Advanced Search
Hits
8773
Tanggal Dimuat: 2011/01/16
Ringkasan Pertanyaan
Mengapa Imam Ali As dengan adanya pengetahuan terhadap niat jahat Ibnu Muljam tidak melakukan tindakan pencegahan untuk menyelamatkan jiwanya?
Pertanyaan
Sebagaimana yang Anda ketahui bahwa Imam Husain keluar dan bangkit melawan kaum tiran pada masanya dan hingga detik-detik terakhir beliau berdialog dengan pasukan musuh. Namun terkait dengan Imam Ali As, dengan informasi tentang adanya niat jahat terhadap dirinya, tetap pergi ke masjid tanpa ada pengawalan, tidak bersikap hati-hati dan seolah-olah telah siap-sedia untuk menjemput kesyahidan. Harap diingat bahwa Baginda Ali As tentu saja memiliki dalil yang dapat diterima atas tindakannya ini yang boleh jadi tidak dapat kita pahami. Bagaimana Anda menjawab persoalan ini?
Jawaban Global

Sebab tiadanya tindakan pencegahan dari Imam Ali As dalam hal ini dapat dijawab dari beberapa sisi:

1.     Mizan dan kriteria dalam menuaikan tugas adalah pengetahuan normal.

Imam dalam menjalankan ketaatan firman Tuhan tidak beramal berdasarkan ilmu batin (ilmu gaib) yang dimilikinya dan beramal sebagaimana orang pada umumnya. Sekiranya Imam Ali As ingin beramal berdasarkan ilmu gaibnya maka ia tidak akan dapat menjadi teladan dan contoh bagi masyarakat. Lantaran masyarakat secara umum tidak memiliki amalan sedemikian (yang berdasarkan ilmu gaib).

2.     Sistem yang berlaku di alam semesta adalah sistem ujian dan cobaan. Sementara menggunakan ilmu gaib dan beramal berdasarkan ilmu tersebut akan menghilangkan dan menafikan sistem ujian tersebut. Karena hal itu akan menjadi penghalang normal dan wajarnyanya seluruh perbuatan.

Dengan kata lain,  benar bahwa Imam Ali As sebagaimana yang lain memiliki tugas untuk membela diri dan jiwanya. Namun pertama, tugas ini berada dalam batasan ilmu normal dan tidak termasuk ilmu gaib. Kedua, dari sisi lain tindakan Ibnu Muljam ini (yang berujung pada kesyahidan Imam Ali) adalah sebuah ujian dan ilmu imam tidak boleh menjadi penghalang kebebasan dan ikhtiarnya. Apabila Imam Ali ingin menggunakan ilmu gaib yang dimilikinya maka hal itu akan menafikan ikhtiar Ibnu Muljam dan dengan demikian tidak ada lagi ruang untuk menjalani ujian dan cobaan baginya.

Jawaban Detil

Imam dalam menjalankan ketaatan firman Tuhan tidak beramal berdasarkan ilmu batin (ilmu imâmah dan ilmu gaib) yang dimilikinya, melainkan beramal sebagaimana orang pada umumnya dan berbuat sebagaimana yang lain pada seluruh hukum syariat. Hal itu dikarenakan Allah Swt menghendaki seluruh titah dan perintah yang ditujukan kepada seluruh hamba-Nya adalah seragam pada setiap orang. Berdasarkan hal itu Rasulullah dalam mengadili dan membuat keputusan di tengan masyarakat tidak beramal berdasarkan ilmu batin (gaibnya). Pengadilan dan peradilan yang dilakukan di tengah masyarakat berdasarkan ilmu normal. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya aku mengadili dan memutuskan perkara antara kalian dengan bukti-bukti dan sumpah-sumpah. Sebagian kalian lebih pandai mengemukakan alasan dari yang lain. Siapapun yang aku putuskan memperoleh harta sengketa yang ternyata milik orang lain (saudaranya), sesungguhnya aku putuskan baginya potongan api neraka.”[1]

Hal ini dimaksudkan bahwa setiap orang memiliki bukti dan saksi atas klaimnya atau menyatakan sumpah. Aku mengadili yang menguntungkan dirinya terlepas apakah ia benar perkataannya atau dusta. Apabila ia berdusta mengatakan sesuatu sebagai milikinya (yang ternyata bukan miliknya) maka hal itu adalah laksana bagian dari api neraka.

Karena itu, kendati Baginda Ali As mengetahui masa dan bagaimana ia syahid namun dalam hal ini ia bertugas mengikuti aturan lahir dan tidak memiliki hak untuk beramal berdasarkan ilmu gaib yang dimilikinya. Hal itu dikarenakan bahwa Baginda Ali As adalah teladan masyarakat Islam dan harus menunaikan tugasnya berdasarkan cara-cara normal dan biasa yang dapat dilakukan oleh semua orang. Di samping itu, beliau juga harus menimbang pelbagai kondisi dan hal-hal yang umum digunakan oleh masyarakat dan beramal berdasarkan hal tersebut. Apabila Imam Ali As ingin beramal berdasarkan ilmu gaibnya maka ia tidak lagi dapat menjadi teladan dan contoh bagi masyarakat. Karena masyarakat tidak memiliki ilmu seperti ini. Dari sisi lain, perbuatan para Imam Maksum As berdasarkan ilmu gaib akan menyebabkan chaos dan kacaunya tatanan sosial dalam masyarakat. Karena itu, mereka pada umumnya dan pada kebanyakan urusan beramal berdasarkan ilmu lahir (ilmu normal) dan kecuali pada saat-saat sebagian yang amat-sangat dibutuhkan mereka tidak menggunakan ilmu gaibnya.

Di samping itu, sistem yang berlaku di alam semesta adalah sistem ujian dan cobaan. Al-Qur’an menyatakan, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (Qs. Al-Ankabut [29]:2) Atau pada ayat lainnya disebutkan, Yang menciptakan mati dan hidup supaya Dia mengujimu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Qs. Al-Mulk [67]:2)

Keniscayaan adanya ujian dan cobaan adalah kepemilikan kehendak dan ikhtiar dalam memilih kebaikan dan keburukan. Proses urusan berjalan berdasarkan siklus kewajaran (normal) dan perolehan hasilnya di kampung akhirat. Sementara menggunakan ilmu gaib dan beramal berdasarkan ilmu tersebut akan menghilangkan sistem dan mekanisme ujian tersebut. Mengingat hal itu akan menjadi penghalang normalnya seluruh perbuatan.

Dengan kata lain, benar bahwa Imam Ali As sebagaimana yang lain memiliki tugas untuk membela diri dan jiwanya. Namun pertama, tugas ini berada dalam batasan ilmu normal dan tidak termasuk ilmu gaib. Kedua, dari sisi lain tindakan Ibnu Muljam ini (yang berujung pada kesyahidan Imam Ali) adalah sebuah ujian dan ilmu imam tidak boleh menjadi penghalang kebebasan dan ikhtiarnya. Apabila Imam Ali ingin menggunakan ilmu gaib yang dimilikinya maka hal itu akan menafikan ikhtiar Ibnu Muljam dan dengan demikian tidak tersisa lagi ruang baginya untuk menjalani ujian dan cobaan. Tentu hal ini berseberangan dengan sunnahtuLlah. Sementara seluruh sunnah Ilahi di antaranya ujian para hamba adalah sunnah yang tak tergantikan dan tak berubah. Al-Qur’an terkait dengan sunnah-sunnah Ilahi menyatakan, Maka sekali-kali kamu tidak akan menemukan penggantian bagi sunah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemukan perubahan bagi sunah Allah itu. (Qs. Fathir [35]:43) Karena itu, lantaran ilmu gaib akan menyebabkan berganti dan berubahnya sunnah-sunnah Ilahi (berupa ujian dan cobaan) sehingga dengan demikian Imam Ali As tidak boleh menggunakan ilmu gaib yang dimilikinya. [IQuest]



[1]. Al-Kâfi, Kulaini, jil. 7, hal. 414.

بَابُ أَنَّ الْقَضَاءَ بِالْبَیِّنَاتِ وَ الْأَیْمَانِ ،حدیث 1،. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ص إِنَّمَا أَقْضِی بَیْنَکُمْ بِالْبَیِّنَاتِ وَ الْأَیْمَانِ وَ بَعْضُکُمْ أَلْحَنُ بِحُجَّتِهِ مِنْ بَعْضٍ فَأَیُّمَا رَجُلٍ قَطَعْتُ لَهُ مِنْ مَالِ أَخِیهِ شَیْئاً فَإِنَّمَا قَطَعْتُ لَهُ بِهِ قِطْعَةً مِنَ النَّارِ 

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261167 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246285 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230071 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214943 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176264 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171577 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168066 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158102 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140903 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134012 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...