Please Wait
11388
Ada beberapa poin penting yang mesti kita perhatikan dalam menjawab pertanyaan ini, antara lain:
Pertama, hal yang terpenting bagi seorang periset dalam bidang firaq dan mazahabi (perbandingan mazhab) pertama-tama ia harus menggunakan sumber dan literatur yang paling utama.
Kedua, harus memperoleh berbagai informasi mengenai satu firkah atau mazhab dari literatur-literatur mereka sendiri.
Ketiga, seorang periset yang baik sedapat mungkin memanfaatkan riset-riset lapangan.
Dengan memperhatikan pendahuluan ringkas ini sekarang tiba saatnya untuk menjawab pertanyaan Anda.
Literatur atau sumber yang disebutkan untuk klaim ini adalah kitab al-Maniyyah wa al-Amal fi Syarhi al-Milal wa al-Nihal dimana kitab aslinya Al-Milal wa al-Nihal merupakan karya Abdulkarim Syahristani dan diulas oleh seorang yang bernama Mahdi Lidinillah Ahmad bin Yahya bin Murtadha.
Abdulkarim Syahristani penyusun kitab al-Milal wa al-Nihal merupakan seorang teolog mazhab Asy ariyah yang lahir pada tahun 479 H dan wafat pada tahun 548 H. Pengulas kitabnya lahir dan wafatnya tentu saja setelah Syahristani merupakan salah satu pemimpin mazhab Zaidiyyah. Dengan demikian (katakanlah masalah ini tertuang dalam kitab tersebut) untuk menemukan keyakinan Syiah Imamiyah, masalah ini tidak dapat dijadikan sandaran dan ukuran. Untuk mencari tahun keyakinan Syiah Imamiyah maka seyogyanya seorang periset menelusuri dan mencarinya pada kitab-kitab mereka bukan pada kitab-kitab Asyariyah, Zaidiyah dan sebagainya.
Di samping itu, apabila literatur-literatur Syiah Imamiyah dapat diakses maka sebaiknya dan sudah seharusnya Anda melakukan satu riset lapangan (meski dalam tataran minimal) sehingga Anda dapat memperoleh apa yang Anda cari tentang keyakinan mazhab Syiah Imamiyah. Karena dalam hal ini sekali-kali Anda tidak akan menjumpai seseorang yang memiliki keyakinan menyimpang pada dunia Syiah seperti ini terkait dengan Baginda Ali As.
Menurut catatan para sejarawan terdapat firkah-firkah ekstrem dan ghali bernama Ghurabiyyah, Dzibaiyyah, Dzimmiyah, Mukhtiah yang berpandangan bahwa kenabian merupakan hak Baginda Ali As. Mereka berkeyakinan bahwa Jibril, lantaran kemiripan Rasulullah Saw dan Baginda Ali As, melakukan kesalahan tatkala membawa wahyu dan menyampaikan wahyu kepada Rasulullah Saw dan untuk mendapatkan kerelaan Ali bin Abi Thalib, Rasulullah Saw menikahkan putrinya dengan Ali As. Tentu saja seorang Syiah sejati tidak memiliki keyakinan menyimpang semacam ini dan para pengikut mazhab ini menampik dan menolak mazhab-mazhab menyimpang ini.
Seorang periset yang meneliti di bidang Firaq wa Madzahib (Perbandingan Mazhab) dan disiplin ilmu lainnya hendaknya memperhatikan beberapa poin berikut ini:
Pertama, Hal yang paling penting bagi seorang periset dalam bidang firaq dan mazahabi (perbandingan mazhab) pertama-tama ia harus menggunakan sumber dan literatur yang paling utama.
Kedua, seorang periset yang baik harus memperoleh pelbagai informasi ihwal satu firkah atau mazhab dari literatur-literatur mereka sendiri. Sebagai contoh Anda tengah meneliti mazhab teologi Asy ariyah maka seharusnya Anda memanfaatkan pelbagai literatur yang paling utama mazhab Asy ariyah bukan dari firkah-firkah lainnya seperti Muktazilah dan Maturidiyyah.
Ketiga, seorang periset yang baik sedapat mungkin memanfaatkan riset-riset lapangan, boleh jadi banyak hal yang terkait dengan sebuah firkah meski disebutkan dalam kitab-kitab mereka namun mereka sendiri tidak meyakininya. Dengan demikian, untuk menyandarkan keyakinan atau amal dari sebuah mazhab atau firkah maka kita harus bertanya dan mengkajinya dari para pengikut mazhab atau firkah tersebut.
Dalam karya-karya sebagian penulis, banyak hal keliru dan salah kaprah disandarkan kepada para pengikut Syiah. Misalnya William Terry, Uskup Agung kota Ter (wafat 1186 M) yang merupakan salah seorang penulis besar pada masa perang-perang salib pada abad kesembilan belas (19), meski ia menyampaikan banyak hal yang tepat terkait dengan Islam Sunni dan Fatimi, akan tetapi ia tidak memiliki pengetahuan mendalam ihwal Syiah Imamiyah. Dengan demikian, para pengikut Syiah Imamiyah dideskripsikan sebagai orang-orang yang meyakini kenabian Ali bin Abi Thalib! Dan Jibril telah berkhianat dalam menyampaikan pesan Ilahi kepadanya. Lantaran ia menyampaikan pesan samawi itu kepada Muhammad sebagai ganti Ali.
Literatur dan sumber yang dijelaskan sebagai dasar klaim dan pertanyaan di atas adalah kitab al-Maniyyah wa al-Amal fi Syarhi al-Milal wa al-Nihal dimana kitab aslinya al-Milal wa al-Nihal merupakan karya Abdulkarim Syahristani dan diulas oleh seorang yang bernama Mahdi Lidinillah Ahmad bin Yahya bin Murtadha.
Dengan sedikit teliti dan perhatian seksama akan kita jumpai bahwa karena tidak mengindahkan aturan main yang ada dalam sebuah riset sebagaimana yang disebutkan pada pendahuluan di atas, keyakinan ekstrem ini disandarkan kepada Syiah.
Abdulkarim Syahristani penyusun kitab al-Milal wa al-Nihal merupakan seorang teolog mazhab Asy'ariyah yang lahir pada tahun 479 H dan wafat pada tahun 548 H. Dan pengulas kitabnya lahir dan wafatnya tentu saja setelah Syahristani yang merupakan salah satu pemimpin mazhab Zaidiyyah. Dengan demikian (katakanlah masalah ini tertuang dalam kitab tersebut) untuk menemukan keyakinan Syiah Imamiyah masalah ini tidak dapat dijadikan sandaran dan ukuran. Untuk mencari tahu keyakinan Syiah Imamiyah maka seyogyanya seorang periset menelusuri dan mencarinya pada kitab-kitab mereka bukan pada kitab-kitab Asyariyah, Zaidiyah dan sebagainya.
Di samping itu, apabila literatur-literatur Syiah Imamiyah dapat diakses maka sebaiknya dan sudah seharusnya Anda melakukan satu riset lapangan (meski dalam tataran minimal) sehingga Anda dapat memperoleh apa yang Anda cari tentang keyakinan mazhab Syiah Imamiyah. Karena dalam hal ini sekali-kali Anda tidak akan menjumpai seseorang yang memiliki keyakinan menyimpang dan supertitif seperti ini terkait dengan Baginda Ali As.
Menurut keyakinan Syiah Imamiyah, Ali As adalah imam pertama dari dua belas imam dan khalifah pertama dan pengganti Rasulullah yang kedudukan dan derajatnya lebih unggul dan utama di antara seluruh sahabat setelah Rasulullah Saw.
Benar sesuai dengan tulisan sebagian sejarawan, firkah-firkah ekstrem dan ghali bernama Ghurabiyyah, Dzibaiyah, Dzimmiyah dan Mukhtiah yang memandang bahwa kenabian merupakan hak Baginda Ali As dan meyakini bahwa Jibril, lantaran kemiripan Rasulullah Saw dan Baginda Ali As, keliru dalam menyampaikan wahyu dan wahyu tersebut disampaikan kepada Rasulullah Saw dan Rasulullah Saw untuk memperoleh keridhaan Ali As, beliau menikahkan putrinya dengan Baginda Ali As.[1]
Demikian juga, sebagian penulis seperti Ibnu Taimiyah (276 M) dan Ibnu Hazm Andalusi menyampaikan adanya sebuah firkah Syiah yang ekstrem bernama "Ghurabiyah" yang meyakini pengkhianatan Jibril dalam menyampakan wahyu kepada Ali. Akan tetapi terkait dengan apakah firkah semacam ini benar-benar ada patut diragukan.[2] Bagaimanapun akidah sedemikian tidak ada sangkut pautnya dengan Syiah Imamiyah.
Patut untuk diperhatikan bahwa kaum Muslimin ekstrem dan ghuluw mendapat celaan dalam riwayat-riwayat Syiah. Oleh itu, terkait dengan masalah ini, silahkan Anda merujuk pada indeks "Ghuluw ihwal Ahlulbait" Pertanyaan No. 2976 yang ada pada site ini.
Di sini kami akan menyebutkan secara selintasan dua hadis yang akan membantu kita memahami keyakinan Syiah. Seseorang bertanya kepada Ali bin Abi Thalib As: "Wahai Amirulmukminin! Apakah Anda ini seorang nabi? Jawabnya: "Celakalah engkau! Aku adalah hamba dari hamba-hamba Muhammad Saw![3] Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa Amirulmukminin Ali As bersabda: " Pastilah Anda tahu akan kekerabatan saya yang dekat dan hubungan saya yang khusus dengan Rasulullah (saw). Ketika saya masih kanak-kanak, beliau mengasuh saya. Beliau biasa menekankan saya ke dada beliau dan membaringkan saya di sisi beliau di tempat tidur beliau, mendekatkan tubuh beliau kepada saya dan membuat saya mencium bau beliau. Beliau biasa mengunyah sesuatu kemudian menyuapi saya dengannya. Beliau tidak mendapatkan kebohongan dalam pembicaraan saya, tak ada pula kelemahan dalam suatu tindakan saya. Sejak waktu penyapihannya, Allah telah menempatkan seorang malaikat yang kuat bersama beliau untuk membawa beliau sepanjang jalan akhlak yang luhur dan perilaku yang baik, siang dan malam, sementara saya biasa mengikuti beliau seperti seekor anak unta mengikuti jejak kaki induknya. Setiap hari beliau menunjukkan kepada saya beberapa dari akhlaknya yang mulia dan memerintahkan saya untuk mengikutinya seperti panji. Setiap tahun beliau pergi menyendiri ke bukit Hira', di mana saya melihat beliau tetapi tak seorang pun lainnya melihat beliau. Di hari-hari itu Islam tidak teidapat di rumah mana pun selain rumah Rasulullah Saw dan Khadijah, sementara saya adalah orang ketiga dari keduanya. Saya biasa melihat dan memperhatikan sinar cahaya dari wahyu dan risalah Ilahi, dan benghirup napas kenabian. Ketika wahyu turun kepada Nabi Allah Saw, saya mendengar bunyi keluhan iblis. Saya berkata, "Wahai Rasulullah, keluhan apakah itu?" dan beliau menjawab, "Ini iblis yang telah kehilangan segala harapan untuk disembah. Ya, 'Ali, Anda melihat apa yang saya lihat dan Anda mendengar apa yang saya dengar, kecuali bahwa Anda bukan nabi; tetapi Anda adalah seorang wazir dan sesungguhnya Anda pada (jalan) kebajikan dan amir (pemimpin) bagi kaum Mukminin."[4] [IQuest]