Advanced Search
Hits
9384
Tanggal Dimuat: 2011/09/18
Ringkasan Pertanyaan
Jenis wilâyah apakah yang dimaksud Rasulullah Saw pada peristiwa Ghadir Khum?
Pertanyaan
Pada peristiwa Ghadir Khum wilâyah politik yang menjadi maksud Rasulullah Saw atau wilâyah irfani?
Jawaban Global

Sesuai dengan satu pendapat yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw, sesuai dengan hadis Ghadir dan riwayat-riwayat lainnya, menjadikan Amirul Mukminin Ali As secara mutlak dan secara umum sebagai khalifahnya. Seluruh wilâyah Rasulullah Saw di antaranya wilâyah irfani dan politik dan lain sebagainya juga berlaku bagi Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As.

Jawaban Detil

Dalam pandangan Syiah, tiada keraguan bahwa wilâyah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As telah diproklamasikan Rasulullah Saw pada peristiwa Ghadir Khum dan juga telah ditegaskan pada beberapa kesempatan lainnya sebelum dan setelah Ghadir Khum.[1] Wilâyah Amirul Mukminin Ali As mencakup seluruh wilâyah yang dimiliki Rasulullah Saw. Mengingat pembentukan dan pengaturan pemerintahan yang dilakukan Rasulullah Saw maka tidak ada keraguan bagi kita bahwa salah satu dimensi wilâyah Rasulullah Saw adalah wilâyah politik.

Namun apabila kita ingin menguliti pertanyaan Anda maka kita harus menjelaskan bahwa dengan memperhatikan bahwa apa yang terjadi pasca wafatnya Rasulullah Saw dan urusan khilafah tidak jatuh pada pemiliknya yang asli, hal itu tidak dapat dibenarkan bagi masyarakat umum dan generasi-generasi selanjutnya. Bagaimana mungkin dengan segala penegasan dan kiasan yang ada yang telah menetapkan kelayakan khilafah bela fashl (segera setelah) Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As namun pemerintahan jatuh di tangan orang lain! Atas dasar itu, para penulis yang memiliki kecendrungan kepada penguasa (kala itu) berusaha dalam tulisan-tulisannya hingga semampu mungkin tidak menyebutkan keutamaan dan keunggulan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As. Atau hanya memilih menjelaskan sepenggal dari keutamaan Imam Ali As. Atau apabila terdapat sebuah hadis yang sedemikian mutawatir dan diterima,[2] penulis berada pada tataran menjustifikasi dan mentakwil hadis mutawatir tersebut dan sedemikian ia menafsirkannya sehingga seiring sejalan dengan keyakinannya yang mengikut pada keyakinan jumhur (mayoritas).

Hadis Ghadir merupakan salah satu riwayat yang tidak terdapat kemungkinan untuk dilakukan sensor di dalamnya, sebagian dari riwayat tersebut disebutkan dalam kitab-kitab standar Ahlusunnah.[3] 

Penegasan wilâyah dan pengangkatan Imam Ali As sebagai khalifah dari sisi Rasulullah Saw adalah termasuk hadis yang lebih banyak dikategorikan sebagai hadis sahih. Jelas bahwa menelaah riwayat seperti ini dengan ketegasan dan kelugasan, memancing pertanyaan bagi para pembaca lantas mengapa meski dengan sabda Rasulullah Saw, pemerintahan tidak berada di pundak Amirul Mukminin Ali As? Di sinilah justifikasi bermain dan wilâyah yang disebutkan dalam riwayat tersebut ditafsirkan semata-mata sebagai wilâyah irfani dan persahabatan serta kecintaan dan mengeluarkan wilâyah politik!

Justifikasi seperti ini juga dijelaskan pada hadis-hadis yang serupa. Sebagai contoh, mereka menjelaskan bahwa Rasulullah Saw memperkenalkan Ali As sebagaimana Harun; artinya bahwa beliau adalah wazir (perdana menteri) Rasul dan terdapat perbedaan antara wazir dan wakil! Karena itulah Ali bukan wakil beliau melainkan bahwa hanyalah seorang wazir (perdana menteri) Rasulullah Saw pada masa hidupnya. Dan dengan wafatnya Rasulullah Saw maka masa dinas Imam Ali As juga berakhir!!

Nah sekarang kami ingin mengemukakan pembahasan ini dengan bersandar pada literatur-literatur Ahlusunnah dan mengabaikan apa yang menjadi keyakinan Syiah. Pada peristiwa Ghadir pertama-tama Rasulullah Saw bertanya kepada kaum Muslimin; siapakah yang lebih utama bagi kaum Mukminin daripada diri mereka sendiri? Mereka menjawab bahwa Allah Swt dan Rasul-Nya yang lebih utama! Setelah mengajukan tanya-jawab ini, Rasulullah Saw memproklamirkan Ali As sebagaimana dirinya dan menjelaskan bahwa barang siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya maka Ali juga adalah pemimpinnya. Dan menariknya untuk Anda ketahui bahwa Umar setelah peristiwa ini menyampaikan ucapan selamat kepada Ali As, “Wahai Putra Abi Thalib! Selamat atasmu. Engkau telah menjadi pemimpin dan imam bagi kaum mukminin dan mukminat.”[4]

Pertistiwa lainnya yang mendapatkan penegasan ulama Ahlusunnah dan dijelaskan dalam literatur-literatur mereka yaitu tatkala Rasulullah Saw sedang bersiap-siap untuk bergerak ke medan perang Tabuk dan Ali As dijadikan sebagai penggantinya di Madinah. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As bersedih dan menyampaikan kesedihannya itu kepada Rasulullah Saw, “Apakah Anda meninggalkan saya di tengah para wanita dan anak-anak? Dan membuat saya alpa dalam perang ini? Rasulullah Saw dalam menjawab keluhan Imam Ali As ini bersabda, “Apakah engkau tidak rela engkau bagiku laksana Harun bagi Musa hanya tiada nabi setelahku.”[5] Harus dikatakan bahwa apabila yang mengemuka pada hari Ghadir adalah wilâyah irfani maka dalam hal ini kita tidak dapat meninjaunya selain wilâyah politik.

Setelah mencermati kandungan-kandungan dua peristiwa ini kami ingin mengajukan dua pertanyaan penting:

1.    Apakah pertanyaan Rasulullah Saw kepada kaum Muslimin bersandar pada asas siapakah yang paling utama atas diri kalian atas diri kalian sendiri hanya berkenaan dengan hubungan irfani dan tidak mencakup wilâyah politik sehingga wilâyah Imam Ali As yang dijelaskan setelah itu hanya berkenaan dengan wilâyah irfani?

2.    Apabila jawaban pertanyaan pertama adalah negatif dan wilâyah yang mengemuka pada peristiwa Ghadir mencakup seluruh wilâyah maka persoalanya akan selesai. Namun apabila kita bersikeras beranggapan bahwa wilâyah yang dimaksud pada Ghadir Khum hanyalah wilâyah irfani maka kami akan mengajukan pertanyaan kedua bahwa kita dari satu sisi pasca Rasulullah Saw kita memiliki sosok yang memiliki kedudukan tinggi dari sudut pandang irfan dan dari sudut pandang militer termasuk pasukan Rasululalh Saw yang paling berani dan panglima angkatan perang Rasulullah Saw dari sudut pandang politik juga pada detik-detik terakhir usia Rasulullah Saw tatkala perang Tabuk menjadi pengganti Rasulullah Saw di Madinah dan juga untuk beberapa lama menjabat sebagai komandan di daerah Yaman. Karena itu, dari pelbagai sudut pandang, kecakapan dalam mengatur urusan pemerintahan dan dari satu sisi Ahlusunnah meyakini bahwa Rasulullah Saw tidak mengangkat seorang pun sebagai khalifah setelah wafatnya sehingga baiat kepada Amirul Mukminin Ali As dapat dipandang sebagai bertentangan dengan instruksi Rasulullah Saw. Di samping itu, kita saksikan bahwa penegasan literatur-literatur Ahlusunnah, arif sempurna (Imam Ali) yang memiliki wilâyah irfani atas seluruh kaum Muslimin, menyatakan perlawanan terhadap seseorang yang meraih kekuasaan pasca Rasulullah Saw dan hingga enam bulan tidak memberikan baiat kepadanya.[6] Bukankah kita harus menaruh perhatian penting terhadap irfannya dalam masalah ini dan apakah mengabaikan pendapat-pendapatnya tidak termasuk melanggar instruksi Rasulullah Saw? Apabila dalam masalah mahapenting seperti ini kita tidak mendengarkan ucapan irfani seseorang yang memiliki wilâyah atas diri kita maka apa manfaat wilâyah irfani seperti ini?

 

Atas dasar ini, wilâyah yang diproklamirkan pada hari Ghadir Khum, apakah itu wilâyah irfani atau wilâyah politik tidak akan menjadi pembenar yang menghalangi sampainya Imam Ali As ke singgasana khilafah. Meski kita meyakini bahwa dalam masalah ini, beliau juga memiliki wilâyah irfani dan juga memiliki kecapakan wilâyah politik sebagaimana Rasulullah Saw sendiri demikian adanya.  Dan adanya pemisahan seperti ini bagi Rasulullah Saw bukan hanya tidak bermakna dan juga tiada seorang pun yang mengemukakannya. Dan pada dasarnya, umat memiliki seseorang yang mengikut penegasan Rasulullah Saw adalah bahwa orang tersebut memiliki seluruh tipologi dan karakter Rasulullah Saw selain kenabian. Karena itu, menyerahkan khilafah pasca Rasulullah Saw kepada orang lain, yang tidak memiliki kecakapan dan kapabilitas pemimpin sebagaimana Rasulullah, apakah bukan merupakan tindakan yang aneh? [IQuest]



[1]. Pada hari Yaum al-Dar, hari Mubahala, perang Tabuk, tatkala sebagian orang memprotes model kepemimpinan Ali di Yaman.

[2]. Dimana apabila hadis tersebut tidak disebutkan maka integritas keilmuan penulis patut dipertanyakan oleh masyarakat.

[3]. Sebagai contoh, Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, jil. 1, hal. 118-119. Dar Shadir, Beirut. Ibnu Majah Qazwini, al-Sunan, jil. 1, hal. 43-45, Dar al-Fikr, Beirut. Shahih Tirmidzi, jil. 5, hal. 297, Dar al-Fikr, Beirut, 1403 H.  Untuk menelaah riwayat Ghadir kami persilahkan Anda merujuk pada kitab al-Ghadir karya Allamah Amini mengingat beliau dengan usaha totalitas menjelaskan sumber-sumber riwayat ini yang dikutip dari kitab-kitab standar Ahlusunnah.

[4]. Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, jil. 4, hal. 281, Dar Shadir, Beirut

[5]. Bukhari, Shahih, jil. 5, hal. 129, Dar al-Fikr, Beirut, 1401 H.

[6]. Silahkan lihat, Bukhari, Shahih, jil. 5, hal. 82 dan 83.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

  • Apakah Muslim Syiah tidak akan masuk neraka?
    15570 Teologi Lama 2012/06/12
    Tolak ukur perhitungan di hari kiamat untuk menentukan apakah sesorang layak memasuki surga atu neraka berdasar pada kaidah-kaidah yang telah dijelaskan oleh Allah Swt dalam ayat-ayat suci-Nya. Tuhan tidak mempedulikan faktor perbedaan kelompok, keturunan, dan bangsa dalam hal ini. Tolak ukur utama adalah amal perbuatan manusia; yakni ...
  • Bagaimana Syiah mencari sisi benar sebagian ayat yang menyandarkan perbuatan dosa pada para nabi namun pada ayat-ayat lainnya misalnya pada ayat-ayat hukum mereka menyandarkan pada seluruh huruf dan tanda baca ayat?
    7709 Kalam Jadid 2013/08/13
    Apa yang menyebabkan mengapa jalan takwil dan ragam taujih atas al-Quran dilalui karena sebagian kemestian bahasa dan terkadang sebagian disebabkan oleh kemestian rasional (aqli) dan referensial (naqli) sehingga kita harus menyimpulkan al-Quran secara lahir. Benar bahwa sepanjang terdapat dalil definitif maka tidak terbuka jalan untuk melakukan takwil ...
  • Salat memohon hujan (istisqâ) itu apa? Apakah orang-orang dapat dipaksa untuk mengerjakan salat ini?
    5123 Serba-serbi 2014/09/24
    Di antara salat yang dianjurkan (mustahab) untuk dikerjakan adalah salat istisqâ. Istisqâ bermakna memohon untuk dapat meminum air. Tatkala hujan jarang turun, sungai-sungai menjadi kering dan langit disebabkan oleh merajalelanya dosa-dosa, kufur nikmat, hak-hak tidak ditunaikan, mengurangi timbangan, kezaliman, meninggalkan amar makruf dan nahi mungkar, dan seterusnya, ...
  • Mengapa muncul aliran-aliran filsafat? Apa saja aliran filsafat Islam itu?
    38642 Garis Besar 2013/12/05
    Sebab munculnya aliran-aliran filsafat adalah lantaran perbedaan pandangan para filosof terkait dengan definisi filsafat yang berbuntut pada perbedaan beberapa prinsip sehingga menyebabkan berdirinya beberapa aliran filsafat. Secara teori, aliran-aliran filsafat dalam peradaban Islam terdiri dari dua yaitu Peripatetik (Massyâ) dan Iluminasionis (Isyrâq). Sumber dua aliran ini pada ...
  • Apakah menablighkan agama (mengajarkan dan membimbing non-Muslim dan lain sebagainya) diwajibkan bagi setiap Muslim?
    11832 Akhlak Praktis 2012/04/03
    Islam adalah sebuah agama global, universal, paling sempurna dan paling akhir dari agama-agama yang pernah diturunkan Allah Swt. Atas dasar itu, seluruh manusia, dari mana pun suku dan bangsanya, harus mengenal agama ini. Satu-satunya jalan untuk memperkenalkan ajaran membina manusia ini kepada bangsa-bangsa lain adalah ...
  • Apakah dosa besar akan diampuni?
    37253 Akhlak Praktis 2011/01/08
    Dosa besar merupakan sebuah dosa yang dijanjikan azab dalam al-Qur’an atau dalam riwayat bagi mereka yang mengerjakannya. (Terdapat beberapa kriteria lainnya yang disebutkan terkait dengan sebuah perbuatan sehingga disebut sebagai dosa besar). Demikian juga dosa kecil dengan adanya pengulangan (dengan getol melakukan hal tersebut) akan berubah menjadi ...
  • Apakah peran Islam dalam kemajuan peradaban manusia?
    58017 Sejarah Fikih 2012/02/16
    Peradaban pada setiap bangsa merupakan tanda-tanda kemajuan dan perkembangan bangsa tersebut. Histori terbentuknya peradaban di negara-negara Islam adalah bermakna bahwa mereka memiliki produksi pemikiran, kekayaan, saham dan juga kudrat dan kekuasaan. Karena jika selain ini yang terjadi, maka peradaban tidak akan terbentuk. Peradaban adalah dengan makna penerimaan untuk menempati ...
  • Siapakah yang dimaksud dengan orang-orang Majusi?
    59253 Teologi Lama 2012/06/09
    Kata “majusi” yang disebut dalam bahasa Arab yaitu orang-orang Zoroaster diadaptasi dari kata “ma-gu-sy” atau “magu” Persia kuno yang kemudian menjadi Magus setelah kata ini masuk dalam peristilahan bahasa Yunani. Kata magic dalam bahasa Inggris juga diadopsi dari kata ini. Dengan masuknya kata ini ke dalam bahasa ...
  • Bagaimana para khalifah kok bisa sukses memimpin pemerintahan sementara Imam Ali As tidak sukses?
    9807 Sejarah Kalam 2011/04/19
    Dalam pertanyaan ini terdapat pernyataan-pernyataan klaimitis yang tidak dapat diterima yang akan disebutkan sebagaimana berikut ini: 1.     Harap diketahui bahwa dengan asumsi riwayat-riwayat yang menghukum kekufuran dan kemunafikan sahabat di dalamnya kita terima namun hukum kekufuran dan ...
  • Apakah ada ayat al-Quran yang menjelaskan tentang kaum Israel dan Palestina?
    115251 Tafsir 2013/10/26
    Sebagaimana yang Anda ketahui bahwa “negara” Israel tidak memiliki sejarah yang panjang. “Negara” Israel berdiri pada beberapa dasawarsa terakhir dengan mencaplok tanah Palestina. Kawasan ini bernama Palestina dan Suriah yang telah dikenal sebelumnya dalam sejarah. Adapun tentang wilayah Palestina sebagian ahli tafsir berkata, “Yang dimaksud dengan tanah ...

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261090 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246245 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230038 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214895 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176224 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171541 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168015 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158052 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140834 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133987 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...