Please Wait
Hits
21114
21114
Tanggal Dimuat:
2015/07/23
Ringkasan Pertanyaan
Apakah sebelum Islam berkembang di Mekah, disamping ada penyembahan berhala ada juga kepercayaan lain yang berkembang?
Pertanyaan
Apakah disamping ada penyembahan berhala terdapat juga kepercayaan lain yang berkembang di Mekah?
Jawaban Global
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kiranya ada dua hal yang penting untuk kami jelaskan:
- Meskipun kaum musyrikin Mekah menyembah berbagai macam berhala, namun mereka tidak menganggap bahwa berhala-berhala itu bukan merupakan pencipta dan khaliqnya[1] namun berhala-berhala itu adalah penolong mereka dihdapan Tuhan[2] dan sarana untuk mendekatkan diri kepada sang Khaliq.[3]
- Setelah hijrahnya Hadhrat Hajar dan Nabi Ismail ke Mekah dan tergabungnya kaum Jarham dengan mereka, penduduk Mekah merupakan pengikut aliran monoteisme sampai pada zaman Amru bin Laha, gubernur Mekah yang mengganti agama mereka dan meluaskan berhala di Mekah.[4]
- Sebelum masuknya agama Islam di Mekah, selain kaum musyrik, minimal ada tiga kepercayaan yang berkembang:
- Penganut agama yang hak (hanif) Hadhrat Ibrahim As. Diantara kaum Arab terdapat segolongan orang-orang yang mempunyai kepercayaan kepada tauhid dan hari kiamat, misalnya Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf. Demikian juga Zaid bin Amru bin Nufail meskipun tidak menjumpai agama Islam, menolak untuk beribadah kepada batu berhala dan menerima Nabi Muhammad Saw sebelum hijrah.[5]
- Penganut agama Kristen: Segolongan kecil orang-orang Mekah adalah pengikut Nabi Isa As diantaranya adalah: Waraqah bin Naufal[6] dan Jarud.[7]
- Shaiban (Pengikut Nabi Nuh As atau Nabi Yahya As): Segolongan dari masyarakat musyrik Mekah yang memiliki keyakinan terkontaminasi dengan akidah musyrik dan condong kepada tauhid. Nampaknya, kaum ini adalah kaum yang disebut al-Quran dengan sebutan shabiin dan termasuk golongan Yahudi dan Nasrani.[8]
Namun kebanyakan kepercayaan masyarakat Mekah terkontaminasi dengan kemusyrikan sedemikian tidak ada kemungkinan bagi seseorang untuk memerangi akidah yang berkembang sehingga Allah Swt mengutus Nabi Muhammad Saw untuk memerangi kemusyrikan yang ada. [iQuest]
[1] "Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab, “Allah.” Maka mengapa mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)?” Qs Al-Ankabut [29]: 61.
[2] "Dan mereka menyembah selain dari Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, “Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.” Katakanlah, “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak Dia ketahui baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).” (Qs Yunus [10]: 18)
[3] Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (dengan berdalih), “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”, sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (Qs Al-Zumar [39]: 3)
[4] Majlisi, Muhammad Baqir, Bihār al-Anwar, Periset dan editor: Sekumpulan periset, jil. 6, hal. 165, Beirut, Dar Ihya al-Turats al-Arabi, cet. 2, 1403.
[5] Al-Kalabi, Abul Mundzir Hisyam bin Muhammad, Kitāb al-Ashnām, Editor: Ahmad Zaki Basya, hal. 7, Qahirah, Ofset Tehran, Nasyar Nu, Cet. 2, 1364.
[6] Zaid bin Amru Waraqah bin Naufal demi meneliti kebenaran agama yang benar meninggalkan Mekah dan di Maushul bertemu dengan seorang pendeta. Pendeta itu kepada Zaid bertanya dari mana Anda datang dan gerangan apa yang Anda cari? Ia menjawab: Aku berasal dari rumah Ibahim (Mekah) dan ingin mencari ajaran yang benar. Pendeta itu berkata: Kembalilah dan apa yang Anda cari akan segera muncul di tempat asalmu, namun Waraqah bin Naufal memeluk agama Kristen. Baihaqi, Abu Bakar Ahmad bin Husain, Dalāil al-Nabawahm terjemah: Mahdi Damaghani, Mahdi Damaghani, Mahmud, jil. 1, hal. 250, Tehran, Ilmi wa Farhanggi, 1361 S.
[7] Waqidi, Muhammad bin Sa’d Katib, Thabaqāt Kubra, terjemah:Mahdawi Damaghani, Mahmud, jil. 6, hal. 443. Tehran, Farhang wa Andisye, 1374 S.
[8] Kitab Ashnām, hal. 7.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar