Advanced Search
Hits
26707
Tanggal Dimuat: 2011/05/18
Ringkasan Pertanyaan
Dalam hal apa saja berdusta dibolehkan?
Pertanyaan
Berdusta dan berbohong termasuk dari dosa-dosa besar. Dalam hal apa saja kita dibolehkan untuk berdusta? Apakah untuk menyelamatkan diri kita dapat berkata dusta?
Jawaban Global

Berkata jujur dan memerangi dusta sangat mendapat perhatian ekstra dalam ajaran-ajaran Islam sedemikian sehingga dalam banyak hal berdusta disebut sebagai perbuatan yang lebih nista dari minuman keras. Namun dengan demikian, kapan saja ketika tidak berdusta menyebabkan timbulnya kerugian dan bahya yang lebih besar dari berdusta seperti membunuh orang tak berdosa, atau serangan musuh ke negeri-negeri Islam, perpecahan dan permusuhan di antara orang-orang beriman dan lain sebagainya maka berdusta dalam hal ini dibolehkan. Namun apabila manusia dapat melakukan tauriyah (menyamarkan maksud) dan tidak menyebabkan ia berdusta maka ia wajib melakukan tauriyah.

Jawaban Detil

Berkata jujur dan memerangi dusta sangat mendapat perhatian ekstra dalam ajaran-ajaran Islam sedemikian sehingga dalam banyak hal berdusta disebut sebagai perbuatan yang lebih nista dari minuman keras. Imam Shadiq As bersabda, “Janganlah kalian memandang ruku dan sujud seseorang karena boleh jadi merupakan kebiasaan bagi mereka, sedemikian sehingga apabila ditinggalkan mereka akan bersedih. Namun perhatikanlah perkataan jujur dan sikap amanah yang mereka miliki.”[1] Artinya perkataan jujur dan sikap amanah adalah standar kebaikan dan iman seseorang.

Dalam sebuah hadis dari Imam Baqir As disebutkan, “Allah Swt meletakkan gembok-gembok bagi setiap keburukan dan kejahatan dan kunci seluruh gembok tersebut adalah minuman keras (karena penghalang utama segala keburukan dan kekejian adalah akal sementara minuman-minuman keras menciutkan kerja akal). Kemudian Imam Baqir As menghimbuhkan, “Dusta lebih buruk daripada minuman keras.”[2] Hubungan dusta dan dosa-dosa lainnya, dari sudut pandang ini, bahwa manusia pendosa tidak dapat menjadi orang yang berkata jujur karena dengan berkata jujur akan membuatnya ketahuan dan untuk menutupi perbuatan dosanya biasanya ia bersandar pada dusta. Dengan kata lain, dusta akan membukakan gerbang bagi manusia untuk berbuat dosa sementara berkata jujur akan menutup gerbang tersebut.[3]

Salah satu kerugian terbesar dusta adalah musnahnya modal kepercayaan. Kita ketahui bahwa modal yang paling utama sebuah masyarakat adalah saling mempercayai sesama anggota masyarakat. Dan faktor terpenting yang dapat memusnahkan modal ini adalah dusta, khianat dan perbuatan curang. Satu dalil mendasar atas signifikansi berkata jujur dan meninggalkan dusta dalam ajaran-ajaran Islam adalah masalah ini. Namun dengan demikian terkait dengan beberapa kondisi darurat (sangat urgen diperlukan) dibolehkan untuk berkata dusta. Namun kebolehan ini seukuran kondisi darurat dan selama kondisi darurat ini ada, tidak lebih. Yang dimaksud dengan kondisi darurat di sini adalah kebutuhan yang sangat tinggi untuk berkata dusta untuk mengantisipasi pelbagai kerugian yang lebih besar seperti terancamnya jiwa manusia atau keselamatannya atau mencegah serangan musuh ke negeri-negeri Islam atau mengantisipasi perpecahan di antara saudara Muslim dan secara umum hal-hal yang muatan dosanya lebih besar.

Kita harus menyebut poin ini bahwa kendati berkata dusta dipandang boleh dalam syariat pada hal-hal yang sifatnya darurat dan untuk mengenyahkan kerugian yang lebih besar dan tidak dapat ditolerir. Namun apabila terdapat sebuah jalan sehingga bahaya dapat ditampik tanpa harus berkata dusta maka ia harus memilih jalan tersebut. Salah satu jalan tersebut adalah tauriyah. Tauriyah adalah sebuah ucapan yang mengandung dua makna di baliknya. Pertama makna lahirnya dan nyata yang dapat dipahami dengan mudah oleh pendengarnya. Dan kedua, makna puncak dan latennya yang tidak dipahami oleh pendengarnya. Apabila manusia untuk menyingkirkan bahaya dari dirinya atau dari seorang Muslim sehingga mau-tak-mau harus memilih menggunakan tauriyah atau berkata dusta maka yang harus ia pilih adalah tauriyah.

Dalam kondisi darurat yang mengkondisikan seseorang untuk berkata dusta, maka tidak ada bedanya apakah bahaya tersebut mengarah kepada dirinya atau kepada saudara mukmin lainnya. Imam Ridha As bersabda, “Sesungguhnya seseorang yang berkata jujur tentang saudaranya sesama Muslim kemudian menjerumuskannya; maka ia tergolong sebagai seorang pendusta di hadapan Allah Swt. Dan sesungguhnya seseorang yang berkata dusta tentang saudaranya sehingga dengan dusta tersebut ia menyingkirkan bahaya yang mengancamnya; maka ia tergolong sebagai orang-orang yang berkata jujur di hadapan Tuhan.”[4]

Imam Shadiq As bersabda: Pada hari Kiamat, setiap dusta akan disidang kecuali tiga perkara: Pertama seseorang yang mengecoh (musuh) dalam medan perang dusta (tipuan) ini akan dicabut darinya; kedua, tatkala dusta yang menyebabkan “ishlah dzat al-bain” (memecahkan persoalan dan menciptakan perdamaian di antara sesama Muslim dan...”[5]

Rasulullah Saw mewasiatkan Baginda Ali As: Sesungguhnya Allah Swt mencintai dusta yang mengandung kemaslahatan dan kebaikan dan membenci perkataan jujur yang berujung pada kerugian dan keburukan.”[6]

Namun menjaga kadar dan mizan dusta diperlukan untuk menciptakan kemaslahatan dan setiap orang tidak boleh melewati batasan mizan ini; karena melewati batasan mizan ini akan menyebabkan manusia terjerembab dalam perbuatan dusta dan Imam Shadiq As bersabda, “Orang-orang yang mengadakan perbaikan (mushlih) tidak memiliki naluri untuk berdusta.”[7] Apa yang dapat dipahami dari riwayat sebelumnya adalah bahwa manusia dengan dalih ingin memperbaiki masyarakat dan menciptakan perdamaian di antara sesama Muslim tidak boleh berkata dusta sesukanya dan tanpa batasan; melainkan ia harus menjaga batasan-batasannya.[8] [IQuest]



[1]. Al-Qummi, Safinat al-Bihâr, klausa “shi-d-q.” Al-Kâfi, jil. 2, hal. 104, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1365 H.  

 

[2]. Kulaini, Ushûl al-Kâfi, jil. 2, hal. 339

ان اللَّه عز و جل جعل للشر اقفالا، و جعل مفاتیح تلک الاقفال الشراب، و الکذب شر من الشراب.

[3]. Ayatullah Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 2, hal. 413.  

 

[4]. Syaikh Hurr al-Amili, Wasâil al-Syiah, jil. 12, hal. 255, Hadis 16238.  

 

[5]. Kulaini, Ushul al-Kâfi, jil. 2, hal. 342, Hadis 18.

. قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ ع یَقُولُ کُلُّ کَذِبٍ مَسْئُولٌ عَنْهُ صَاحِبُهُ یَوْماً إِلَّا کَذِباً فِی ثَلَاثَةٍ رَجُلٌ کَائِدٌ فِی حَرْبِهِ فَهُوَ مَوْضُوعٌ عَنْهُ أَوْ رَجُلٌ أَصْلَحَ بَیْنَ اثْنَیْنِ یَلْقَى هَذَا بِغَیْرِ مَا یَلْقَى بِهِ هَذَا یُرِیدُ بِذَلِکَ الْإِصْلَاحَ مَا بَیْنَهُمَا أَوْ رَجُلٌ وَعَدَ أَهْلَهُ شَیْئاً وَ هُوَ لَا یُرِیدُ أَنْ یُتِمَّ لَهُمْ.

 

[6]. Syaikh Hurr al-Amili, Wasâil al-Syiah, jil. 12, hal. 252, Hadis 16229.

ان الله احب الکذب فی الصلاح و ابغض الصدق فى‏الفساد.

 [7]. Kulaini, Ushûl al-Kâfi, jil. 2, hal. 210, Hadis 7.  

[8]. Silahkan lihat, Mujtaba Tehrani, Site Balagh.  

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261246 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246364 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230149 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215015 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176343 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171633 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168127 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158188 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140978 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134057 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...