Please Wait
15764
Hasyr secara leksikal:
Hasyr secara leksikal (lughawi) bermakna mengumpulkan dan secara teknikal (istilahi) berarti dikumpulkannya seluruh makhluk di hari Kiamat oleh Allah Swt, untuk perhitungan, interogasi dari mereka.
Kiamat hewan-hewan
Dalam masalah ini secara umum terdapat dua pandangan. 1. Mereka yang berpandangan bahwa tiada hari Kiamat untuk hewan-hewan. Masyhar bagi setiap hewan adalah kematiannya. Karena hewan-hewan tidak memiliki taklif. Sementara perhitungan dan tanya-jawab khusus bagi orang-orang yang memilik taklif (mukallaf). 2. Sebagai kebalikannya, sebagian orang berpandangan bahwa hewan-hewan sebagaimana manusia akan memiliki Kiamat dan pada hari itu akan dikumpulkan, karena seluruh hewan-hewan memiliki akal dan terkait dengan pencerapan dan akal mereka disinggung dalam al-Qur'an.
Akal dan ilmu hewan-hewan
Di samping banyak ayat dan riwayat yang menunjukkan adanya intelegensi dan ilmu pada hewan-hewan, ilmu empirik dan sains dewasa ini juga mendukung klaim ini. Di antaranya ayat yang dapat dijadikan sebagai permisalan di sini adalah kisah larinya semut (naml) dari lasykar Nabi Sulaiman As dan kisah datangnya Hud-Hud ke negeri Saba di Yaman serta berita menakjubkan yang dibawa oleh burung tersebut kepada Nabi Sulaiman. Juga partispasi burung-burung pada manuver Nabi Sulaiman dan sebagainya yang menunjukkan adanya intelegensia (syu'ur) yang lebih tinggi dari sekedar insting yang terdapat pada hewan.
Demikian juga riwayat yang menjelaskan tentang kedudukan sebagian hewan yang menandaskan adanya pencerapan dan intelegensia pada hewan-hewan. Kalau tidak demikian adanya, pemberian kedudukan dan derajat kepada mereka tidak akan memiliki makna. Seperti riwayat yang dinukil dari Imam Sajjad As yang bersabda: "Unta yang selama tujuh tahun berada di
Dari sudut pandang empirik dan sains kita melihat bahwa umumnya hewan-hewan mengetahui apa yang merugikan dan menguntungkan mereka. Mengenal musuh dan kawan serta menghindar dari bahaya yang mengancam habitat mereka. Mereka berusaha untuk mendatangkan manfaat bagi kehidupan mereka atau menerima pelajaran serta bersedia untuk melaksanakan pelbagai tugas dimana semua ini menghikayatkan tentang intelegensia dan pencerapan yang lebih tinggi dari sekedar insting pada diri hewan-hewan.
Oleh karena itu, sebagaimana pencerapan dan intelegensia menjadi ukuran dan kriteria digelarnya masyhar dan kembalinya manusia ke hadapan Tuhan, maka ia juga dapat menjadi kriteria dan ukuran digelarnya masyhar dan kembalinya hewan-hewan ke hadapan Tuhan.
Mereka yang berpandangan tentang adanya masyhar bagi hewan-hewan berpegang pada ayat "Dan ketika hewan-hewan dikumpulkan" dan berkata: yang dimaksud dari ayat ini adalah berkumpulnya hewan-hewan pada hari Kiamat. Ucapan ini semakin menguat dengan ayat yang berkata: " Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) sepertimu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam kitab ini, kemudian kepada Tuhan-lah mereka dihimpunkan." (Qs. Al-An'am [6]:38) Pada ayat ini hewan-hewan diserupakan seperti manusia, "umat (juga) sepertimu." Dan dengan memperhatikan kelanjutan ayat ini, " kemudian kepada Tuhan-lah mereka dihimpunkan." Yang menandaskan bahwa hewan-hewan seperti manusia akan mati dan setelah kematiannya akan dibangkitkan kembali dan dikumpulkan di hadapan Allah Swt.
Makna ini merupakan makna yang mendapatkan penegasan dalam riwayat-riwayat Islam. Di antaranya riwayat yang melalui jalan Ahlusunnah dari Rasulullah Saw yang dinukil tentang tafsir ayat tersebut bersabda: "Allah Swt akan membangkitkan seluruh hewan ini pada hari Kiamat. Dan menuntut qishas dari yang lain, bahkan tuntutan qishash seekor hewan tidak bertanduk yang tanpa alasan dia ditanduk oleh hewan bertanduk. Darinya ia akan menuntut qishash"
Makna leksikal dan teknikal
Hasyr secara leksikal bermakna mengumpulkan[1] dan disebutkan pada ayat, "Yang demikian itu adalah pengumpulan yang mudah bagi Kami." (Qs. Qaf [50]:44) adalah makna hasyr yang digunakan secara leksikal. Dan dalam istilah teknis syariat berarti dikumpulkannya seluruh makhluk di hari Kiamat oleh Allah Swt, untuk perhitungan, mengajukan soal dan menerima jawaban dari mereka. "Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya." (Qs. Al-Baqarah [2]:203)
Dan wuhusy adalah plural dari "wahys" yang bermakna hewan-hewan buas sebagai lawan dari hewan-hewan piaraan.[2] Raghib Isfahani menyebut hewan-hewan yang tidak akrab dengan manusia ini sebagai hewan buas.[3]
Kiamat hewan-hewan
Tema ini merupakan masalah ikhtilaf antara para teolog dan mufassir. Sebagian berpandangan bahwa perhitungan, soal dan jawab adalah terkhusus bagi orang-orang yang memiliki taklif (mukallaf). Dan karena hewan-hewan ini bukan mukallaf, maka tiada hari Kiamat bagi hewan-hewan. Pengumpulan (hasyr) bagi hewan-hewan adalah kematian mereka. Hanya jin dan manusia yang akan dibangkitkan kelak di hari Kiamat.
Sebagai kebalikan dari pandangan ini, kebanyakan ilmuan berpandangan bahwa seluruh hewan memiliki intelegensia dan akan dikumpulkan pada hari Kiamat. Dan terkait dengan pencerapan dan intelegensia mereka maka hewan-hewan ini kelak akan ditanyai.
Intelegensia dan ilmu hewan-hewan
Terdapat banyak ayat dan riwayat yang menunjukkan adanya intelegensia dan ilmu pada hewan-hewan. Di samping itu, ilmu empirik dan sains dewasa ini juga menyokong klaim ini. Di antara ayat-ayat al-Qur'an yang dapat dijadikan sebagai contoh di sini adalah kisah larinya semut-semut (naml) dari lasykar Sulaiman.[4] Lalu kisah kedatangan burung Hud-Hud ke sebuah negeri bernama "
Kesemua ini menunjukkan adanya intelegensia yang lebih tinggi dari insting pada hewan-hewan. Sementara al-Qur'an berkata, "Tujuh petala Langit, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." (Qs. Al-Isra [17]:44) Dalam pandangan Allamah Thaba-thabai ayat ini merupakan sebaik-baik dalil lantaran tasbih seluruh makhluk adalah tasbih yang bersumber dari ilmu dan tasbih hewan-hewan itu dalam bahasa lisan (qaul), karena apabila yang dimaksud adalah bahasa tubuh (hâl) seluruh makhluk dan hal itu menunjukkan tentang wujud Pencipta, maka redaksi ayat ini tidak akan memiliki makna yang menegaskan, "tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." [8]
Dalam sebagian riwayat dijelaskan kedudukan sebagian hewan, misalnya unta yang tiga kali berangkat ke Mekkah adalah tergolong sebagai penduduk surga.[9] Atau Imam Sajjad yang bersabda: "Unta yang tujuh kali berada di padang Arafah adalah termasuk hewan-hewan Surga."[10]
Riwayat ini juga menunjukkan adanya intelegensia dan pencerapan pada hewan-hewan dan selain itu pemberian derajat dan kedudukan bagi mereka tidak akan memiliki nilai dan makna. Dan dari sudut pandang ilmu empirik dan sains kita saksikan bahwa umumnya hewan-hewan mengetahui apa yang merugikan dan menguntungkan mereka. Mengenal kawan dan musuhnya. Menghindar dari bahaya yang mengancam habitat mereka dan mengejar sesuatu yang mendatangkan maslahat bagi kehidupan mereka. Menerima pelatihan serta siap untuk melakukan tugas yang beragam.
Dikumpulkannya hewan-hewan dan kemiripannya dengan dikumpulkannya manusia
Yang dapat dimanfaatkan dari ayat dan riwayat terkait hewan-hewan juga sebagaimana manusia yang memiliki pencerapan dan intelegensia, kendati tingakatan mereka berada pada tingkatan yang lebih rendah dan sesuai dengan kondisi mereka, maka dengan standar ini yang merupakan standar pengumpulan (hasyr) dan kembaliknya manusia ke hadapan Tuhan, maka hewan-hewan juga memiliki masyhar dan kembali ke hadapan Tuhan.
Di antara ayat-ayat yang dapat dijadikan sandaran adalah ayat "Dan ketika hewan-hewan buas dikumpulkan" (Qs. Al-Takwir [81]: 5) dimana dikatakan bahwa yang dimaksud dari ayat ini adalah dikumpulkannya hewan-hewan pada hari Kiamat.
Kendati sebagian lainnya berkata bahwa ayat ini merupakan pendahuluan bagi hari Kiamat dan mulai sirnanya alam semesta.[11] Namun sebagian besar mufassir, dengan memperhatikan ayat yang dimaksud, berkata: "" Dan tiadalah hewan-hewan yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) sepertimu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam kitab ini, kemudian kepada Tuhan-lah mereka dihimpunkan." (Qs. Al-An'am [6]:38) berdasarkan pada ayat ini, pandangan tentang dikumpulkannya hewan-hewan pada hari Kiamat semakin menguat.
Pada ayat ini terkait dengan kemiripan manusia dengan hewan-hewan "umamun amtsâlukum" (umat [juga] sepertimu) dimana sebagian mufassir meyakini bahwa yang dimaksud dari ayat ini adalah bahwa hewan-hewan itu sepertimu sebagai ciptaan Tuhan Yang Esa. Dan masing-masing dari keduanya adalah tanda dan dalil akan kudrat, keagungan, ilmu dan kebijaksanaan Tuhan mereka.[12]
Sebagian lagi berpendapat bahwa yang dimaksud dari ayat ini adalah bahwa hewan-hewan seperti manusia dalam masalah makanan, pakaian, tidur, bangun, mengetahui bagaimana hidup, memerlukan pengaturan supaya mereka dapat menjalani kehidupannya dengan baik dan teratur.[13] Sebagian besar lainnya, dengan memperhatikan kelanjutan dari redaksi ayat tersebut "tsumma ilaa rabbihim yuhsyarun" (kemudian kepada Tuhan-lah mereka dihimpunkan) berkata, "Maksudnya adalah bahwa hewan-hewan seperti manusia akan menjumpai kematian dan setelah kematian akan dibangkitkan dan dihimpunkan serta kembali ke hadapan Tuhan mereka.[14] Makna inilah yang mendapat sokongan dalam riwayat-riwayat. Di antaranya yang dinukil dari Abu Dzar yang berkata: " Kami datang ke hadapan Rasulullah Saw dimana dihadapan kami dua ekor rusa saling bertandukan, Rasullah Saw bersabda: "Tahukah kalian mengapa mereka saling bertandukan? Orang-orang yang hadir berkata: "Tidak." Rasulullah Saw bersabda: "Namun Tuhan mengetahui mengapa. Dan segera Dia akan menjadi hakim di antara keduanya."[15] Dan dinukil dalam riwayat melalui jalan Ahlusunnah terkait dengan penafsiran ayat ini, Rasulullah Saw bersabda: : "Allah Swt akan membangkitkan seluruh hewan ini pada hari Kiamat. Dan menuntut qishas dari yang lain, bahkan tuntutan qishash seekor hewan tidak bertanduk yang tanpa alasan dia ditanduk oleh hewan bertanduk. Darinya ia akan menuntut qishash."[16]
[1]. Sayid Ali Akbar Qarasyi, Qamus Qur'ân, jil. 2, hal. 145
[2]. Sayid Ali Akbar Qarasyi, op cit, jil. 7, hal. 189
[3]. Mufradat Raghib, klausul wahsyi
[4]. Qs. Naml (16):18
[5].Qs. Naml (16):22
[6]. Qs. Naml (16):17
[7] Qs. Naml (16):16
[8]. Allamah Thaba-thabai Ra, Tafsir al-Mizan, terjemahan Musawi Hamadani, jil. 17, hal. 609.
[9]. Al-'Arus al-Huwaizi, Tafsir Nur al-Tsaqalaîn, jil. 1, hal. 715, hadis 68, Muassasah Mathbua'ti Ismailiyyan, 1373 Sy.
[10]. Ibid
[11]. Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 26, hal. 173 & 174.
[12]. Ibid.
[13]. Ibid.
[14]. Ibid.
[15]. Ibid, dan Tafsir Nur al-Tsaqalain, jil. 1, hal. 715, hadis 69.
[16]. Muhammad Rasyid al-Ridha, Tafsir al-Manar, jil. 7, hal. 326 dan untuk telaah lebih lanjut silahkan Anda rujuk Bihâr al-Anwâr, jil. 7, hal. 353 hingga 377.