Please Wait
15624
1. Jawaban untuk pertanyaan di atas bisa diklasifikasikan dalam empat bahasan, yaitu: a. Definisi dari kata "sempurna" dan perbedaannya dengan kata "lengkap"; b. Kesempurnaan manusia; c. Kesempurnaan manusia dari perspektif Islam; dan d. Jalan menuju kesempurnaan.
2. Kata "sempurna" terkadang digunakan dengan makna yang sejajar dengan kata "lengkap", dan kadangkala pula diartikan dengan pengertian selain lengkap, sedangkan lawan kata keduanya adalah "kurang" atau "cacat".
3. Yang dimaksud dengan "sempurna" adalah murni aktual (segalanya ada secara aktual), ketiadaan potensi atau keberadaan sifat-sifat yang mesti dimiliki oleh sesuatu.
4. "Sempurna" merupakan derajat dan tingkatan sesuatu, sedangkan "lengkap" merupakan keterwujudan bagian-bagian dari sesuatu. Dengan demikian, sebuah sesuatu bisa saja "lengkap" akan tetapi tidak "sempurna". "Berkembang" pun pada sebagian penggunaannya memiliki pengertian selain pengertian "sempurna".
5. Pelbagai entitas di alam (alam akal, mitsal, materi) terkelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu maujud materi dan nonmateri. Segala yang memiliki gerak dan menyempurna merupakan entitas-entitas yang materi, dan kesempurnaan setiap entitas di alam materi ini disesuaikan dengan hakikatnya sendiri. Sementara entitas nonmateri yang murni telah memperoleh seluruh kesempurnaannya sejak awal ia diciptakan.
6. Kesempurnaan hakiki manusia lebih sulit ditentukan jika dibandingkan dengan kesempurnaan entitas lainnya, dan yang dimaksud dengan 'pengenalan kesempurnaan manusia' di sini adalah pengenalan secara intelektual, teoritis, dan konseptual. Akan tetapi, pemahaman intuitif dan pengetahuan hakiki tentang kesempurnaan, baru akan tersingkap ketika seseorang telah sampai kepada hakikat kesempurnaan.
7. Tentang apakah kesempurnaan manusia itu, terdapat berbagai teori di kalangan para filosof dan cendekiawan, berikut adalah sebagian dari teori tersebut:
a. Teori reaksi terhadap alam, b. Teori kodrat dan kekuatan, c. Teori para hukama dan filosof Islam, dan d. Teori para arif.
Penjelasan rinci dan kritik untuk setiap teori di atas membutuhkan ruang dan kesempatan yang berbeda.
8. Seluruh entitas di alam berada dalam keadaan bergerak menyempurna untuk kemudian bertemu dengan Yang Maha Kuasa. Dan seluruh entitas tidak terlepas dari hukum universal "proses" dan "menjadi", dan manusia tidak terkecualikan dari hukum ini.
Perbedaan antara "menjadi" dengan makna perubahan dan menyempurna, dengan "berjalan" yang bermakna gerak (dalam atmosfer bumi dan langit) merupakan sebuah persoalan yang juga disinggung dalam al-Quran.
9. Tujuan dan akhir dari seluruh perubahan dan pergantian, terutama dalam diri manusia, tidak lain adalah "bertemu" dan "mendekat" kepada Tuhan.
10. Untuk sampai pada kesempurnaan manusia (yaitu bertemu dan berdekatan dengan-Nya), membutuhkan sarana. Dan sarana tersebut tidak lain adalah ibadah dan penghambaan. Penghambaan merupakan maqam tertinggi dan tingkatan perjalanan menuju Tuhan yang paling mulia bagi manusia sempurna. Penghambaan merupakan sebuah esensi dimana batinnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan. Nama "hamba" merupakan nama yang terbaik dan Rasulullah Saw bukan hanya seorang abdullah (hamba Allah yang merupakan nama Tuhan yang paling sempurna, yakni pada maqam wahidiyah), melainkan abduhu (hamba Dia yang berkaitan dengan dzat mutlak Tuhan yang tanpa nama, yakni pada maqam ahadiyah) dimana kehambaan disini dilakukan untuk identitas mutlak Ilahi, oleh karena itulah di dalam shalat kita mengatakan, "Asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluhu"(Aku bersaksi bahwa Muhammad itu sesungguhnya hamba Dia dan rasul Dia).
Yang dikatakan sebagai hamba adalah seseorang yang memiliki ilmu dan keyakinan kepada Tuhan, menjauhkan diri dari selain-Nya, dan berdekatan dengan Tuhan tanpa adanya sedikitpun tabir dan perantara.
11. Satu-satunya jalan untuk menghamba adalah ketaatan dan ibadah dimana hal ini telah menjadi kewajiban setiap hamba setelah mengenal dan menyaksikan nama agung Ilahi dan menyingkirkan hijab keegoan dan keakuan.
12. "Ibadah" dengan makna luas yang dimilikinya meliputi seluruh aktivitas yang dilakukan oleh hamba untuk mendekati Tuhan dan memperoleh keridhaan-Nya. Dan tujuan dari penciptaan pun tidak lain adalah ibadah itu sendiri.
13. Ibadah yang paling penting sebagaimana yang dijelaskan dalam kalimat-kalimat suci para Imam Maksum Ahlulbait dan para pembesar ahli makrifat serta orang-orang yang dekat dengan-Nya, adalah mereka yang melaksanakan kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang haram dan dosa.
14. Sementara itu perbuatan paling penting yang bisa disimpulkan dari riwayat-riwayat dan perkataan para ulama adalah bahwa untuk sampai kepada kesempurnaan terdapat lima perkara yang harus dilakukan, yaitu diam (tidak banyak bicara), lapar (tidak banyak makan), khalwat (menyendiri berduaan dengan Tuhan), menghidupkan malam (melakukan shalat malam), dan senantiasa berzikir.
Jawaban untuk pertanyaan yang dimaksudkan di atas bisa dipaparkan dalam empat bagian, yaitu: a. Definisi dari kata "sempurna" dan perbedaannya dengan kata "lengkap" dan "berkembang"; b. Kesempurnaan manusia; c. Kesempurnaan manusia dari perspektif Islam; dan d. Jalan menuju kesempurnaan.
a. Definisi kata "sempurna" dan perbedaannya dengan kata "lengkap" dan "berkembang".
Kata "sempurna" kadangkala diartikan dengan makna yang sinonim dengan kata "lengkap", dan kadangkala dengan pengertian selain itu, namun bagaimanapun, lawan kata keduanya adalah "kurang", sebagaimana halnya lawan kata "lengkap" adalah "kurang".
Yang dimaksud dengan kesempurnaan adalah murni aktual (segalanya ada secara aktual), ketiadaan potensi atau keberadaan sifat-sifat yang mesti dimiliki oleh sesuatu. Kesempurnaan adalah kepemilikan segala hal yang mungkin dan layak untuk dimiliki oleh sesuatu. Dengan ungkapan lain, kesempurnaan adalah titik akhir dan tingkatan akhir setiap sesuatu, atau keberadaan sifat-sifat yang niscaya dimiliki oleh sesuatu, dan persoalan-persoalan lain dalam batasan yang penting dan bermanfaat untuk sampai pada kesempurnaan hakikinya akan menjadi "kesempurnaan awal" dan "pengantar kesempurnaan" baginya.[1]
Mungkin dapat dikatakan bahwa dalam filsafat dan beberapa kasus tentang "sempurna" memiliki makna "lengkap", dan tidak ada perbedaan yang begitu berarti di antara keduanya. Akan tetapi, dalam teks-teks agama dan pandangan umum masyarakat, terdapat perbedaan antara kata sempurna dengan lengkap. Untuk dua kata "sempurna" dan "lengkap" (kesempurnaan dan kelengkapan) ini Al-Quran al-Karim memberikan dua pengertian. Sebagaimana hal ini terlihat dalam salah satu firman-Nya, "Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu menjadi agama bagimu."[2] Agama berjalan dari kurang ke arah sempurna, dan nikmatpun demikian bergerak dari kurang ke arah lengkap.
Dari sini perbedaan antara kata "sempurna" dan "lengkap" bisa dijelaskan dengan dua cara: "sempurna", berada dalam derajat dan tingkatan sesuatu, sedangkan "lengkap" merupakan terwujudnya dan keberadaannya bagian-bagian sesuatu, sedemikian hingga jika seluruh bagian yang dibutuhkan untuk diperolehnya prinsip keberadaan sesuatu telah terwujud, maka sesuatu tersebut berarti telah cukup, total dan lengkap. Dan jika tidak demikian maka dia akan cacat atau kurang dalam prinsip kewujudan dan esensinya. Sekarang, karena "sempurna" berada dalam sebuah posisi yang masih bisa memiliki tingkatan lebih tinggi dari sesuatu yang telah sampai pada batasan "lengkap", maka sebuah sesuatu bisa saja lengkap akan tetapi ia tidak sempurna.
Sementara itu, perbedaan antara sempurna dan berkembang adalah bahwa dalam pengertian "sempurna" -ketika beriringan dengan gerak dan menuju pada kesempurnaan- dan menyempurna, terdapat ketinggian yang tersembunyi. Menyempurna merupakan gerak, sebuah gerak vertikal yang mengarah ke atas, gerak dari satu permukaan ke permukaan yang lebih tinggi, dari sebuah tingkatan dan tahapan ke tingkatan dan tahapan yang lebih tinggi, akan tetapi "berkembang" berlaku juga dalam gerak horisontal dan mendatar. Misalnya apabila sebuah pasukan atau laskar tengah berperang di belahan bumi dan menguasai sebagian daerah musu