Please Wait
15890
Seluruh sahabat tidak bermusuhan sesama mereka dan mereka juga tidak berusaha untuk mendapatkan khilafah, melainkan segelintir orang dari mereka. Segelintir orang ini, apa pun dalilnya, berada pada posisi untuk merebut khilafah. Mereka juga banyak berselisih antara satu dengan yang lain. Hal ini bukan semata-mata ucapan Syiah melainkan tertulis dalam kitab-kitab Ahlusunnah.
Meski para sahabat memiliki banyak perbedaan namun terdapat banyak common point di antara mereka. Dan kami (Syiah) tidak meyakini bahwa mereka telah kafir dan menjadi penyembah berhala. Hanya saja pada beberapa kejadian, mereka mengabaikan dan membangkang instruksi-instruksi Rasulullah Saw.
Kami memandang, pada akhirnya, Islamlah yang menaklukan orang-orang dan negeri-negeri serta alasan yang paling kecil adanya kesatuan hati dan simpati di antara mereka. Sebab utama tersebarnya Islam secara meluas lebih karena daya tarik ajaran-ajaran Islam. Orang-orang yang bermukim di pelbagai tempat yang ditaklukan tertarik pada Islam karena mereka mengkaji ajaran-ajaran menarik Islam tanpa mengindahkan perilaku para penyerang yang nota-bene adalah Muslim. Tentu saja hal ini tidak bermakna bahwa perilaku kaum mujahidin (Muslimin) sama sekali tidak memiliki peran dalam menarik orang-orang kepada Islam. Perilaku layak kaum Muslimin merupakan salah satu faktor utama dalam kemenangan Islam.
Pertanyaan ini pada hakikatnya terbagi menjadi beberapa pertanyaan sekunder lainnya:
1. Apakah Syiah berkata bahwa seluruh sahabat bermusuhan sesama mereka dan berusaha untuk merebut kursi khilâfah?
2. Apakah para sahabat adalah sebuah komunitas yang tidak memiliki kecintaan dan simpati kepada yang lain?
3. Apakah seluruh sahabat telah kafir kecuali segelintir orang?
4. Apakah masyarakat yang tanpa cinta dan simpati atau kafir dapat menaklukkan beberapa tempat dan menarik orang-orang yang tempatnya ditaklukkan untuk memeluk agamanya?
Sekarang secara runut kami akan menjawab beberapa pertanyaan di atas:
1. Orang-orang Syiah tidak meyakini bahwa seluruh sahabat tidak bermusuhan sesama mereka. Orang-orang Syiah meyakini bahwa selain beberapa bilangan, telah mengabaikan wasiat-wasiat dan instruksi-instruksi Rasulullah Saw. Mereka telah bermain politik dan mengecoh masyarakat dan berada pada tataran ingin merebut kekuasaan. Sahabat-sahabat lainnya tidak memiliki permusuhan dan dendam di antara sesama mereka. Pada tingkatan tertentu, mereka berusaha untuk memenuhi tujuan-tujuan Islam, meski sekelompok dari mereka karena tiadanya evaluasi akurat terhadap pelbagai peristiwa yang terjadi dan tanpa mengindahkan bahaya yang mengancam komunitas Islam, mau tidak mau, telah terseret dalam satu permainan politik. Namun tatkala bahaya bersama mengancam kaum Muslimin, mereka bersatu dan melenyapkan bahaya tersebut.[1]
Dengan kata lain, meski cinta kekuasaan dan kedudukan terdapat pada setiap orang; dengan menelaah sejarah kita jumpai bahwa di antara puluhan ribu sahabat, hanya segelintir orang yang berusaha untuk menduduki kekuasaan dan merebut khilafah. Sementara sahabat lainnya hanya menjadi pengamat pertarungan ini dan menyesuaikan dengan setiap kondisi yang ada. Hal ini bukan semata-mata pandangan Syiah melainkan, sebagaimana pada bagian-bagian mendatang, kami akan membeberkan bukti-bukti, literatur-literatur Ahlusunnah yang penuh dengan penjelasan faktual dan mengilustrasikan konfrontasi sebagian sahabat pada masa tersebut.
2. Terkait dengan kesatuan hati yang dimiliki para sahabat juga harus dikatakan bahwa dengan memperhatikan banyak common point yang terdapat di antara mereka telah menjadi ruang-ruang bagi terciptanya kesatuan hati dan simpati di antara sesama mereka. Mereka mengerjakan shalat secara berjamaah, mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, menyerahkan zakat hartanya, berperang dengan orang-orang musyrik dan kafir, menunaikan haji dan umrah dan seterusnya. Kesatuan hati dan rasa simpati ini terhadap sesama sahabat terdapat secara umum pada diri mereka. Namun terdapat orang-orang, dengan segala cara, berada pada pucuk komunitas Islam berulang kali berhadapan satu sama lain dan terjadi konfrontasi sengit di antara mereka.
Kami nasihatkan kepada Anda untuk menyimak beberapa contoh kasus berikut ini dari konfrontasi yang terjadi di antara para sahabat. Demikian juga dengan menelaah dengan akurat al-Qur’an dan kitab-kitab sejarah Ahlusunnah sendiri akan menjadi jelas dan terang bagi Anda bahwa pertikaian di antara sebagian sahabat bukanlah rekaan dan ciptaan Syiah semata-mata:
Contoh Pertama: Khalifah Pertama dan Kedua sesuai dengan keyakinan Ahlusunnah demikian juga Syiah senantiasa bersama dan seiring sejalan serta membantu satu sama lain. Pada banyak hal mereka juga berselisih dan berbeda pendapat sedemikian sehingga suara dua sahabat Rasulullah Saw ini sedemikian keras sehingga turun ayat al-Qur’an yang menegur orang-orang beriman supaya tidak bersuara keras di hadapan Rasulullah Saw dan dipandang sebagai penyebab terhapusnya perbuatan-perbuatan baik.[2]
Kitab riwayat paling sahih Ahlusunnah yaitu Bukhari dalam hal ini menjelaskan bahwa hampir saja kedua orang baik ini yaitu Abu Bakar dan Umar binasa dengan turunnya ayat-ayat ini! Keduanya, suatu waktu sekelompok orang datang kepada Rasulullah Saw, mereka berbeda pendapat secara tajam tentang kelompok tersebut. Abu Bakar berkata kepada Umar: “Keputusanmu semata-mata untuk menentangku!” Umar juga menjawab, “Tidak benar demikian.” Dan perselisihan mereka berlanjut dan suara mereka terdengar kencang dan keras di hadapan Rasulullah Saw. Sebagai akibatnya, Allah Swt menurunkan ayat-ayat pertama surah al-Hujurat.[3]
Contoh Kedua: Ketika Rasulullah Saw meminta pena dan tinta pada detik-detik terakhir kehidupannya supaya beliau menuliskan wasiatnya, Khalifah Kedua menghalangi terpenuhinya permintaan Rasulullah Saw ini.[4] Sebagai akibatnya, sebagian sahabat menghendaki supaya permintaan Rasulullah Saw dipenuhi dan sebagian lainnya berdiri menentangnya. Mereka berdalih bahwa Rasulullah Saw bersabda tidak pantas bertikai di samping Rasulullah Saw.
Contoh Ketiga: Ibnu Mas’ud salah seorang sahabat besar dan penghafal al-Qur’an banyak bertikai dengan Khalifah Ketiga dan setelah wafatnya, ia dikuburkan pada malam hari oleh Zubair dan sebagai akibatnya Zubair dihukum oleh Usman atas perbuatannya ini.[5]
Contoh Keempat: Sahabat berada pada dua kubu yang berperang pada perang Jamal dan Shiffin. Banyak jumlah dari mereka yang gugur pada dua perang ini.
Contoh Kelima: Meski Rasulullah Saw bersabda bahwa tiada yang lebih jujur daripada Abu Dzar di bawah kolong langit, setelah bertikai dengan Muawiyah, ia diasingkan oleh Khalifah Ketiga ke Rabadzah dan meninggal di tempat itu dalam keadaan terasing.[6] Ketiganya adalah sahabat utama dan pertama Rasulullah Saw.
Contoh Keenam: Setelah selesainya peristiwa Saqifah, seseorang angkat suara bahwa dengan tindakannya ini telah membunuh Sa’ad bin Ubadah! Khalifah Kedua berkata, “Semoga Allah membunuhnya!”[7]
Contoh Ketujuh: Ammar adalah salah seorang yang bertikai dengan Khalifah Ketiga[8] dan keduanya adalah sahabat ternama!
Dengan merujuk pada kitab-kitab Ahlusunnah, Anda dapat menjumpai hal-hal seperti ini dan pada kesempatan yang singkat ini kami tidak berada pada tataran menjelaskan seluruh masalah yang menjadi obyek ikhtilaf dan sengketa di antara para sahabat karena hal itu memerlukan buku bervolume besar yang membahas masalah ini secara khusus.
Adapun pertanyaan kami bahwa sejatinya apabila para sahabat sehati lantas mengapa peristiwa Saqifah harus terjadi dan mengapa Sa’ad bin Ubadah yang merupakan salah satu pembesar kaum Anshar dan di antara sahabat yang tidak berbaiat hingga akhir usianya, terbunuh dalam keadaan misterius? Dan mengapa Imam Ali As baru berbaiat setelah enam belas pasca wafatnya Fatimah Sa?[9]
3. Adapun bahwa apakah selain segelintir kecil sahabat mereka telah kafir? Pertama-tama kita harus memaknai kata kafir dan kemurtadan kemudian memberikan analisa atas persoalan ini:
Apabila kekufuran dan kemurtadan bermakna kembali kepada penyembahan berhala dan kesyirikan terhadap Tuhan Yang Mahaesa, kami tidak menerima bahwa sahabat Rasulullah Saw telah kafir dan murtad. Namun apabila kekufuran dan kemurtadan bermakna kufur nikmat dan membangkang terhadap sebagian instruksi Rasulullah Saw maka dapat dikatakan bahwa kebanyakan orang di antara sahabat yang telah melakukan hal ini.[10] Dan hal ini juga tidak terkhusus pada masa pasca Rasulullah Saw, melainkan pada masa hidup beliau dan pada masa nabi-nabi lainnya juga terjadi pelbagai pembelotan sedemikian sehingga Allah Swt menghukum kaum Muslimin dan berfirman kepada mereka, “Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila kamu diseru, “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah”, kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu merasa puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit?” (Qs. Al-Taubah [9]:38) Atau setelah pembangkangan Bani Israel, Nabi Musa bertutur kata kepada Allah Swt, “Musa berkata, “Ya Tuhan-ku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dan orang-orang yang fasik itu.” (Qs. Al-Maidah [5]:25) Tidak satu pun dari dua ayat ini yang menyatakan para sahabat Rasulullah Saw dan Nabi Musa As telah kafir yang bermakna menyembah berhala namun karena membangkang perintah (baca: kafir terhadap) para rasul mereka mendapatkan hukuman!
Tatkala di antara jumlah besar Bani Israel, kecuali Harun dan tiada orang lain lagi yang menaati titah Nabi Musa As, lantas bagaimana Anda memandang ketidaktaatan sahabat Rasulullah Saw kepada beliau dalam beberapa hal tertentu sebagai suatu hal yang mustahil padahal Ahlusunnah sendiri menukil dari Rasulullah Saw bahwa seluruh kejadian yang menimpa Bani Israel juga secara beruntun akan menimpa umat ini[11]
Demikian juga para keturunan nabi tentu lebih utama daripada sahabat, di antara mereka tidak sehati dan saling mencemburui satu sama lain misalnya saudara-saudara Yusuf yang bersatu dan melemparkannya ke dalam sumur! Apakah ini suatu hal mustahil bahwa sahabat sebagaimana saudara Yusuf, untuk kepentingan tertentu, telah menyimpangkan rel khilâfah dari relnya yang asli?
4. Adapun bahwa pelbagai penaklukan yang terjadi dalam Islam karena sesama sahabat sehati, dengan memperhatikan kenyataan-kenyataan sejarah yang lalu dan masa kini, nampaknya merupakan sebuah argumentasi yang tidak logis!
Untuk menjawab pertanyaan Anda ini, kami akan membeberkan dua jawaban, kritis dan solutif:
Jawaban Kritis:
Kami meminta Anda untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
A. Apakah, meski dengan penegasan al-Qur’an, Nabi Isa mencium gelagat kekufuran dari seluruh sahabatnya kecuali pada segelintir kecil orang (kurang lebih 12 orang) dan mengecualikan kaum Hawariyun,[12] sekarang ini jumlah populasi orang-orang Kristen lebih banyak dari pemeluk agama lainnya di dunia bahkan melebihi kaum Muslimin. Apakah kebanyakan daerah-daerah di belahan bumi tidak menjadi pengikut agama Kristen ini? Apakah hal ini dikarenakan oleh kesatuan hati di antara para sahabat Nabi Isa atau karena dalil yang lain?
B. Apakah setelah beberapa kejadian berdarah Jamal, Shiffin, Nahrawan, Asyura dan hari-hari lainnya setelah sahabat tidak terjadi lagi penaklukan? Apakah Andalusia ditaklukkan pada masa akhir-akhir pemerintahan Dinasti Bani Umayyah yang tidak terdapat seorang pun sahabat yang terlibat di dalamnya? Kostantinopel kapan ditaklukkan? Kemenangan pada peperangan Salib kapan terjadinya? Apakah pada masa itu kaum Muslimin juga sehati sesama mereka? Apabila jawaban Anda positif maka hal itu menandakan bahwa telaah sejarah Anda masih sangat minim. Dan apabila jawaban Anda negatif lantas bagaimana Anda ingin memberikan justifikasi pelbagai penaklukan ini?
C. Dewasa ini, kekuasaan-kekuasaan penguasa tiran seperti Amerika yang telah merenggut dunia menjadi miliknya dan memiliki pengaruh di seluruh dunia, apakah hal ini adalah dalil kebenaran Amerika? Apakah mustahil karena motivasi dan strategi lain mereka mencapai kemenangan-kemenangan militer?
D. Apakah Cyrus dan Alexander Anda dukung lantaran pelbagai penaklukan besar yang mereka lakukan?
Jawaban Solutif:
Analisa kami atas tersebarnya Islam di seantero jagad yang hingga saat ini dan alhamudillah masih terus berlanjut adalah karena ajaran-ajaran Islam khususnya al-Qur’an yang sangat memiliki daya tarik yang berhasil menyedot manusia sesuai dengan tuntutan fitrah natural dan Ilahianya. Dan boleh jadi sebagian orang yang turut serta dalam pelbagai penaklukan adalah dengan maksud untuk memperoleh harta pampasan perang dan mendapatkan modal besar dari keikutsertaannya di medan perang. Kemudian mereka meraih kemenangan. Orang-orang ini menyisakan harta kekayaan yang melimpah di penghujung hidupnya dan pada dasarnya menjadi sumber perang saudara di antara sesama Muslim.
Adapun orang-orang yang bermukim di tempat-tempat yang telah di taklukkan tanpa memperhatikan perilaku para penyerang dan hanya menaruh perhatian pada ajaran-ajaran agama mereka tertarik untuk memeluk Islam. Islam masyarakat Indonesia, Malaysia dan banyak negeri lainnya yang tidak diserang oleh kaum Muslimin juga dapat dijadikan sebagai obyek kajian dalam hal ini. Warga masyarakat pada beberapa daerah ini sekarang ini berjumlah lebih dari setengah kaum Muslimin sedunia. Dan mereka memeluk Islam tanpa adanya invasi militer. Mereka menjadi Muslim pada masa-masa setelah sahabat disebabkan karena mereka menemukan diri mereka yang hilang dalam Islam dan hal ini terus berlanjut di setiap penjuru benua.
Rasulullah Saw tidak memuslimkan para sahabatnya dengan perang dan pertumpahan darah sehingga mereka dengan media ini ingin menyebarkan Islam. Rasulullah Saw memerintah di hati-hati manusia. Ajaran-ajarannya telah menjadi penyebab Islam tersebar di seantero dunia. Apabila terjalin persatuan di antara para sahabat dan untuk sampai pada cita-cita mereka tentu saja tidak akan terjadi pelbagai konfrontasi internal, dewasa ini kita memiliki umat yang bersatu yang merupakan umat yang terkuat di dunia, bukan negara-negara sporadis dan terkadang saling bermusuhan yang satu-satunya tujuan partisipasi mereka dalam organisasi lemah Organisasi Konferensi Islam.[13]
Analisa terakhir kami adalah bahwa tersebarnya Islam adalah karena daya tarik ajaran-ajaran Islam dan akar perbedaan internal kaum Muslimin, yang amat disayangkan terjadi, adalah berakar pada perbedaan-perbedaan pertama di kalangan para sahabat. Dan hal ini tidak bermakna bahwa kaum mujahidin sama sekali tidak berperan dalam menarik masyarakat kepada Islam melainkan salah satu faktor utama dalam kemenangan Islam adalah perilaku budiman kaum Muslimin. Semoga segala perbedaan yang terdapat dalam tubuh umat Islam segera berakhir di tangan Mahdi Yang Dijanjikan. [IQuest]
[1]. Dalam hal ini silahkan lihat, indeks: Sahabat dalam Pandangan Syiah, No. 1167 pada site ini.
[2]. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak terhapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.” (Qs. Al-Hujurat [49]: 2)
[3]. Shahih Bukhâri, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Bukhari, jil. 6, hal. 46-47 dan jil. 8, hal. 145, Dar al-Fikr, Beirut, 1401 H.
[4]. Ibid, jil. 5, hal. 137 – 138.
[5]. ‘Usd al-Ghabah fi Ma’rifat al-Shahâbah, Ibnu Atsir, jil. 3, hal. 260, Intisyarat-e Ismailiyan, Teheran.
[6]. Ibid, jil. 1, hal. 301.
[7]. Shahih Bukhâri, jil. 4, hal. 194.
[8]. Thabaqât al-Kubrâ, Muhammad bin Sa’ad, jil. 3, hal. 260, Dar Shadir, Beirut.
[9]. Shahih Bukhâri, jil. 5, hal. 82 – 83.
[10]. Sekaitan dengan kemurtadan (irtidâd) dan kekufuran (kufr) sahabat, silahkan lihat indeks: Makna Kemurtadan dan Penetapannya No. 1970 dan Indeks: Islam Abu Bakar dan Umar, No. 2982 pada site ini.
[11]. Shahih Tirmidzi, jil. 4, hal. 135, Dar al-Fikr, Beirut, 1403 H.
[12]. “Tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Isra’il), berkatalah ia, “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Ali Imran [3]:52). Namun kekufuran ini dapat ditetapkan bagi sebagian sahabat dan kekufuran ini tidak bermakna syirik dan penyembahan berhala.
[13]. Sehubungan dengan pelbagai penaklukan pertama Islam, silahkan lihat Indeks: Imam Ali dan Pengerahan Pasukan Para Khalifah ke Beberapa Negara, No. 557 yang terdapat pada site ini.