagai nabi sepeninggal Rasulullah Saw. Ia mempunyai segelintir pengikut. Pasukan Islam yang dipimpin oleh Khalid bin Walid memerangi mereka dan mereka terbunuh di peperangan tersebut.[12]
Sebab Memerangi Mereka
Adapun tentang sebab mereka dibunuh oleh umat Islam, perlu dijelaskan bahwa orang-orang yang mengaku sebagai nabi itu telah melakukan banyak kesalahan besar, yang mana tiap kesalahan itu bisa menjadi sebab terbunuhnya mereka. Mereka berkata bohong kepada nabi, secara bohong mengaku sebagai nabi, menyesatkan orang lain, membunuh sebagian Muslimin dan lain sebagainya. Namun sebab utama mereka dibunuh adalah karena telah murtad dan berusaha memurtadkan orang lain. Kebanyakan orang-orang yang megaku sebagai nabi itu mulanya memeluk Islam, namun lambat laun mereka meninggalkan rukun-rukun penting agama kemudian murtad. Oleh karena itulah mereka diperangi dan dibinasakan. [iQuest]
Musailamah bin Tsamamah
Pada suatu hari Musailamah bin Tsamamah yang juga dikenal dengan Abu Tsamamah[1] bersama sekelompok orang lainnya pergi menemui nabi, lalu ia berkata kepada sang nabi:[2] “Jika engkau bersedia menyerahkan segala perkara dan urusanmu setelahmu kepadaku (jika engkau jadikan aku sebagai penggantimu) maka aku akan mengikutimu. Nabi menghadap kepadanya sedang di tangannya ada setangkai daun kurma lalu berkata: “Jika engkau meminta apa yang di tanganku dengan cara seperti ini aku tidak akan memberikannya. Janganlah bermusuhan dalam perkaramu dengan apa yang telah ditentukan Tuhan untukmu. Jika engkau berpaling Tuhan akan memutus apa yang di belakangmu. Dan Aku sungguh melihatmu saat ini seperti yang kulihat dalam mimpiku.”[3] Setelah kejadian itu saat ia kembali ke kaumnya ia mengaku sebagai nabi dan mengaku bahwa ia bekerja sama dengan nabi dalam kenabian.[4] Yakni ia tidak mengingkari nabi Muhammad Saw, namun ia mengaku nabi sama seperti halnya Rasulullah Saw.
Tak lama kemudian setelah ia berhasil mengumpulkan pengikutnya, ia menulis surat untuk Rasulullah Saw: “Dari Musailamah sang nabi untuk Muhammad sang nabi, salam bagimu. Amma ba’du. Sesungguhnya aku dan engkau sama-sama berandil dalam perkara kenabian ini. Separuh dari dunia adalah milikku dan separuh lainnya milik Quraisy. Namun Quraisy telah melampaui batas.” Rasulullah Saw dalam menjawab suratnya menulis: “Dari Muhammad Rasulullah Saw kepada Musailamah sang pembohong. Salam untuk orang yang mengikuti jalan yang benar. Amma ba’du. “Dunia ini milik Allah swt yang Ia berikan kepada siapapun dari hamba-Nya yang Ia kehendaki. Dan akhir yang baik adalah untuk orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al-A’raf [7]: 128)”[5]
Diriwayatkan pula Rasulullah Saw mengutus seseorang bernama Habib bin Zahra kepada Musailamah. Musailamah berkata kepadanya: “Apakah kau bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah?” Habib berkata: “Ya”. Lalu ia bertanya lagi: “Apakah kau bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah?” Habib menjawab: “Aku tuli dan bisu.” Perkataan-perkataan itu diulang beberapa kali. Akhirnya Musailamah membunuhnya dan memotong-motong tubuhnya.[6]
Disebutkan juga bahwa Musailamah sang pembohong menawan dua orang dari sahabat nabi dan berkata kepada salah satunya: “Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah?” Ia menjawab: “Ya.” Kemudian ia bertanya lagi: “Apakah engkau juga bersaksi atas risalahku?” Ia menjawab: “Ya.” Lalu setelah itu ia membebaskannya. Tak lama kemudian ia menanyai sahabat nabi yang kedua: “Apakah kau bersaksi atas risalah yang diemban nabi Muhammad Saw?” Ia menjawab: “Ya.” Kemudian ia bertanya lagi: “Apakah kau juga bersaksi atas risalahku?” Ia menjawab: “Aku tuli dan bisu.” Akhirnya ia pun syahid. Peristiwa itu sampai terdengar Rasulullah Saw. Beliau berkata: “Adapun yang syahid itu, ia syahid dalam imannya dan mencapai derajatnya yang tertinggi. Selamat untuknya yang telah mencapai kedudukan tinggi itu serta pahala yang besar. Adapun yang dibebaskan, ia mendapatkan maaf dari Tuhannya karena bertaqiyah dan ia tak berdosa.”[7]
Sepeninggal Rasulullah Saw Musailamah menyatakan bahwa saat Rasulullah tidak ada maka satu-satunya nabi adalah dirinya dan semua orang harus mentaatinya dan mendukungnya.[8]
Akhirnya saat khalifah pertama melihat bahwa bahaya Musailamah semakin menjadi-jadi ia mengumpulkan pasukan untuk memeranginya, lalu dengan kepemimpinan Khalid bin Walid mereka memerangi pasukan Musailamah; kemudian kaum Muslimin meraih kemenangan dan Musailamah pun terbunuh di perang itu.[9]
Ada banyak cerita tentang mukjizat-mukjizat yang diakui Musailamah bisa ia lakukan. Seseorang mengadu kepada Rasulullah Saw akan asinnya air sumur miliknya. Nabi mendatanginya dan meludahi sumur tersebut, kemudian sumur itu menjadi segar dan dingin airnya. Cerita itu sampai ke telinga penduduk Yamamah, mereka pun meminta Musailamah untuk melakukan hal yang sama. Ia pun meludah di sumur yang sedikit airnya lalu airnya berubah menjadi air asin dan panas.[10] Selain itu ia juga berusaha untuk membawakan ayat-ayat seperti Quran, yang mungkin dari segi wazn dan qafiyah mirip dengan Qur’an namun kandungannya sama sekali tidak bisa dibandingkan. Misalnya ia membawakan ayat: “Gajah, apakah engkau tahu apa itu gajah? Ia memiliki ekor yang pendek dan belalai yang panjang.”[11]
«الفیل و ما الفیل و ما ادراک ما الفیل له ذنب وثیل و خرطوم طویل»
Aswad ‘Unsi
Ia adalah orang Yaman dan pernah mengaku sebagai nabi. Tentang hal ini silahkan baca Jawaban Nomor 33518.
Thalihah bin Khuwailid Asadi
Dia adalah orang Iran yang pernah mengaku sebagai nabi sepeninggal Rasulullah Saw. Ia mempunyai segelintir pengikut. Pasukan Islam yang dipimpin oleh Khalid bin Walid memerangi mereka dan mereka terbunuh di peperangan tersebut.[12]
Sebab Memerangi Mereka
Adapun tentang sebab mereka dibunuh oleh umat Islam, perlu dijelaskan bahwa orang-orang yang mengaku sebagai nabi itu telah melakukan banyak kesalahan besar, yang mana tiap kesalahan itu bisa menjadi sebab terbunuhnya mereka. Mereka berkata bohong kepada nabi, secara bohong mengaku sebagai nabi, menyesatkan orang lain, membunuh sebagian Muslimin dan lain sebagainya. Namun sebab utama mereka dibunuh adalah karena telah murtad dan berusaha memurtadkan orang lain. Kebanyakan orang-orang yang megaku sebagai nabi itu mulanya memeluk Islam, namun lambat laun mereka meninggalkan rukun-rukun penting agama kemudian murtad. Oleh karena itulah mereka diperangi dan dibinasakan. [iQuest]
[1]. Khairuddin Zirikli, Al-Â’lam (Qamus Tarajim Li Ashhuri al-Rijal wa al-Nisa’ min al-‘Arab wa al-Musta’rabin wa al-Mustashriqin), jil. 7, hal. 226, Dar al-‘Ilm lil Malayin, Beirut, Cetakan Kedelapan, 1989 M.
[2]. Dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa ia tidak mendatangi nabi namun perkataannya disampaikan kepada nabi dan nabi pun menjawabnya. al-Â’lam, jil. 7, hal. 226.
[3]. Muhammad bin Isma’il Bukhari,, Shahih al-Bukhâri, Riset oleh al-Nashir, Muhammad Zuhair bin Nashir, jil. 4, hal. 203, Dar Thauq al-Najah, Cetakan Pertama, 1422 H.
[4]. Taqiyuddin Maqrizi, Amtâ’ al-Asmâ’ bima li al-Nabi min al-Ahwâl wa al-Amwâl wa al-Hifdah wa al-Matâ’, jil. 14, hal. 229, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Cetakan Pertama, 1420 H.
[5]. Muhammad bin Jarir Thabari, Târikh al-Umam wa al-Muluk, Riset oleh Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, jil. 3, hal. 146, Darul Turats, Beirut, cetakan kedua, 1387 H; Ibnu Katsir Dimashqi, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, jil. 6, hal. 341, Darul Fikr, Beirut.
[6]. Yusuf bin Abdullah Abdilbarr, al-Isti’âb fi Ma’rifah al-Ashhâb, Riset oleh Ali Muhammad Bajawi, jil. 1, hal. 320; Dar al-Jil, Beirut, Cetakan Pertama, 1412 H.; Izzuddin Abul Hasan Ibnu Atsir Jazri, Usd Al-Ghabah fi Ma’rifah al-Shahâbah, jil. 1, hal. 443, Darul Fikr, Beirut, 1409 H.Q.
[7]. Fadhl bin Hasan Thabrasi, Majma’ al-Bayân fi Tafsir al-Qur’ân, Kata Pengantar oleh Muhammad Jawad Balaghi, jil. 2, hal. 730, Intisyarat Nasir Khusruw, Teheran, Cetakan Ketiga, 1372 H; Muhammad bin Zainuddin Ibnu Abi Jumhur, ‘Awâli al-La’ali al-‘Aziziyah fi al-Ahâdits al-Diniyah, Riset dan edit oleh Mujtaba Araki, jil. 2, hal. 104-105, Dar Sayid al-Syuhada’ lil Nashr, Qum, Cetakan Pertama, 1405 H; Muhammad bin Umar Fakhruddin Razi, Mafâtih al-Ghaib, jil. 8, hal. 193, Dar Ihya’ al-Turats al-‘Arabi, Beirut, Cetakan Ketiga, 1420 H.
[8]. Al-Bidâyah wa al-Nihâyah, jil. 6, hal. 341.
[9]. Abdurrahman bin Muhammad Ibnu Khaldun, Târikh Ibnu Khaldun (Diwân al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Târikh al-‘Arab wa al-Barbar wa Man ‘Asharahum min Dzawi al-Sya’n al-Akbar), Riset oleh Khalil Syahadah, jil. 2, hal. 502, Dar al-Fikr, Beirut, Cetakan Kedua, 1408 H.
[10]. Ibnu Syahr Asyub Mazandarani, Manâqib Âli Abi Thalib, jil. 1, hal. 117-118, Intesyarat Allamah, Qum, Cetakan Pertama, 1379 H; Ali bin ‘Isa Arbali, Kasyf Al-Ghummah fi Ma’rifah Al-Aimmah, Riset dan edit oleh Hasyim Rasuli Mahalati, jil. 1, hal. 27, Nasyr Bani Hasyimi, Tabriz, Cetakan Pertama, 1381 H.
[11]. Shadruddin Syirazi, Syarh Ushul al-Kâfi, Riset dan edit oleh Muhammad Khajawi, jil. 2, hal. 398, Muasasah Mothala’at wa Tahqiqat Farhanggi, Teheran, Cetakan Pertama, 1383 H.
[12]. Al-Isti’âb, jil. 2, hal. 773.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar