Advanced Search
Hits
12546
Tanggal Dimuat: 2012/07/24
Ringkasan Pertanyaan
Apakah memiliki kitab, ashl dan tashnif menunjukkan atas adanya pujian (madh) dan tautsiq perawi hadis?
Pertanyaan
Apakah dalam ilmu Rijal, memiliki ashl, tashnif dan kitab menunjukkan adanya pujian (madh) dan tautsiq perawi? Tolong di samping beberapa pendapat ulama Rijal, tolong Anda sebutkan pendapat Imam Khomeini Ra dalam masalah ini?
Jawaban Global

Dalam ucapan para ulama Rijal, kitab dalam artian populernya juga mencakup ashl dan tashnif; artinya kitab tersebut adalah kitab yang disusun dan dibukukan berdasarkan nukilan hadis melalui para sahabat Imam Maksum As.

Sebagian ulama meyakini bahwa adanya kitab, ashl atau tashnif  menunjukkan adanya pujian dan tautsiq terhadap perawi; ulama tersebut misalnya Allamah Majlisi, Sayid Bahrul Ulum dan Syaikh Shaduq.

Akan tetapi kebanyakan ulama seperti Imam Khomeini berkata bahwa adanya ashl atau tashnif  tidak menunjukkan adanya pujian dan witsâqah perawi; karena masalah ini bersifat umum. Boleh jadi seseorang memliki kitab atau ashl namun tidak tsiqah dan orangnya tidak dapat diandalkan.

Jawaban Detil

Pada kitab-kitab Rijal hadis terdapat sebuah pasal yang mengkhususkan masalah ini bahwa apabila perawi hadis memiliki kitab, ashl atau tashnif  dapat menjadi dalil atas tautsiq-nya atau tidak?

Sebelum menjawab pertanyaan ini kiranya ada baiknya secara ringkas kita menjelaskan beberapa terma teknis yang berkembang dan digunakan dalam ilmu Rijal:

  1. Kitab: Terma ini dalam kalimat-kalimat ulama Rijal sesuai dengan maknanya yang berlaku secara umum mencakup ashl dan tashnif ;[1] yaitu sesuatu yang disusun dan dikodifikasi oleh sahabat-sahabat para Imam Maksum As dalam mengutip hadis.[2]
  2. Ashl: Adalah sebuah kitab yang dikumpulkan oleh penulisnya yang mendengarkan sekumpulan riwayat dari Imam Maksum As atau dari periwayatnya.[3] Ushul Arba’ah Mia termasuk dalam kelompok ini; seperti Ashl Zaid Zarrad yang merupakan salah seorang sahabat Imam Shadiq As. Namun demikian sebagian ulama juga menjelaskan makna lain untuk terma ashl[4] ini.
  3. Tashnif : Yang dimaksud dengan tashnif  adalah sebuah kitab yang disusun oleh sahabat-sahabat para Imam Maksum As dengan maksud tertentu selain mengumpulkan riwayat-riwayat. Meski terkadang tashnif  ini juga disebut sebagai kitab secara mutlak.[5]

Dengan memperhatikan beberapa makna yang telah disebutkan, baik mushannafât (jamak tashnif ) dan ushûl (jamak ashl), masih-masing dari mushannafât dan ushul ini merupakan bagian lain yang terpisah.[6] Juga disebutkan ashl merupakan bagian tertentu dari kitab atau tashnif.[7]

Akan tetapi antara kitab dan ashl terdapat beberapa perbedaan dan perbedaan yang terpenting di antara keduanya adalah sebagai berikut:

  1. Periwayat (rawi) dalam ashl mengumpulkan hadis-hadis yang didengarkan dari seorang Imam Maksum As atau perawinya namun hadis-hadis muktabar yang terdapat pada kitab dan tashnif pada umumnya diambil dari ashl.
  2. Ashl adalah sekumpulan hadis yang kuat dimana hadis-hadisnya tidak diambil dari kitab lainnya.[8]

Setelah memberikan definisi dan menjelaskan tentang kitab, ashl dan tashnif, apabila seorang perawi memiliki kitab, ashl atau tashnif, apakah hal itu dapat menjadi dalil untuk men-tautsiq (pengakuan terpercaya) penyusunnya atau tidak? Dalam hal ini kami akan menyebutkan sebagian pandangan ulama sebagaimana berikut:

Pertama: Sebagian ulama meyakini bahwa memiliki kitab, ashl atau tashnif  menunjukkan atas tautsiq dan pujian perawi seperti:

  1. Sehubungan dengan sebagian perawi yang belum mendapat label tautsiq dan juga tidak terdapat pujian tentangnya, namun memiliki ashl, Allamah Majlisi berkata, “Mungkin saja kalimat ini, setidaknya menunjukkan atas kebaikan dan pujian atas perawi.[9]
  2. Sayid Bahrul Ulum: Ashl menunjukkan baiknya kondisi perawi dan nilai kitabnya.[10]
  3. Syaikh Shaduq mengandalkan perawi-perawi yang memiliki kitab.[11]

Kedua: Sebagian ulama seperti Imam Khomeini Ra,[12] Ayatullah Khui Ra,[13] Ayatullah Subhani, Ayatullah Tabrizi[14] dan lain sebagainya berkata, “Memiliki kitab, ashl atau tashnif  tidak menunjukkan adanya tautsiq dan pujian atas perawi; karena hal ini bersifat lebih umum, dan boleh jadi orang yang memiliki kitab dan ashl namun tidak tsiqah dan kita tidak dapat bersandar kepadanya; seperti sebagian periwayat yang bermazhab Waqifi dan  Fathi; meski kitab-kitab mereka dapat diandalkan, itu pun disebabkan oleh istilah hadis “shahih” dalam pandangan para qudama berbeda dengan istilah hadis “shahih” dalam pandangan muta’akhirin dan validitas hadis di sisi qudama tidak meniscayakan bahwa perawinya juga harus tsiqah (dapat diandalkan dan dipercaya).[15]

Imam Khomeini Ra dalam hal ini berkata, “Ucapan ulama Rijal yang berkata, “Inna lahu ashlan” tidak menunjukkan adanya kepercayaan kepada ashl atau pemiliknya.”[16] [iQuest]

Untuk telaah lebih jauh terkait dengan sebagian pembahasan ilmu Rijal dan Dirayah kami persilahkan Anda untuk merujuk pada beberapa indeks terkait berikut:

  1. Hadis Marfu’, Mursal, Maqthu’ dan Mauquf, Pertanyaan 10825 (Site: 10754)
  2.       Kriteria Hadis Mutawatir Lafzhi, Maknawi dan Ihmali, Pertanyaan 15928 (Site: 15656)
  3. Pengaruh Tadlis Para Syaikh atas Hujjiyah Hadis Mu’an’an, Pertanyaan 8083 (Site: 8166)

 


[1]. Imam Khomeini, Kitâb al-Thahârah (Cetakan Lawas), jil. 3, hal. 265, Tanpa Tahun; Ja’far Subhani, Kulliyat fi ‘ilm al-Rijal, hal. 474, Daftar Nasyr Islami, Qum, Cetakan Kelima, 1423 H.  

[2]. Kulliyât fi ‘Ilm al-Rijâl, hal. 477.  

[3]. Kulliyât fi ‘Ilm al-Rijâl, hal. 475; Kitâb al-Thahârah, jil. 3, hal. 266.  

[4]. Misalnya Sayid Bahrul ‘Ulum dalam al-Fawâid al-Rijâliyah untuk menetapkan tautsiq Zaid Nursi bersandar pada empat dalil, di antaranya adalah bahwa Syaikh Thusi memperkenalkan Zaid Nursi sebagai orang yang memiliki Ashl. Kemudian terkait dengan definisi ashl, ia berkata, “Ashl dalam istilah para ahli hadis adalah kitab yang dapat kita andalkan; sebuah kitab yang tidak diambil dari kitab lainnya. Sayid Mahdi Bahrul Ulum Burujerdi, al-Fawâid al-Rijâliyah, jil. 2, hal. 367, Diriset dan Dikoreksi oleh Muhammad Shadiq Bahrul Ulum dan Hasan Bahrul Ulum, Nasyr Maktbat al-Shadiq, Teheran, Cetakan Pertama, 1405 H. Imam Khomeini Ra mengutip ucapan Bahrul Ulum Ra dalam pembahasan  ashir zabib yang menukil sebuah riwayat dari Zaid Nursi dan kemudian mengkritisinya. Adapun terkait dengan makna ashl, kitab dan tashnif, Imam Khomeini menyodorkan beberapa hasil penelitian ekstensifnya. Silahkan lihat Kitâb al-Thahârah, jil. 3, hal. 243, 244, 258-262.  

[5]. Kitâb al-Thahârah, jil. 3, hal. 266; Kulliyât fi ‘Ilm al-Rijâl, hal. 476 dan 477.  

[6]. Kitâb al-Thahârah, jil. 3, hal. 265.  

[7]. Kulliyât fi ‘Ilm al-Rijâl, hal. 477.

[8]. Sekelompok peneliti di bawah pengawasan Sayid Hasyimi Syahrudi, Farhangg-e Fiqh Muthâbiq Madzhab Ahlulbait As, jil. 1, hal. 535, Muassasah Dairat al-Ma’arif Fiqh Islami Bar Mazhab Ahlulbait As, Qum, Cetakan Pertama, 1426 H.  

[9]. Muhamad Baqir Majlisi, Mir’ât al-‘Uqûl fi Syarh Akhbâr Âli al-Rasul, jil. 1, hal. 108 dan jil. 10, hal. 124, Riset dan Koreksi oleh Sayid Hasyim Rasuli, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, Cetakan Kedua, 1404 H.  

[10]. Al-Fawâid al-Rijâliyah, jil. 2, hal. 367.

[11]. Sebagai contoh terkait dengan Abdullah bin Bukair, berkata, “Abdullah bin Bukair adalah seseorang yang bermazhab Fathi namun ia telah mendapat tautsiq dan memiliki kitab. Syaikh Shaduq, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jil. 4, hal. 428, Daftar Intisyarat Islami, Qum, Cetakan Kedua, 1413 H.  

[12]. Kitâb al-Thahârah, jil. 3, hal. 268.  

[13]. Sayid Abul Qasim Musawi Khuwi, Mu’jam al-Rijâl al-Hadits wa Tafshil Thabaqât al-Rijâl, jil. 1, hal. 76 dan jil. 8, hal. 335, Tanpa Tahun dan Tanpa Penerbit.  

[14]. Kulliyât fi ‘Ilm al-Rijâl, hal. 485 & 486.

[15]. Kulliyât fi ‘Ilm al-Rijâl, hal. 485 & 486.

[16]. Kitâb al-Thahârah, jil. 3, hal. 268.

 

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261257 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246372 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230160 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215025 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176353 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171645 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168137 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158222 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140989 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134070 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...