Advanced Search
Hits
8402
Tanggal Dimuat: 2010/01/16
Ringkasan Pertanyaan
Apakah antara Syiah dan Ahlusunnah mengenai penjelasan Bada’ terdapat perbedaan?
Pertanyaan
Apakah terdapat perbedaan antara Syiah dan Ahlusunnah mengenai penjelasan Bada’? Tolong sertakan dalil dari kedua belah pihak?
Jawaban Global
Keyakinan terhadap bada’ di lihat dari sisi kepopulerannya hanya khusus di miliki oleh Syiah, meskipun demikian kalau di lihat dari kandungan makna keyakinan ini, bada’ akan terjadi pada semua umat Muslim, akan tetapi karena kesalahan dalam mendefinisikan bada’ secara leksikal menyebabkan sebagian dari para ulama menentang keyakinan bada’ tersebut, sementara dalam mazhab Syiah defenisi bada’ bukan seperti itu.
Perlu diketahui, bada’ secara leksikal adalah munculnya sesuatu setelah tersembunyi, jika seseorang tidak mengetahui sesuatu, kemudian setelah itu sesuatu tersebut jelas baginya maka pandangan serta pendapat yang sebelumnya akan berubah, mereka mengatakan telah terjadi bada’ padanya.
Menurut pendapat Syiah penggunaan makna yang seperti ini tidak boleh digunakan untuk Allah Swt, karena akan terjadi perubahan kehendak dan ilmu Allah itu sendiri, padahal adanya perubahan dalam bentuk apapun pada zat Allah Swt merupakan hal yang mustahil.
Dalam hadis-hadis para Imam Maksum As sendiri makna bada’ seperti ini yang digunakan bagi Allah Swt sangat ditolak. Imam Shadiq As berkata: “Tidak akan pernah terjadi pada Allah Swt mengetahui sesuatu setelah ketidaktahuannya.”
Adapun penjelasan Syiah mengenai bada’ bagi Allah Swt lain dari makna yang sudah di sebutkan sebelumnya, ungkapan yang pas untuk keyakinan ini adalah takdir ilahi yang terjadi pada manusia karena sebab amal-amal baik dan buruknya dapat berubah, yang dipahami dari makna ini ialah tampak atau jelasnya sesuatu yang mana sebelumnya tersembunyi atau tidak jelas bagi hamba-hamba-Nya, dan kejelasannya bagi mereka merupakan hal baru, bukan Allah Swt mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahuinya. Tidak demikian...
Para ulama Syiah dan Ahlusunnah pada masing-masing karya mereka telah menyebutkan makna-makna tersebut di atas, dan riwayat-riwayat yang berhubungan dengan hal itu telah mereka kutip juga. Perlu di sebutkan bahwa ungkapan-ungkapan dan hadis-hadis telah di nukil dalam kitab-kitab mazhab dan penjelasannya, dimana para ulama telah menjelaskan hadis-hadis tersebut.
Maka jelas, apa yang kami ungkapkan sesuai dengan yang ada dalam kitab-kitab Syiah maupun Ahlusunnah dan sedikitpun tidak ada perbedaan dalam ungkapan-ungkapan tersebut.
 
Jawaban Detil
1. Keyakinan terhadap Bada’ menurut Mazhab-mazhab Islam.
Sebelumnya telah di katakan bada’ dilihat dari kandungan akidah dan teologis, bisa terjadi pada setiap kaum Muslimin, akan tetapi dalam mazhab Ahlulbait hal ini lebih dipertegaskan lagi. Kalau ditinjau dari sisi makna bahasa, bada’ tidak dapat terjadi pada Allah Swt, hal itulah yang menyebabkan perselisihan di sebagian umumnya para ulama, padahal dalam mazhab Syiah makna bada’ yang secara bahasa jika disandarkan kepada Allah Swt tidak akan pernah di terima.
Oleh itu, walaupun keyakinan terhadap bada’ itu lebih khusus diyakini Syiah saja, akan tetapi kandungannya mencakup setiap kaum Muslimin, dan bukan sesuatu yang pantas dimana kaum Muslimin paham terhadap al-Quran dan hadis Nabi Saw kemudian mengingkari hal tersebut.
 
2.  Makna Bada
Bada’ secara bahasa ialah muncul setelah tersembunyi, jika seseorang tidak mengetahui sesuatu, kemudian setelah itu sesuatu tersebut jelas baginya maka pandangan serta pendapat yang sebelumnya akan berubah, mereka mengatakan telah terjadi bada’ padanya.
Menurut pendapat Syiah penggunaan makna yang seperti ini tidak dapat dan tidak tepat digunakan untuk Allah Swt, karena akan terjadi perubahan kehendak dan ilmu Allah itu sendiri, padahal adanya perubahan dalam” bentuk apapun pada zat Allah Swt merupakan hal yang mustahil.
Dalam hadis-hadis para Imam Maksum As sendiri makna bada’ seperti ini yang disandarkan kepada Allah Swt sangat ditolak. Imam Shadiq As bersabda: “Tidak akan pernah terjadi pada Allah Swt mengetahui sesuatu setelah ketidaktahuannya.”[1]
Dengan kata lain, Allah Swt megetahui segala sesuatu baik itu yang sudah terjadi, sekarang ataupun yang akan datang dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dari-Nya. Dengan pengetahuan seperti  ini Allah Swt pasti akan mengatasi ketidaktahuan yang sebelumnya.
Akan tetapi seharusnya bada’ diartikan dengan, penjagaan Allah terhadap urusan penciptaan, setiap hari dalam urusan baru, semua urusan alam semesta dan penciptaan ada di tangan-Nya, serta pengaturan alam semesta sesuai dengan kehendak Allah Swt akan terus berlanjut.
Oleh itu, keyakinan terhadap bada’  bukanlah bermakna berubahnya pengetahuan Allah yang sebelumnya, akan tetapi keyakinan terhadap didahulukan dan diakhirkannya sesuatu atau juga dihapus dan ditetapkannya sesuatu yang mana hal ini terdapat dalam ilmu penciptaan (takwin) Allah Swt.
Dengan penafsiran ini, sebagaimana telah di jelaskan sebelumnya maka keyakinan bada’ dari segi kandungan bisa saja terjadi pada setiap kaum Muslim. Akan tetapi telah terjadi kerancuan dari segi makna secara bahasa sehignga seolah ulama Syiah seperti membolehkan memaknai dan menerima bada’ ini secara bahasa tersebut bagi Tuhan, sehingga ulama Sunni menenentangnya sementara dalam literatur-literatur Syiah makna bada secara bahasa seperti ini tidak akan pernah dapat diterima.
Oleh itu, dengan merujuk kepada kitab-kitab teologi dan riwayat, kami melihat bahwa Ahlusunnah secara jelas menerima kandungan tentang bada’ , adapun dalam mazhab Syiah keyakinan tentang bada’ lebih ditegaskan lagi, dan masih banyak dalil dalam hal ini.
 
3. Bukti-bukti dari hal ini:
A. Bada’ menurut ulama-ulama Syiah
Syaikh Thusi dalam masalah ini berkata: “Seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya, yaitu berubahnya sesuatu karena terdapat mashlahat di dalamnya, dimana masalah tersebut bagi Allah Swt sudah jelas, maka sebenarnya kami tidak berkata seperti itu (Allah sebelumnya tidak mengetahui) dan tidak juga membolehkannya, Allah Swt lebih tinggi dan lebih besar dari semua itu.”[2]
Syeikh Shaduq juga berkata: “Bagi Syiah jika seseorang mengatakan hari ini telah jelas sesuatu yang di hari kemarin tidak diketahui Allah, jika demikian maka orang tersebut telah kafir dan wajib berlepas diri darinya.”[3]
Beliau juga berkata: “Bada’ tidak seperti yang orang-orang kira, yang mana mereka mengartikannya dengan Allah melakukan sesuatu kemudian Dia menyesal atas hal yang telah di lakukannya itu… sebagaimana orang Yahudi berkata, dimana mereka mengatakan Tuhan telah melakukan segala sesuatu (dan tidak pernah akan terjadi perubahan). Sebaliknya kami mengatakan: Allah Swt setiap hari menentukan segala sesuatu, seperti mematikan dan menghidupkan mahkluk-Nya, juga memberikan rizki, dan apapun yang di kehendakinya Dia akan melakukannya.”[4] Bada’ bukanlah bermakna penyesalan akan tetapi bermakna tampak atau munculnya sesuatu. Orang Arab mengatakan: “Dalam perjalanan, jalan seseorang tampak di hadapanku.” Allah Swt juga berfirman: Dan bagi mereka dari sisi Allah Swt sesuatu itu telah tampak atau jelas, yang mana sebelumnya mereka tidak mengira akan hal itu, dan setiap saat jika seorang hamba melakukan silaturahmi maka Allah akan menambahkan umurnya, dan juga sebaliknya bagi hamba yang memutuskan silaturahmi maka Allah akan mengurangi umurnya, dan bagi hamba yang melakukan dosa dan maksiat maka Allah juga akan mengurangi umur dan rizkinya, dan bagi hamba yang menjauhkan diri dari perbuatan zina serta senantiasa meminta ampun maka Allah akan menambahkan umur dan rezekinya.
 
B. Bada’ menurut sumber-sumber Ahlusunnah
Dalam kitab-kitab dan riwayat Ahlusunnah bada’ juga dipahami dan dijelaskan sebagai mana yang terdapat dalam kitab-kitab Syiah dan juga dalam perkataan-perkataan ulama-ulama Syiah yang telah kami nukilkan.
Bukhari dalam kitab Shahih-nya dari Abu Hurairah dan Dia dari Rasulullah Saw meriwayatkan: “3 orang dari kaum Bani Israel masing-masing terkena penyakit khusus, yaitu penyakit kulit, tuli, dan buta, dan bagi Allah Swt telah terjadi bada’ yang mana penyakit yang menimpa mereka hanya sebagai ujian, kemudian Allah Swt mengutus seorang malaikat kepada mereka, dan malaikat itu bertanya pada seseorang yang terkena penyakit kulit tersebut: “Apa yang paling kamu sukai dari segalanya?” Orang itu menjawab: “Kulit dan warna yang indah, karena dengan keadaanku yang seperti ini orang-orang telah menjauhiku.” Maka malaikat tersebut mengusap kulitnya dan kemudian meninggalkannya, dan seketika itu juga kulit dan warnanya menjadi indah…”[5]
Dengan merujuk pada kitab syarah dari kitab Bukhari, kita melihat Ahlusunnah pada riwayat di atas menafsirkan bada’ yang sama sebagaimana yang Syiah yakini.
Ibnu Hajar mengatakan: “Pada Allah Swt telah terjadi bada’, maksudnya ialah Allah Swt telah mengetahuinya dari awal, kemudian menampakan hal itu kepada kita, jadi yang dimaksud bukannya sesuatu yang sebelumnya tersembunyi bagi Allah dan setelah itu sesuatu tersebut tampak atau jelas, karena hal yang demikian mustahil terjadi pada Allah Swt.”[6]
Ibnu Abi Hatim dalam menafsirkan ayat “Allahu yatawaffa alanfusa” (Allah mematikan jiwa-jiwa) sebuah riwayat dinukil dari Ibnu Abbas, ia berkata: Allah Swt mematikan manusia: “Jika terjadi bada’ pada Allah dimana Dia mengambil ruh, kemudian orang itu meninggal, atau memberikan kesempatan pada orang itu, hingga akhirnya Allah mengembalikan ruh tersebut ke tempat semula.”[7]
Haitsami dalam kitab Majma al-Zawaid pada bab “Tulu’u as-Syamsi min maghribiha” dari ‘Abdullah bin Umar ia meriwayatkan “Setiap kali matahari tenggelam, ketika sampai di bawah ‘arsy ia bersujud dan meminta izin untuk kembali dari Allah, kemudian ia diizinkan sampai waktunya terjadi bada pada ketetapan Allah, dimana matahari terbit dari arah Barat, pada waktu tersebut matahari seperti hari biasanya terbit dan kemudian menghadap di bawah ‘arsy, kemudian ia meminta izin untuk kembali, akan tetapi ia tidak di berikan izin akan hal itu...”[8]
Oleh itu, ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam riwayat ini perlu di perlu di perhatikan, dimana hal itu sesuai dengan ungkapan yang digunakan dalam literatur-literatur Syiah. Dan dalam kandungan bada itu sendiri antara dua ulama mazhab (Syiah dan Ahlusunnah) tidak ada perbedaan sama sekali. [iQuest]
Indeks terkait: Kaitan Bada’ dengan Lauh Al-Mahfudz, Kitab Mubin dan Lauh Mahw wa Itsbat, 4306.
 

[1]. Kulaini, Al-Kâfi, jil. 1, hal. 148.
[2]. Syaikh Thusi, Ghaibah, hal. 431, Muasasah Ma’arif Islami, Qum.
"والوجه فی هذه الأخبار [أی أخبار البداء] ما قدمنا ذكره من تغییر المصلحة فیه واقتضائها تأخیر الأمر إلى وقت آخر على ما بیناه، دون ظهور الأمر له تعالى، فإنا لا نقول به ولا نجوزه، تعالى الله عن ذلك علواً كبیراً"
[3]. Syaikh Shaduq, Kamâl al-Din wa Tamâm al-Ni’mah, hal. 69.
وعندنا من زعم أن الله عز وجل یبدو له الیوم فی شیء لم یعلمه أمس فهو كافر والبراءة منه واجبة"
[4]. Syaikh Shaduq, Al-Tauhid, hal. 335.
: "لیس البداء كما یظنه جهال الناس بأنه بداء ندامة تعالى الله عن ذلك ... والبداء هو رد على الیهود لأنهم قالوا: إن الله قد فرغ من الأمر فقلنا: إن الله كل یوم فی شأن، یحیى ویمیت ویرزق ویفعل ما یشاء. والبداء لیس من ندامة، و هو ظهور أمر، یقول العرب: بدا لی شخص فی طریقی أی ظهر ، قال الله عز وجل: وبدا لهم من الله ما لم یكونوا یحتسبون. أی ظهر لهم، ومتى ظهر لله تعالى ذكره من عبد صلة لرحمه زاد فی عمره، ومتى ظهر له منه قطیعة لرحمه نقص من عمره، ومتى ظهر له من عبد إتیان الزنا نقص من رزقه وعمره، ومتى ظهر له منه التعفف عن الزنا زاد فی رزقه وعمره.”
[5]. Shahih Bukhâri, jil. 2, hal. 384.
"إِنَّ ثَلاَثَةً فِى بَنِى إِسْرَائِیلَ أَبْرَصَ وَأَقْرَعَ وَأَعْمَى بَدَا لِلَّهِ أَنْ یبْتَلِیهُمْ ، فَبَعَثَ إِلَیهِمْ مَلَكًا ، فَأَتَى الأَبْرَصَ . فَقَالَ أَىُّ شَىْءٍ أَحَبُّ إِلَیكَ قَالَ لَوْنٌ حَسَنٌ وَجِلْدٌ حَسَنٌ ، قَدْ قَذِرَنِى النَّاسُ. قَالَ فَمَسَحَهُ، فَذَهَبَ عَنْهُ، فَأُعْطِىَ لَوْنًا حَسَنًا وَجِلْدًا حَسَنًا...إلى آخر الحدیث"
 
[6]. Ibnu Hajar, Fath al-Bâri, jil. 6, hal. 364.
"قوله: (بدا لله) بتخفیف الدال المهملة بغیر همز، أی سبق فی علم الله فأراد إظهاره، ولیس المراد أنه ظهر له بعد أن كان خافیاً؛ لأن ذلك محال فی حق الله تعالى"
[7]. Tafsir Ibnu Abi Hatim, jil. 10, hal. 3252.
«فإن بدا لله أن یقبضه قبض الروح، فمات، أو اُخر أجله رد النفس إلى مكانها من جوفه "
[8]. Haitsami, Majma’ Zawaid, jil. 8, hal. 8.
"أنها [الشمس] كلما غربت أتت تحت العرش فسجدت واستأذنت فی الرجوع فأذن لها فی الرجوع حتى إذا بدا لله أن تطلع من مغربها فعلت كما كانت تفعل أتت تحت العرش فسجدت واستأذنت فی الرجوع فلم یرد علیها شیء، ثم تستأذن فی الرجوع فلا یرد علیها شیء ...  الحدیث"
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261162 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246281 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230064 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214936 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176255 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171569 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168054 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158091 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140895 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134006 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...