Advanced Search
Hits
12391
Tanggal Dimuat: 2012/03/08
Ringkasan Pertanyaan
Mengapa pada ayat 2 surah Muhammad, “Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal yang saleh serta beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang hak dari Tuhan mereka” nama Rasulullah Saw disebutkan dengan lugas? Sementara pada ayat lain tidak demikian?
Pertanyaan
Mengapa pada ayat 2 surah Muhammad, “Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal yang saleh serta beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang hak dari Tuhan mereka. Allah menghapus kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka” tidak seperti ayat-ayat lainnya (seperti bima anzala ‘ala rasulihi) nama Rasulullah Saw disebutkan dengan lugas? Sementara pada ayat lain tidak demikian?
Jawaban Global

Alasan mengapa nama Rasulullah Saw disebutkan secara lugas pada ayat yang menjadi obyek pertanyaan adalah karena signifikansi yang terdapat pada penggalan ayat ini. Allah Swt menyebut nama Rasulullah Saw karena ingin memuliakan dan mengagungkan Rasulullah Saw dengan menyebut namanya secara langsung.

Sebagian ahli tafsir (mufassir) memandang bahwa penyebutan kedua adalah penyebutan terma khas (dzikr al-khas) setelah penyebutan terma umum (dzikr al-am). Dalam kondisi seperti ini, penyebutan kedua adalah penegasan pada ajaran-ajaran dan pesan-pesan Rasulullah Saw; artinya bahwa iman kepada Allah Swt sama sekali tidak akan sempurna kecuali beriman pada apa yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. Sebagian orang berkata, disebutkannya nama Rasulullah Saw  secara tegas adalah supaya Ahlulkitab tidak berkata bahwa kami hanya beriman kepada Allah, para nabi dan kitab-kitab samawi kami saja.

Jawaban Detil

Untuk memahami alasan mengapa nama Rasulullah Saw disebutkan secara lugas kita harus melihat penggalan ayat ini, apa makna ayat ini “Amanu bima nuzzilah ‘ala Muhammadin” (orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal yang saleh ) dan dengan memperhatikan makna tersebut kita akan mengetahui alasan mengapa nama Rasulullah Saw disebutkan.

Allah Swt pada ayat 2 surah Muhammad menjelaskan sebuah hukum bahwa hal tersebut dapat dinilai sebagai sebuah anugerah. Karena itu, Allah Swt menghapus dosa-dosa sebagian manusia dengan ampunan-Nya dan memperbaiki hati-hati mereka.[1] Namun sehubungan dengan siapa yang dapat memperoleh anugerah ini, terdapat dua ungkapan pada awal-awal ayat ini. Pertama, “walladzina âmanû wa ‘amilû al-shâlihat” (orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal yang saleh) dan kedua “âmanû bimâ nuzzila ‘ala Muhammadin” (beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad).

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ahli tafsir. sehubungan dengan masing-masing dua bagian ayat ini, hubungan apa yang terjalin antara ayat pertama dan ayat berikutnya serta mencakup makna apa saja.

Dalam pandangan pertama, tampaknya, ungkapan pertama memiliki obyek-obyek yang lebih umum dan juga mencakup obyek-obyek ungkapan kedua. Dengan demikian, ungkapan kedua ini hanya merupakan penegas atas sebagian obyek-obyek orang-orang beriman.  Namun hal ini tidak disepakati secara umum oleh para ahli tafsir dan mereka mengemukakan penafsiran-penafsirannya dalam hal ini yang sangat berguna untuk memahami bagian kedua. Di sini kita akan menyebutkan sebagian dari penafsiran-penafsiran tersebut:

  1. Sebagian ahli tafsir memandang ungkapan kedua sebagai penyebutan terma khusus (dzikr al-khâs) setelah penyebutan terma umum (dzikr al-âm). Ungkapan kedua adalah penegasan atas ajaran-ajaran dan pesan-pesan Rasulullah Saw; dengan kata lain, iman kepada Allah Swt tidak akan sempurna kecuali dengan beriman kepada apa yang diturunkan kepada Rasulullah Saw.[2]
  2. Sebagian ahli tafsir memandang bagian kedua sebagai qaid ihtirâzi[3] dan berkata bahwa bagian kedua memberikan batasan pada bagian pertama dan menjelaskan bahwa hukum dan karunia yang disebutkan pada akhir ayat dimiliki oleh kelompok ini dan kita tidak dapat memandang bagian kedua semata-mata sebagai penegasan atas ungkapan pertama.[4]
  3. Sebagian lainya tidak sependapat dengan pandangan kedua. Mereka beranggapan bahwa bagian kedua ayat bukan hanya khas, melainkan lebih umum dari makna pertama. Mereka berkata, “alladzina âmanû” yaitu beriman kepada Allah Swt, Rasulullah dan hari kiamat. Namun “âmanû bimâ anzala ‘ala Muhammadin” artinya iman kepada seluruh apa yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. Dan hal ini merupakan generalisasi (ta’mim) atas apa yang telah disebutkan pada permulaan dan menambah bobot obyek hukum pada kelanjutannya.[5]
  4. Kalimat pertama berbicara tentang iman kepada Allah Swt dan memiliki sisi ideologis. Kalimat kedua menyinggung tentang iman kepada kandungan Islam dan ajaran-ajaran Nabi Muhammad Saw. Kalimat kedua ini mengandung sisi keilmuan. Dengan kata lain, iman kepada Allah Swt semata tidak mencukupi melainkan harus disertai dengan iman kepada “ma anzala ‘alaihi” (apa yang diturunkan kepadanya); iman kepada al-Qur’an, iman kepada jihad, iman kepada salat dan puasa, iman kepada nilai-nilai moral yang diturunkan kepadanya[6] sehingga Allah Swt mengampuni dosa-dosa seseorang dan memperbaiki hatinya. Dalam hal ini, masing-masing dari dua bagian ayat ini memiliki makna yang berbeda-beda dan tidak memiliki spesifikasi (takhsish) dan generalisasi (ta’mim) satu sama lain.
  5. Sebagian lainnya juga memandang bahwa pengulangan ini disebabkan adanya perbedaan dalam obyek-obyek ayat yang diturunkan tentangnya. Artinya bahwa bagian pertama diturunkan sekaitan dengan Abu Dzar, Salman, Ammar dan Miqdad. Dan bagian kedua diturunkan sehubungan dengan Imam Ali As. Perbedaan obyek-obyek ini menyebabkan munculnya dua ungkapan pada ayat di atas.[7]

Sesuai dengan pelbagai kemungkinan ini dapat dipahami tentang pentingnya bagian kedua ayat tersebut. Karena itu, isyarat pada nama Nabi Muhammad Saw pada ayat ini adalah karena signifikansi bagian ayat ini dan Allah Swt ingin memuliakan dan mengagungkan Rasulullah Saw dengan menyebut namanya secara langsung. Para ahli tafsir juga menyebutkan sebab penyebutan nama ini, “Sebab Nabi Muhammad Saw disebutkan secara terpisah dan disinggung tentang iman kepadanya adalah untuk mengagungkan dan memuliakan Nabi Muhammad Saw.”[8] Di samping sebab ini, para mufassir juga menyebutkan kemungkinan lain di samping sebab ini yang patut mendapat perhatian, Nama Rasulullah Saw disebutkan (secara tegas) pada ayat tersebut supaya Ahlulkitab tidak berkata, “Kami hanya beriman kepada Allah, para nabi dan kitab-kitab samawi kami saja.”[9] [iQuest]

 


[1]. Kaffir ‘anhum sayyiatihim wa ashlih balahaum.

[2]. Nasir Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 21, hal. 394, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1374 S.  

[3]. Qaid ihtirâzi adalah qaid yang memiliki campur tangan dalam hukum. Qaid ihtirâzi memberikan batasan pada makna sebuah ucapan. 

[4]. Sayid Muhammad Husain Thabathabai, al-Mizân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 18, hal. 223, Jami’a Mudarrisin, Hauzah Ilmiyah Qum, Qum, 1417 H.

[5]. Abu Abdillah bin Muhammad Umar Fakhruddin Razi, Mafâtih al-Ghaib, jil. 28, hal. 35, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Beirut, 1420 H.  

[6]. Tafsir Nemune, jil. 21, hal. 394.  

[7]. Sayid Hasyim Bahrani, al-Burhân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 5, hal. 56, Bunyad Bi’tsat, Teheran, 1416 H.  

[8]. Fadhl bin Hasan Thabarsi, Majma’ al-Bayân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 9, hal. 147, Intisyarat-e Nashir Khusruw, 1372 S.  

[9]. Ibid.

 

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261246 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246364 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230149 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215015 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176343 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171633 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168127 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158188 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140978 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134057 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...