Please Wait
11521
Ubay bin Ka’ab adalah salah seorang sahabat terkenal Rasulullah Saw. Ia adalah sosok yang dihormati oleh seluruh kaum Muslimin baik dari kalangan Syiah atau pun Sunni.
Dalam literatur-literatur Syiah riwayat-riwayat yang berasal dari Ubay bin Ka’ab terbatas jumlahnya dan para ulama Rijal memandangnya sebagai salah seorang sahabat Rasulullah Saw dan penulis wahyu.
Dengan memperhatikan riwayat-riwayat yang dinukil darinya dapat dipahami tentang kecintaan dan penghormatannya terhadap Ahlulbait As khususnya terhadap Imam Ali As.
Ubay bin Ka’ab adalah salah seorang sahabat terkenal Rasulullah Saw. Ia adalah salah seorang pembaca al-Qur’an dan memiliki spesialisasi dalam ilmu qirâ’at (bacaan) al-Qur’an.[1]
Ubay bin Ka’ab adalah sosok yang dihormati oleh seluruh kaum Muslimin baik dari kalangan Syiah atau pun Sunni.[2]
Dalam literatur-literatur Syiah riwayat-riwayat yang berasal dari Ubay bin Ka’ab terbatas jumlahnya dan para ulama Rijal memandangnya sebagai salah seorang sahabat Rasulullah Saw dan penulis wahyu.[3]
Dengan memperhatikan riwayat-riwayat yang dinukil darinya dapat dipahami tentang kecintaan dan penghormatannya terhadap Ahlulbait As khususnya terhadap Imam Ali As.
Di antara riwayat-riwayat yang disebutkan dalam literatur-literatur Syiah yang berasal dari Ubay bin Ka’ab adalah pernyataan sikapnya dalam pelbagai peristiwa suksesi Rasulullah Saw yang diungkapkan secara tegas dan lugas. Misalnya peristiwa Ghadir Khum dan riwayat-riwayat Rasulullah Saw dalam masalah khilafah yang ia nukil untuk masyarakat dan dengan riwayat-riwayat tersebut ia beradu-argumentasi dengan para perampas khilafah.
Thabarsi dalam “al-Ihtijâj” meriwayatkan pernyataan sikap Ubay bin Ka’ab secara detil yang akan kami sebutkan sebagian dari penjelasan-penjelasan itu secara ringkas di sini:
“Selepas khutbah Abu Bakar – pada hari Jum’at pertama bulan Ramadhan – Ubay bin Ka’ab berdiri dan berpidato, “Wahai orang-orang Muhajir yang mengutamakan keridhaan Allah dan mendapatkan pujian Allah Swt dalam al-Qur’an. Wahai orang-orang Anshar yang memilih kota iman sebagai tempat kediaman dan atas dasar itu Allah Swt menyanjung kalian dalam al-Qur’an, apakah kalian lupa atau sengaja melupakannya! Apakah kalian merubah ikrar dan janji atau kalian telah merubah ajaran agama kalian! Atau kalian telah memilih kerendahan atau kalian telah tidak berdaya? Memangnya kalian telah lupa bahwa Rasulullah Saw pada hari Ghadir berdiri di tengah-tengah kalian dan memegang Ali di hadapan semuanya dan bersabda, “Barang siapa yang menjadikan Aku sebagai tuannya maka Ali adalah tuannya. Barang siapa yang menjadikan Aku sebagai nabinya maka Ali adalah pemimpinnya.” Apakah kalian telah lupa bahwa Rasulullah Saw bersabda kepadanya,” Wahai Ali kedudukanmu bagiku adalah laksana kedudukan Harun bagi Musa, hanya saja tidak ada nabi selepasku. Ketaatan umat kepadamu setelahku adalah wajib laksana ketaatan mereka kepadaku pada masa hidupku.”
Apakah kalian telah melupakan sabda Rasulullah Saw yang menyatakan, “Bilamana Aku tidak berada di tengah-tengah kalian dan menjadikan Ali sebagai khalifah kalian, maka aku telah memilih seseorang untuk kalian sebagaimana Aku.”
Apakah kalian ingat bahwa Rasulullah Saw sebelum wafatnya, beliau mengumpulkan kita di kediaman Fatimah dan bersabda, “Allah Swt mewahyukan kepada Musa untuk memilih seorang saudara dari keluarganya dan menjadikannya sebagai nabi, keluarganya engkau jadikan sebagai anak-anakmu, sehingga mereka terjaga dari segala bentuk kejahatan dan terpelihara dari segala bentuk keraguan dan sangsi.
Musa memilih Harun sebagai saudaranya dan menjadikan anak-anaknya sebagai para pemimpin Bani Israel selepasnya. Sekarang Allah Swt berfirman kepadaku bahwa (Sebagaimana Musa terhadap Harun); maka engkau juga pilihlah Ali sebagai saudaramu dan jadikan anak-anaknya sebagai anak-anakmu (jadikan mereka sebagai para imam bagi umat) dan aku menjadikan mereka sebagaimana Musa menjadikan anak-anak Harun (sebagai pemimpin). Ketahuilah bahwa Aku mengakhiri kenabian melaluimu wahai Nabi Pamungkas dan selepasnya tidak akan ada lagi nabi yang diutus kepada manusia.” Dan anak-anak tersebut adalah para imam pemberi petunjuk. “ Demi Allah selepas wafatnya Rasulullah Saw, kalian telah melanggar janji dan ikrar kalian. Kalian berbeda pendapat dalam masalah itrah (keluarga Rasulullah) dan orang lain dalam masalah ini masing-masing bersandar pada pikiran dan pendapatnya masing-masing.”[4]
Kesemua hal ini menunjukkan loyalitas Ubay bin Ka’ab terhadap anjuran Rasulullah Saw terkait dengan Imam Ali As dan memotivasi orang lain juga untuk berbuat yang sama. Ubay bin Ka’ab wafat dengan jarak beberapa tahun pasca wafatnya Rasulullah Saw. Terdapat perbedaan terkait dengan kapan persisnya Ubay bin Ka’ab wafat; sebagian berpandangan bahwa ia wafat pada masa Usman bin Affan namun berdasarkan preferensi (tarjih) Ibnu Hajar dalam al-Ishâbah, Ubay bin Ka’ab wafat pada masa pemerintahan Umar pada tahun 22 Hijriah.[5]
Akhir kata kami ingatkan bahwa riwayat-riwayat Ubay bin Ka’ab tidak terlalu banyak dinukil dalam literatur-literatur riwayat Syiah, karena itu kita tidak dapat menjumpai pendapat Ahlulbait As tentang riwayat-riwayat yang bersumber dari Ubay bin Ka’ab. [iQuest]
[1]. Ibnu Abd al-Bar, al-Isti’âb fi Ma’rifat al-Shahâbah, jil. 1, hal. 65, Dar al-Jalil, Beirut, 1412 H.
[2]. Misalnya dalam literatur-literatur Ahlusunnah disebutkan bahwa Khalifah Kedua menggelarinya dengan gelar Sayid al-Muslimin. Silahkan lihat Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jil. 1, hal. 61, Dar al-Fikr, Beirut, 1409 H.
[3]. Allamah Hilli, Kitâb al-Rijal, hal. 22, hal. Dar al-Dzakhair, Qum, 1411 H.
[4]. Fadhl bin Hasan Thabarsi, al-Ihtijâj, Penerjemah Mazandarani, jil. 1, hal. 254 – 260, Intisyarat Islamiyah, Teheran, 1381 S.
[5]. Ibnu Hajar ‘Asqalani, al-Ishâbah, jil. 1, hal. 181, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Beirut, 1415 H.