Please Wait
Hits
9632
9632
Tanggal Dimuat:
2010/11/27
Kode Site
fa10979
Kode Pernyataan Privasi
42783
- Share
Ringkasan Pertanyaan
Tolong jelaskan harta-harta yang wajib dan dianjurkan dikeluarkan zakatnya?
Pertanyaan
Apakah harta yang wajib dikeluarkan zakatnya itu hanya dibatasi pada 9 harta saja? Lantas terkait dengan kisah bahwa Imam Ali As juga menentukan nisab bagi kuda? Apakah kuda juga harus dikenai zakat? Demikian juga riwayat-riwayat yang menyebutkan harta-harta lain atau seluruh harta yang harus dikeluarkan zakatnya? Terkadang disebutkan bahwa emas dan perak yang merupakan harta-harta yang harus dikeluarkan zakatnya dulunya merupakan mata uang yang digunakan oleh masyarakat. Dewasa ini nilainya tidak hanya berkisar pada permata-permata yang dibuat dari emas dan perak, melainkan satuan mata uang itu sendiri (uang kertas dan uang logam). Apakah kesimpulan ini dapat dibenarkan? Apakah emas dan perak dalam Islam adalah Dinar dan Dirham?
Jawaban Global
Harta yang wajib dikenai zakat adalah 9 harta yang telah dikenal secara umum. 9 obyek harta yang disebutkan dalam risalah-risalah fikih adalah bersandar pada beberapa riwayat.
Harta yang dianjurkan (mustahab) dikeluarkan zakatnya dengan syarat-syarat yang disebutkan dalam riwayat dan buku-buku fikih seperti kuda (betina), kacang, lentil (adas) dan lain sebagainya, dan demikian juga sebagian fakih memandang mustahab dan sebagian lainnya juga ihtiyâth wâjib, mâl al-tijarah (modal usaha dan penghasilan) sebagai salah satu obyek harta yang dikenai zakat.
Adapun bahwa Imam Ali menetapkan zakat bagi kuda mungkin dikeluarkan sebagai hukum pemerintahan yang terkhusus pada masanya. Kemungkinan ini dapat diperoleh atas tidak wajibnya zakat kuda karena para Imam Maksum lainnya yang hidup selepas Imam Ali As tidak melakukan hal ini.
Dahulu kala, koin-koin dari logam-logam berharga seperti emas dan perak yang telah ditempa dan dijadikan sebagai alat transaksi, adalah mata uang yang bernilai dan pada hakikatnya koin-koin ini dinilai sebagai dinar emas dan dirham perak yang digunakan sebagai mata uang pada waktu itu. Namun dinar emas dan dirham perak pelan-pelan telah digantikan dengan perak yang memiliki nilai tertentu pada masa kini.
Harta yang dianjurkan (mustahab) dikeluarkan zakatnya dengan syarat-syarat yang disebutkan dalam riwayat dan buku-buku fikih seperti kuda (betina), kacang, lentil (adas) dan lain sebagainya, dan demikian juga sebagian fakih memandang mustahab dan sebagian lainnya juga ihtiyâth wâjib, mâl al-tijarah (modal usaha dan penghasilan) sebagai salah satu obyek harta yang dikenai zakat.
Adapun bahwa Imam Ali menetapkan zakat bagi kuda mungkin dikeluarkan sebagai hukum pemerintahan yang terkhusus pada masanya. Kemungkinan ini dapat diperoleh atas tidak wajibnya zakat kuda karena para Imam Maksum lainnya yang hidup selepas Imam Ali As tidak melakukan hal ini.
Dahulu kala, koin-koin dari logam-logam berharga seperti emas dan perak yang telah ditempa dan dijadikan sebagai alat transaksi, adalah mata uang yang bernilai dan pada hakikatnya koin-koin ini dinilai sebagai dinar emas dan dirham perak yang digunakan sebagai mata uang pada waktu itu. Namun dinar emas dan dirham perak pelan-pelan telah digantikan dengan perak yang memiliki nilai tertentu pada masa kini.
Jawaban Detil
Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan Anda kiranya Anda harus memperhatikan beberapa poin berikut ini:
- Sesuai dengan fatwa sebagian marja agung taklid, “Harta yang harus dikeluarkan zakatnya itu adalah 9: Pertama: Gandum. Kedua: Bibit gandum. Ketiga: Kurma. Keempat: Kismis. Kelima: Emas. Keenam: Perak. Ketujuh, Unta. Kedelapan: Sapi. Kesembilan: Kambing.”[1] Karena itu, zakat wajib adalah kesembilan harta ini dan apabila seseorang memiliki salah satu dari kesembilan obyek zakat ini, sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan maka ia harus menyerahkan zakatnya kepada salah satu muzakki (orang yang berhak mendapatkan zakat).[2] Namun sebagian fakih di samping memandang mustahab dan sebagian lainnya juga ihtiyath wajib,[3] mâl al-tijârah (modal usaha dan penghasilan) yang merupakan salah satu harta yang dikenai zakat dan sebagian lainnya memandang mustahab (dianjurkan) pengeluaran zakat pada penghasilan dan hasil niaga.[4]
-
Zakat dianjurkan pada beberapa hal yang akan disebutkan sebagai berikut:
- Kuda betina dimana ketentuan penyerahan zakatnya adalah: Zakat setiap kuda betina setiap tahunnya adalah dua dinar emas dan apabila ayah dan induknya bukan merupakan ashil maka dikenakan satu dinar emas; terdapat riwayat dalam hal ini yang dijelaskan pada literatur-literatur riwayat dan fikih,[5] zakat kuda betina hukumnya mustahab; sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis dimana Imam Ali As menetapkan zakat dua dinar untuk setiap kuda betina.[6]
Adapun bahwa Imam Ali menetapkan zakat bagi kuda boleh jadi dikeluarkan sebagai hukum pemerintahan yang terkhusus pada masanya.[7] Kemungkinan ini dapat diperoleh atas tidak wajibnya zakat kuda karena para Imam Maksum lainnya yang hidup selepas Imam Ali As tidak melakukan hal ini.
B. Sebagian harta lainnya: Pertama: Segala sesuatu yang tumbuh dari bumi dan ditimbang serta diukur; misalnya beras, kacang, lentil, kacang ijo dan semisalnya. Nisab zakatnya adalah sebesar nisab gandum, bibit gandum, kurma. Adapun zakat sayur-sayuran, melon, timun dan semisalnya tidaklah dianjurkan.
Kedua: harta-harta seperti kebun, vila, toko dan semisalnya yang sifatnya menerima uang sewa.[8] Demikian juga zakat mâl al-tijârah yang dipandang sebagian fakih sebagai mustahab dikeluarkan zakatnya.[9]
Terkait dengan hal ini juga terdapat beberapa riwayat yang menyebutkan anjuran zakat bagi segala sesuatu yang tumbuh dari bumi dan dapat diukur dengan timbangan kecuali pada sayur-sayuran dan semisalnya.[10]
B. Sebagian harta lainnya: Pertama: Segala sesuatu yang tumbuh dari bumi dan ditimbang serta diukur; misalnya beras, kacang, lentil, kacang ijo dan semisalnya. Nisab zakatnya adalah sebesar nisab gandum, bibit gandum, kurma. Adapun zakat sayur-sayuran, melon, timun dan semisalnya tidaklah dianjurkan.
Kedua: harta-harta seperti kebun, vila, toko dan semisalnya yang sifatnya menerima uang sewa.[8] Demikian juga zakat mâl al-tijârah yang dipandang sebagian fakih sebagai mustahab dikeluarkan zakatnya.[9]
Terkait dengan hal ini juga terdapat beberapa riwayat yang menyebutkan anjuran zakat bagi segala sesuatu yang tumbuh dari bumi dan dapat diukur dengan timbangan kecuali pada sayur-sayuran dan semisalnya.[10]
- Emas dan perak
Dahulu kala, koin-koin dari logam-logam berharga seperti emas dan perak yang telah ditempa dan dijadikan sebagai alat transaksi, adalah mata uang yang bernilai dan pada hakikatnya koin-koin ini dinilai sebagai dinar emas dan dirham perak yang digunakan sebagai mata uang pada waktu itu.[11] Namun dinar emas dan dirham perak pelan-pelan telah digantikan dengan perak yang memiliki nilai tertentu pada masa kini.
Dalam riwayat-riwayat dan buku-buku fikih, disebutkan tentang koin emas dan perak yang dikenal sebagai dinar dan dirham, dan mitsqâl[12] sebagai alat ukur untuk menentukan nisab zakat.[13] zakatnya sesuai dengan syarat-syarat (seperti umum digunakan) yang disebutkan dalam kitab-kitab fikih itu hukumnya wajib.[14]
Adapun koin-koin yang umum digunakan pada masa awal-awal kedatangan Islam entah itu dari dinar emas dan dirham perak yang secara perlahan digantikan dengan koin-koin standar pada masa kini. Dewasa ini uang standar atau pecahan uang kertas sebagai mata uang yang umum digunakan hari ini sebagai ganti koin-koin emas dan perak yaitu dinar dan dirham untuk transaksi dan kalkulasi.
Dalam riwayat-riwayat dan buku-buku fikih, disebutkan tentang koin emas dan perak yang dikenal sebagai dinar dan dirham, dan mitsqâl[12] sebagai alat ukur untuk menentukan nisab zakat.[13] zakatnya sesuai dengan syarat-syarat (seperti umum digunakan) yang disebutkan dalam kitab-kitab fikih itu hukumnya wajib.[14]
Adapun koin-koin yang umum digunakan pada masa awal-awal kedatangan Islam entah itu dari dinar emas dan dirham perak yang secara perlahan digantikan dengan koin-koin standar pada masa kini. Dewasa ini uang standar atau pecahan uang kertas sebagai mata uang yang umum digunakan hari ini sebagai ganti koin-koin emas dan perak yaitu dinar dan dirham untuk transaksi dan kalkulasi.
- Zakat uang kertas
Adapun bahwa zakat uang kertas itu wajib atau tidak berikut ini kami akan menyebutkan fatwa sebagian marja agung taklid:
Imam Khomeini: “Lembaran-lembaran kas (seperti uang kertas)[15] tidak dikenai zakat.”[16]
Ayatullah Agung Gulpaigani : “Uang-uang kertas tidak dikenai zakat.”[17]
Ayatullah Agung Makarim Syirazi: Mengikut prinsip ihtiyâth mustahab dianjurkan untuk menyerahkan zakat dari uang-uang yang umum digunakan seperti uang kertas apabila syarat-syarat lainnya juga terpenuhi.”[18] [iQuest]
Beberapa indeks terkait:
Pertanyaan 6221 (Site: 6609)
Pertanyaan 3473 (Site: 3697)
Imam Khomeini: “Lembaran-lembaran kas (seperti uang kertas)[15] tidak dikenai zakat.”[16]
Ayatullah Agung Gulpaigani : “Uang-uang kertas tidak dikenai zakat.”[17]
Ayatullah Agung Makarim Syirazi: Mengikut prinsip ihtiyâth mustahab dianjurkan untuk menyerahkan zakat dari uang-uang yang umum digunakan seperti uang kertas apabila syarat-syarat lainnya juga terpenuhi.”[18] [iQuest]
Beberapa indeks terkait:
Pertanyaan 6221 (Site: 6609)
Pertanyaan 3473 (Site: 3697)
[1]. Taudhih al-Masâil (al-Muhassyâ lil Imâm al-Khomeini), jil. 2, hal. 107, Masalah 1853.
[2]. Ibid.
[3]. Ibid: Siistani, “Kesepuluh: Mâl al-Tijârah mengikut prinsip ihtiyath diharuskan..”
[4]. Ibid: Fadhil, “…namun dianjurkan zakat modal kerja dan usaha juga diserahkan setiap tahunnya.” Makarim Syirazi, “…namun dianjurkan zakat modal kerja dan usaha juga diserahkan setiap tahunnya. Demikian juga pengeluaran zakat atas ghallat lainnya (selain gandum, bibit gandum, kurma dan kismis) dianjurkan.”
[5]. Hasan bin Yusuf Hilli, Tadzkirât al-Fuqahâ, jil. 5, hal. 231-232, Muassasah Alu al-Bait As, Qum, Cetakan Pertama. Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub Kulaini, al-Kâfi, jil. 3, hal. 530, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, Cetakan Keempat, 1407. Seperti riwayat ini:
«زرارة قال للصادق (ع): هل في البغال شيء؟ قال: «لا» فقلت: فكيف صار على الخيل و لم يصر على البغال؟ فقال: «لأنّ البغال لا تلقح، و الخيل الإناث ينتجن، و ليس على الخيل الذكور شيء» قال، قلت: هل على الفرس و البعير يكون للرجل يركبها شيء؟ فقال: «لا، ليس على ما يعلف شيء، إنّما الصدقة على السائمة المرسلة في مرجها عامها الذي يقتنيها فيه الرجل، فأمّا ما سوى ذلك فليس فيه شيء».
«زرارة قال للصادق (ع): هل في البغال شيء؟ قال: «لا» فقلت: فكيف صار على الخيل و لم يصر على البغال؟ فقال: «لأنّ البغال لا تلقح، و الخيل الإناث ينتجن، و ليس على الخيل الذكور شيء» قال، قلت: هل على الفرس و البعير يكون للرجل يركبها شيء؟ فقال: «لا، ليس على ما يعلف شيء، إنّما الصدقة على السائمة المرسلة في مرجها عامها الذي يقتنيها فيه الرجل، فأمّا ما سوى ذلك فليس فيه شيء».
[6].Al-Kâfi, jil. 3, hal. 530.
«عَلِيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ حَمَّادِ بْنِ عِيسَى عَنْ حَرِيزٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ مُسْلِمٍ وَ زُرَارَةَ عَنْهُمَا جَمِيعاً (ع) قَالا وَضَعَ أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ (ع) عَلَى الْخَيْلِ الْعِتَاقِ الرَّاعِيَةِ فِي كُلِّ فَرَسٍ فِي كُلِّ عَامٍ دِينَارَيْنِ وَ جَعَلَ عَلَى الْبَرَاذِينِ دِينَاراً»
«عَلِيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ حَمَّادِ بْنِ عِيسَى عَنْ حَرِيزٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ مُسْلِمٍ وَ زُرَارَةَ عَنْهُمَا جَمِيعاً (ع) قَالا وَضَعَ أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ (ع) عَلَى الْخَيْلِ الْعِتَاقِ الرَّاعِيَةِ فِي كُلِّ فَرَسٍ فِي كُلِّ عَامٍ دِينَارَيْنِ وَ جَعَلَ عَلَى الْبَرَاذِينِ دِينَاراً»
[7]. Murtadha Muthahhari, Islam dan Tuntutan Zaman.
[8]. Ibid;Najmuddin Ja’far bin Husain Muhaqqiq Hilli, Syarâ’i al-Islâm fi Masâil al-Halâl wa al-Harâm, jil. 1, hal. 130, Muassasah Ismailiyyan, Qum, Cetakan Kedua, 1408 H; Sayid Abul Qasim Khui, Minhâj al-Shâlihin, jil. 1, hal. 29, Nasyr Madinat al-‘Ilm, Qum, Cetakan 28, 1410 H.
[9]. Taudhih al-Masâil (al-Muhassyâ lil Imâm al-Khomeini), jil. 2, hal. 107, Masalah 1853; al-Ghâyah al-Qaswa fi Tarjamat al-‘Urwat al-Wutsqâ, jil. 2, hal. 199; Syarâ’i al-Islâm fi Masâil al-Halâl wa al-Harâm, jil. 1, hal. 130.
[10]. Silahkan lihat, Muhammad bin Hasan Hurr Amili, Wasâil al-Syiah, jil. 9, hal. 61-64, Muassasah Alu al-Bait, Qum, Cetakan Pertama, 1409 H; seperti riwayat ini:
« كُلُّ مَا كِيلَ بِالصَّاعِ فَبَلَغَ الْأَوْسَاقَ فَعَلَيْهِ الزَّكَاةُ وَ قَالَ جَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ (ص) الصَّدَقَةَ فِي كُلِّ شَيْءٍ أَنْبَتَتِ الْأَرْضُ إِلَّا مَا كَانَ فِي الْخُضَرِ وَ الْبُقُولِ وَ كُلَّ شَيْءٍ يَفْسُدُ مِنْ يَوْمِه»
« كُلُّ مَا كِيلَ بِالصَّاعِ فَبَلَغَ الْأَوْسَاقَ فَعَلَيْهِ الزَّكَاةُ وَ قَالَ جَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ (ص) الصَّدَقَةَ فِي كُلِّ شَيْءٍ أَنْبَتَتِ الْأَرْضُ إِلَّا مَا كَانَ فِي الْخُضَرِ وَ الْبُقُولِ وَ كُلَّ شَيْءٍ يَفْسُدُ مِنْ يَوْمِه»
[11]. Ghulam Ridha Misbahi, Majallah Pazyuhesy Imam Shadiq As, No. 13 & 14; Sayid Kazhim Hairi, Fashl Nâme Ahlulbait Farsi, No. 19 dan 20.
[12]. Muhammad Waizh Zadeh Khurasani, Tarjamat al-Jamal wa al-‘Uqud fi al-‘Ibâdat, hal. 281.
[13]. Silahkan lihat, al-Kâfi, jil. 3, hal. 515-517; Taudhih al-Masâil (al-Muhassyâ lil Imâm al-Khomeini), jil. 2, hal. 128-130; Tarjamat al-Jamal wa al-‘Uqud fi al-‘Ibâdat, hal. 270-271; al-Ghâyat al-Qaswi fi Tarjamat al-‘Urwat al-Wutsqâ, jil. 2, hal. 208-209; Sayid Ruhullah Khomeini, Tahrir al-Wasilah, jil. 1, hal. 322-323, Muassasah Dar al-Ilm, Qum, Cetakan Pertama dan kitab-kitab fikih lainnya.
[14]. Risâlah-yae Taudhih al-Masâil Marâji’ Taqlid, Ahkam Zakât.
[15]. Tahrir al-Wasilah, jil. 2, hal. 615, Masalah 5.
[16]. Ibid, hal. 614, Masalah 7.
[17]. Sayid Muhammad Ridha Gulpaigani, Majma’ al-Masâil, jil. 1, hal. 410, Pertanyaan 4, Dar al-Qur’an al-Karim, Qum, Cetakan Kedua, 1409 H.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar