Please Wait
Hits
7502
7502
Tanggal Dimuat:
2013/08/12
Ringkasan Pertanyaan
Apakah Rasulullah Saw melarang menggunakan gayung tembikar Mesir? Ada apa dengan tanah Mesir sehingga dilarang penggunaannya?
Pertanyaan
Apakah hadis ini ada benarnya? Dari Abi Al Hasan Arridha berkata : “Saya mendengarnya berkata dan menyebutkan mesin dia berkata dan berkatalah Nabi Saw, “Janganlah kalian makan menggunakan tembikar mesir dan janganlah membasuh/mandi dengannya karena menyebabkan hilangnya sifat cemburu.” (Al-Kâfi 6-386) Apa hubungannya menggunakan gayung tembikar Mesir dan hilangnya sifat cemburu?
Jawaban Global
Apa yang mengemuka dalam pertanyaan dengan sedikit perbedaan disebutkan dalam beberapa riwayat seperti:
- Imam Ridha As bersabda: Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah memakan sesuatu dari wadah yang terbuat dari tanah Mesir. Janganlah basuh kepalamu dengan tanahnya; lantaran akan meghilangkan sifat cemburu.”[1]
- Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah basuh kepalamu dengan tanah Mesir. Janganlah memakan sesuatu dengan wadah yang terbuat dari Mesir; karena akan menimbulkan kehinaan dan menghilangkan sifat cemburu.”[2]
Dalil atas masalah ini yaitu pelarangan Nabi Saw dalam menggunakan tanah Mesir juga dijelaskan dalam beberapa riwayat. Dalil tersebut adalah bahwa tanah Mesir disebabkan oleh tiadanya sifat cemburu pada Bani Israel yang mendiami tempat itu boleh jadi memiliki efek wadh’i dan efek tersebut dari tanah yang juga berpengaruh pada hal-hal lainnya.
Imam Shadiq As meriwayatkan dari ayahnya Imam Baqir As, “Alangkah baiknya negeri Syam (Suriah) namun sekarang orang-orang jahat yang mendiami negeri itu. Seburuk-buruk negeri adalah Mesir; Allah Swt menjadikannya sebagai penjara bagi orang-orang dari kalangan Bani Israel yang mendapat murka Ilahi; lantaran Allah Swt berfirman, “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.”” (Qs. Al-Maidah [5]:21) Namun Bani Israel enggan memasuki tempat suci dan terlunta-lunta selama empat puluh tahun di padang sahara dan keluarnya mereka dari Mesir dan masuknya ke Suriah dilakukan hanya setelah mereka bertaubat dan Allah Swt rela kepada mereka. Kemudian Imam Baqir As bersabda, “Aku tidak suka memakan sesuatu yang dimasak menggunakan wadah tembikar Mesir dan aku tidak pernah menyuci kepalaku dengan (air) tanah yang berasal dari Mesir; karena aku takut terhinggapi kehinaan dan sifat cemburuku pun sirna.”[3]
Karena itu sebagian fakih memandang makruh menggunakan tanah Mesir untuk menyuci kepala.[4] Namun hal itu tidak bermakna tidak menaruh hormat kepada warga Mesir, melainkan maksudnya sekedar larangan untuk mencuci kepala dengan tanah Mesir dan menggunakan wadah yang terbuat dari tanah Mesir.[5] [iQuest]
Imam Shadiq As meriwayatkan dari ayahnya Imam Baqir As, “Alangkah baiknya negeri Syam (Suriah) namun sekarang orang-orang jahat yang mendiami negeri itu. Seburuk-buruk negeri adalah Mesir; Allah Swt menjadikannya sebagai penjara bagi orang-orang dari kalangan Bani Israel yang mendapat murka Ilahi; lantaran Allah Swt berfirman, “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.”” (Qs. Al-Maidah [5]:21) Namun Bani Israel enggan memasuki tempat suci dan terlunta-lunta selama empat puluh tahun di padang sahara dan keluarnya mereka dari Mesir dan masuknya ke Suriah dilakukan hanya setelah mereka bertaubat dan Allah Swt rela kepada mereka. Kemudian Imam Baqir As bersabda, “Aku tidak suka memakan sesuatu yang dimasak menggunakan wadah tembikar Mesir dan aku tidak pernah menyuci kepalaku dengan (air) tanah yang berasal dari Mesir; karena aku takut terhinggapi kehinaan dan sifat cemburuku pun sirna.”[3]
Karena itu sebagian fakih memandang makruh menggunakan tanah Mesir untuk menyuci kepala.[4] Namun hal itu tidak bermakna tidak menaruh hormat kepada warga Mesir, melainkan maksudnya sekedar larangan untuk mencuci kepala dengan tanah Mesir dan menggunakan wadah yang terbuat dari tanah Mesir.[5] [iQuest]
[1]. Muhammad Yakub Kulaini, Al-Kâfi, jil. 6, hal. 386, Dar al-Hadits, Qum, Cetakan Pertama, 1429 H.
«عَنْ أَبِی الْحَسَنِ الرِّضَا (ع) قَالَ: سَمِعْتُهُ یَقُولُ وَ ذَکَرَ مِصْرَ فَقَالَ قَالَ النَّبِیُّ (ص) لَا تَأْکُلُوا فِی فَخَّارِهَا وَ لَا تَغْسِلُوا رُءُوسَکُمْ بِطِینِهَا فَإِنَّهُ یَذْهَبُ بِالْغَیْرَةِ وَ یُورِثُ الدِّیَاثَةَ. »
«عَنْ أَبِی الْحَسَنِ الرِّضَا (ع) قَالَ: سَمِعْتُهُ یَقُولُ وَ ذَکَرَ مِصْرَ فَقَالَ قَالَ النَّبِیُّ (ص) لَا تَأْکُلُوا فِی فَخَّارِهَا وَ لَا تَغْسِلُوا رُءُوسَکُمْ بِطِینِهَا فَإِنَّهُ یَذْهَبُ بِالْغَیْرَةِ وَ یُورِثُ الدِّیَاثَةَ. »
[2]. Abdullah bin Ja’far Himyari, Qurb al-Asnad, hal. 376, Muassasah Alu al-Bait As, Qum, 1413 H.
«وَ لَقَدْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَیْهِ وَ آلِهِ: لَا تَغْسِلُوا رُءُوسَکُمْ بِطِینِهَا، وَ لَا تَأْکُلُوا فِی فَخَّارِهَا، فَإِنَّهُ یُورِثُ الذِّلَّةَ وَ یَذْهَبُ الْغَیْرَة. »
«وَ لَقَدْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَیْهِ وَ آلِهِ: لَا تَغْسِلُوا رُءُوسَکُمْ بِطِینِهَا، وَ لَا تَأْکُلُوا فِی فَخَّارِهَا، فَإِنَّهُ یُورِثُ الذِّلَّةَ وَ یَذْهَبُ الْغَیْرَة. »
[3]. Said bin Hibatullah Quthbuddin Rawandi, Qashash al-Anbiyâ Alahim al-Salâm, Diriset dan diedit oleh Ghulam Ridha Irfaniyan Yazdi, hal 186, Markaz Pazyuhesy-ha-e Islami, Masyhad, Cetakan Pertama, 1409 H.
. «و عن ابن محبوب، عن داود الرقی، عن أبی عبد الله (ع) قال کان أبو جعفر (ص) یقول نعم الأرض الشام و بئس القوم أهلها الیوم و بئس البلاد مصر أما إنها سجن من سخط الله علیه من بنی إسرائیل و لم یکن دخل بنو إسرائیل مصر إلا من سخطة و معصیة منهم لله لأن الله عز و جل قال ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِی کَتَبَ اللَّهُ لَکُمْ یعنی الشام فأبوا أن یدخلوها و عصوا فتاهوا فی الأرض أَرْبَعِینَ سَنَةً قال و ما کان خروجهم من مصر بدخولهم الشام إلا من بعد توبتهم و رضی الله عنهم ثم قال أبو جعفر ع إنی أکره أن آکل شیئا طبخ فی فخار مصر و ما أحب أن أغسل رأسی من طینها مخافة أن تورثنی تربتها الذل و تذهب بغیرتی».
. «و عن ابن محبوب، عن داود الرقی، عن أبی عبد الله (ع) قال کان أبو جعفر (ص) یقول نعم الأرض الشام و بئس القوم أهلها الیوم و بئس البلاد مصر أما إنها سجن من سخط الله علیه من بنی إسرائیل و لم یکن دخل بنو إسرائیل مصر إلا من سخطة و معصیة منهم لله لأن الله عز و جل قال ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِی کَتَبَ اللَّهُ لَکُمْ یعنی الشام فأبوا أن یدخلوها و عصوا فتاهوا فی الأرض أَرْبَعِینَ سَنَةً قال و ما کان خروجهم من مصر بدخولهم الشام إلا من بعد توبتهم و رضی الله عنهم ثم قال أبو جعفر ع إنی أکره أن آکل شیئا طبخ فی فخار مصر و ما أحب أن أغسل رأسی من طینها مخافة أن تورثنی تربتها الذل و تذهب بغیرتی».
[4]. Syaikh Hurr Amili, Wasâil al-Syiah, jil. 2, hal. 58, Muassasah Alu al-Bait As, Qum, Cetakan Pertama, 1409 H; Yusuf bin Ahmad Muhaddits Bahrani, al-Hadâiq al-Nâdhirah fi Ahkâm al-‘Itrah al-Thâhirah, Diriset dan diedit oleh Muhammad Taqi Irawan dan Sayid Abdurrazaq Muqarram, jil 5, hal 536-537, Daftar Intisyarat Islami, Qum, Cetakan Pertama, 1405 H.
[5]. Ali Panah Isytihardi, Madârik al-Urwah, jil. 6, hal. 384, Dar al-Uswah lit Thiba’ah wa al-Nasyr, Tehran, Cetakan Pertama, 1417 H.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar