Advanced Search
Hits
12460
Tanggal Dimuat: 2009/12/08
Ringkasan Pertanyaan
Apakah selain pengikut mazhab Syiah Itsna Asyari, akan memasuki surga? Bagaimana nasib orang-orang jahil qashir di hari Kiamat?
Pertanyaan
Apakah selain pengikut mazhab Syiah Itsna Asyari, akan memasuki surga? Bagaimana keadaan pengikut mazhab dan agama lain kelak di akhirat? Apakah orang-orang jahil qashir akan masuk ke dalam surga?
Jawaban Global

Menjadi penghuni surga tidak bersandar pada titel atau klaim, melainkan berpijak pada standar "iman" dan "amal saleh". Seorang Syiah juga akan menjadi penghuni surga sepanjang ia tidak sekedar mengklaim diri sebagai Syiah namun ia harus menunaikan segala tuntutan ketika seseorang menjadi Syiah kemudian mengumpulkan sangu dan bekal sebanyak mungkin sehingga memiliki kelayakan untuk menerima syafaat.

Apabila pemeluk setiap agama samawi mengamalkan seluruh ajaran agama, selama agama tersebut tidak dianulir oleh nabi dan agama selepasnya, maka ia akan menjadi penghuni surga. Akan tetapi, setelah pengutusan Nabi Muhammad saw satu-satunya agama yang diterima di sisi Allah adalah Islam yang mengkristal dalam mazhab Ahlulbait. Adapun yang dapat disimpulkan dari al-Qur'an dan riwayat bahwa mustadhafin; yaitu orang-orang yang tidak memiliki akses untuk mendapatkan bimbingan dan tidak memungkinkan bagi mereka untuk berhijrah dan sebagainya, namun hidup sesuai dengan tuntutan fitrah "kemanusiaannya" maka ia akan mendapatkan rahmat Ilahi yang mahaluas.[i] Mustad'afhin,di samping orang jahil qashir (terma ini akan dijelaskan kemudian), adalah orang-orang yang meninggal sebelum mencapai usia baligh, demikian juga orang-orang gila dan sebagainya juga termasuk dalam curahan rahmat Ilahi yang maha menjuntai ini.

Karena itu, hanya orang-orang yang menentang dan bersikap keras kepala setelah mengenal kebenaran, kemudian menampiknya dan demikian juga memandang enteng untuk mengenal kebenaran yang kemudian dikenal sebagai muqasshir. Orang yang memiliki karakter seperti ini bukanlah termasuk orang yang selamat. Adapun kebanyakan manusia yang qashir dan tidak menentang kebenaran maka ia tergolong sebagai orang selamat dengan kemurahan dan rahmat Ilahi.



[i] Indeks terkait: Neraka dan Non-Muslim, pertanyaan 47 (Site: 283)

Jawaban Detil

Menjadi penghuni surga tidak bersandar pada titel atau klaim, melainkan berpijak pada standar "iman" dan "amal saleh".[1] Karena itu, barangsiapa yang mempersiapkan dua bekal ini di dunia maka di akhirat kelak akan terbuka baginya jalan menuju surga. Kalau tidak demikian, maka langkahnya akan bermuara pada neraka. Kecuali kalau ia termasuk orang-orang lemah (mustad'afhin) yang akan memperoleh rahmat Ilahi yang luas atau syafaat Nabi saw atau para imam maksum dan orang-orang beriman. Maka ia akan terbebas dari api neraka.

Al-Qur'an terkait dengan hal ini menegaskan, "Sesungguhnya orang-orang mukmin, para pemeluk (agama) Yahudi, para pemeluk (agama) Nasrani dan orang-orang Shabi`in (para pengikut Nabi Yahya as), jika mereka benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian, dan beramal saleh, maka mereka akan mendapatkan pahala di sisi Tuhan mereka; tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. " (Qs. Al-Baqarah [2]:62)[2]

Ayat-ayat ini di samping menegaskan bahwa menjadi Yahudi atau Kristen dan sebagainya tidak memadai untuk mendapatkan tiket memasuki surga; artinya bahwa ayat-ayat ini menyoroti masalah iman dan amal saleh sebagai syarat untuk memasuki surga. Bukan sekedar memeluk suatu agama tertentu.

Memeluk suatu agama bersyarat bahwa agama tersebut tidak dianulir oleh nabi dan agama selepasnya. Menjadi pengikut Musa as adalah legal dan absah selama Isa belum lagi diutus. Demikian juga, mengikut Nabi Isa as adalah lebal dan absah sepanjang Nabi Muhammad saw belum lagi diutus yang menganulir dan memakzulkan agama-agama sebelumnya.

Di samping itu, semata-mata mengklaim sebagai pengikut tentu tidak memadai, melainkan diperlukan iman. Adapun iman yang tanpa disertai dengan kemestian-kemestian ideologis, praktis, dan etisnya, bukanlah iman sejati. Karena itu, konsekuensi logis iman kepada Musa as adalah mengikut nabi atau nabi-nabi selepasnya. Dan kemestian iman kepada Isa as adalah menerima kenabian nabi yang dijanjikan dan pamungkas, Muhammad saw. Demikian seterusnya, konsekuensi logis iman kepada Nabi Muhammad saw adalah ketundukan total di hadapan perintah dan anjurannya. Di antara perintah dan anjurannya kepada umat adalah penerimaan wilâyah (imâmah dan khilâfah) Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as dan sebelas putranya. Sepanjang penerimaan totalitas ini tidak terpenuhi, maka ia bukanlah tergolong seorang muslim (totalitas) dan pengikut sejati agama Ilahi dan sebagai hasilnya, ia tidak memperoleh izin untuk memasuki surga.[3]

Dengan kata lain, setelah pengutusan Rasulullah saw satu-satunya agama yang sah, legal dan diterima adalah "Islam".[4] Sedemikian sehingga Islam minus wilayah bukanlah termasuk sebagai Islam sejati dan iman sempurna kepada Allah Swt, Rasul-Nya dan hari Kiamat sehingga ia dapat memiliki tiket untuk masuk ke dalam surga. Karena itu, satu-satunya jalan (mazhab) yang menyampaikan manusia kepada surga adalah Syiah. Dengan penegasan bahwa sekedar mengklaim diri sebagai seorang Syiah juga tidak memadai. Ia harus menjadi Mukmin (Syiah) sejati dan melakukan amal kebajikan sehingga ia tergolong sebagai penghuni surga atau memiliki kapabilitas untuk mendapatkan syafaat.

Akan tetapi orang-orang mustad'afhin (orang-orang qashir, orang gila, anak-anak dan lain sebagianya) yang tidak memiliki kemampuan untuk menemukan jalan kebenaran, menantikan hukum Ilahi untuk mendapatkan rahmat-Nya yang mahaluas dan tidak termasuk dalam aturan ini.[5]

Akan tetapi kiranya kami perlu mengungkapkan beberapa poin penting berikut ini:

1.     Jahil qashir adalah orang yang tidak sampai kepadanya kebenaran dan juga getol dalam mencari kebenaran (tidak memandang enteng dan ringan pencarian kebenaran). Atas alasan ini, perbuatannya tidak termasuk sebagai perbuatan dosa. Karena dalam asumsi ini, hujjah Ilahi belum lagi tuntas dan sempurna baginya. Dan sepanjang hujjah Ilahi belum tuntas dan sempurna maka mustahil Tuhan akan menindaknya.[6]

Dengan demikian, jahil qashir ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:

  1. Orang-orang yang karena faktor lingkungan dan sebagainya sedemikian sehingga pesan kebenaran tidak sampai kepadanya.

  2. Mustad'afhin pemikiran adalah orang-orang yang tidak mampu memahami kebenaran dan lemah kadar intelektualnya.

  3. Orang-orang yang hidup dalam kejahilan ganda yaitu orang yang tidak tahu bahwa ia tidak tahu.

Adapun jahil muqasshir yang mendapatkan azab Ilahi adalah orang yang ditunjukkan kepadanya kebenaran dan ia dengan sengaja, meski mengetahui kebenaran, berpaling darinya. Atau memandang enteng kebenaran meski ia memiliki kemampuan untuk mengaksesnya.

2.     Harus diperhatikan bahwa iman dan kufur bukan semata-mata proses dari usaha berpikir dan inteleksi, namun dipengaruhi oleh sekumpulan pemikiran dan tindakan. Atas alasan ini, al-Qur'an menyebutkan: "Kemudian pendustaan terhadap ayat-ayat Allah dan memperolok-olokkannya adalah akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan." (QS Al-Rum [30]:10)

Karena itu harus dikatakan: Apabila seseorang tanpa memiliki jejak rekam (track-record) berupa keburukan atau tidak terpengaruh masalah-masalah politik, kepartaian, kelompok; artinya ia menghindar dari perbuatan-perbuatan yang berseberangan dengan rasionalitas dan akal sehat, dan pada saat yang sama berusaha berpikir untuk menemukan kebenaran di alam, namun ia tidak sampai pada keyakinan tentang keberadaan Tuhan, atau tidak menemukan agama dan mazhab yang benar, atau benar-benar ia sampai kepada keyakinan yang muaranya adalah kekafiran, maka orang seperti ini tidak akan mendapatkan siksa Ilahi kelak di hari Kiamat. Akan tetapi, hal ini ditinjau dari sudut pandang akal. Namun al-Qur'an menjanjikan bahwa apabila ada orang-orang yang berusaha serius dan semaksimal mungkin maka Kami akan tunjukkan jalan kepadanya dan mereka akan memperoleh petunjuk.[7]

3.     Dalam riwayat disebutkan tentang anak-anak yang meninggal dunia:

  1. Apabila anak-anak itu adalah anak-anak orang beriman:

1.     Di alam barzakh ia akan berada di hadapan Nabi Ibrahim dan Sarah as atau Sayidah Fatimah Zahra as. Di sana mereka akan mendapatkan pelajaran seperlunya dan mendapatkan jalan untuk menyempurnakan ruhnya dan mencapai kesempurnaan.

2.     Disebutkan pada penafsiran ayat 21, surah al-Thur[8] bahwa: "Mereka bergabung dengan ayah dan bunda mukminnya sehingga keduanya merasa bahagia di surga."[9]

  1. Apabila anak-anak itu adalah anak-anak orang kafir dan munafik:

1.     Dalam tafsir ayat "Yathufu 'alaihim wildan mukhladun."[10] Disebutkan bahwa anak-anak kaum musyrik, orang-orang kafir akan menjadi pelayan para penghuni surga. Akan tetapi, hal ini tidak termasuk sebagai hukuman bagi mereka. Pelayanan yang mereka berikan tidak seperti dengan pelayanan di dunia yang menyebabkan kehinaan atau kecapaian dan semisalnya. Melainkan akan menyebabkan kegembiraan, pesona dan keindahan mereka.

2.     Sebagian riwayat menyebutkan bahwa masalah ini dikembalikan kepada Tuhan: "Allah Swt mengetahui tentang apa yang mereka lakukan atau apa yang akan mereka lakukan."[11]

3.     Allah Swt, melalui perantara seorang malaikat, menyalakan api dan memerintahkan mereka untuk mendekat kepada api. Sekelompok orang datang mendekat kepada api dan api menjadi dingin bagi mereka dan memberikan keselamatan kepada mereka sebagaimana yang terjadi pada Nabi Ibrahim as. Sebagian lainnya tidak mendekat kepada api. Hanya kelompok yang pertama yang mendapatkan keselamatan. Akan tetapi orang-orang gila dan berada pada fatrat (tiadanya hujjah dan nabi yang datang kepada mereka) dan hujjah bagi mereka tidak tuntas dan sempurna, mereka dihukumi yang sama.[12]

4.     Sebagian teolog berpandangan bahwa anak-anak orang kafir dan musyrik ini tidak berada di surga juga tidak berada di neraka. Mereka berada pada satu tempat yang bernama A'raf[13] dimana mereka tidak akan diazab juga tidak akan diberikan nikmat.[14]

Allamah Thabathabai khususnya terkait dengan anak kecil dan orang gila dan sebagainya berkata: Apa yang dinyatakan al-Qur'an terkait dengan anak kecil dan orang gila dan sebagainya adalah redaksi-redaksi yang tidak dapat dihukumi secara detil. Bahwa apakah mereka mencapai kebahagiaan dan kecelakaan di akhirat atau tidak, tidak diketahui secara rinci. Mengingat bahwa hal-hal rinci tentang kondisi seseorang di akhirat bukanlah sebuah perkara yang dapat dicerap oleh akal manusia. Kecuali kita berkata bahwa dosa dan ampunan tidak terbatas pada penentangan terhadap taklif, melainkan bahwa sebagian tingkatan ampunan mengikut pada penyakit-penyakit hati dan kondisi-kondisi buruk yang menimpa hati, dan terbentangnya hijab antara hati dan Tuhan. Benar bahwa orang-orang ini lantaran kelemahan akal mereka tidak memiliki taklif. Namun apa pun yang mereka lakukan akan menyisakan efek pada diri mereka tatkala mereka melakukan perbuatan buruk dan membuat hati mereka ternoda dan terhijab di hadapan Tuhan. Melainkan mereka sama dengan orang lain dalam hal ini. Dan kesimpulannya pada merasakan kenikmatan melimpah di sisi Allah Swt dan kehadiran di haribaan Tuhan memerlukan dihilangkannya pelbagai penyakit tersebut dan tersingkapnya pelbagai tirai yang tiada satu pun yang dapat menghilangkan dan menyingkap semua ini kecuali ampunan Ilahi. Boleh jadi demikianlah apa yang dimaksud dalam riwayat, "Allah Swt akan mengumpulkan manusia di Padang Mahsyar dan menyalakan api neraka. Kemudian Allah Swt memerintahkan manusia untuk masuk ke dalam api. Maka barangsiapa yang memasuki api tersebut, maka ia akan masuk ke dalam surga. Barangsiapa yang membangkang, maka ia akan masuk ke dalam neraka." Artinya bahwa yang dimaksud dengan api di sini adalah tersingkapnya pelbagai hijab dan tersembuhkannya segala penyakit tersebut.[15] []



[1] Sesungguhnya bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar. (QS Al-Buruj [85]: 11)

[2] Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan, dan memakan harta haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. (QS Al-Maidah [5]: 62); "Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shâbi’în (para penyembah bintang), orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi, dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu." (QS Al-Hajj [22]:17); Silahkan lihat al-Mîzân, hal. 192-196.

[3] Indeks terkait; Syiah dan Surga, pertanyaan 248.

[4] Lihat, QS Ali Imran (3): 81-91.

[5] Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya, “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah).” Para malaikat berkata, “Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?” Tempat orang-orang itu adalah neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali. . kecuali mereka yang tertindas, baik laki-laki atau wanita maupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah). Mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkan mereka. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (QS Al-Nisa [4]:97-99)

[6] Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (QS Al-Isra [17]:15) Tentu saja hal ini tidak semata-mata bermakna pengutusan nabi namun juga berarti sampainya pesan (risalah). Artinya apabila seorang rasul diutus namun pesannya tidak sampai kepada manusia, maka hujjah belum lagi sempurna dan sebab hukum akan senantiasa tetap.

[7] Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. (QS Al-Ankabut [29]:69)

[8] Orang-orang yang beriman dan anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami gabungkan anak cucu mereka dengan mereka (di surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang telah dikerjakannya." (Qs. Al-Thur [51]:21)

[9] Bihar al-Anwar, jil. 5, bab 13, hal. 290; jil. 6, hal. 229; Amali Shaduq, hal. 269-271.

[10] Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda (QS Al-Waqiah [56]:17)

[11] Bihar al-Anwar, jil. 5, hal. 288-295, bab 13..

[12] Bihar al-Anwar, jil. 6, hal. 292, hadis ke-14; jil. 5, hal. 295, hadis ke-22.

[13] Allamah Thabathabai dengan selaksa dalil berpandangan bahwa yang dimaksud dengan orang A'raf pada ayat 48 surah al-A'raf, Dan orang-orang yang berada di atas al-A‘raf memanggil beberapa orang (dari penghuni neraka) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya seraya mengatakan, “Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu tidaklah memberi manfaat kepadamu, bukanlah orang-orang mustad'afhin. Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat, Terjemahan Persia Tafsir al-Mizan, jil. 8, hal. 154-156.

[14] Bihar al-Anwar, jil. 5, bab 13, hal. 298.

[15] Terjemahan Persia, Tafsir al-Mizan, jil. 6, hal. 535-536.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

  • Hal-hal apa saja yang menyebabkan sebagian hadis tergolong menjadi hadis yang lemah?
    24838 Dirayah al-Hadits 2016/07/04
    Sebagian hal-hal yang menyebabkan hadis menjadi lemah adalah: 1. lemahnya sanad atau tidak adanya sanad. 2. Terputusnya rantai sanad 3. Bertentangan dengan al-Quran 4. Bertentangan dengan akal 5. Bertentangan dengan riwayat-riwayat mutawatir 6. Bertentangan dengan fakta-fakta sejarah 7. Mengalami distorsi ...
  • Demikian juga bersalaman dengan seorang wanita tua non-mahram?
    5617 Sebagian Hukum 2015/05/27
    Bersalaman dengan non-mahram tidak dibolehkan dan satu-satunya kriteria dalam masalah ini bukanlah daya tarik atau terpancing gejolak seksualnya. Beberapa Lampiran: Jawaban Marja Agung Taklid terkait dengan pertanyaan di atas adalah sebagai berikut: Ayatullah Agung Siistani (Mudda Zhilluhu al-‘Ali): Tidak diperbolehkan. Ayatullah Agung Shafi Gulpaigani (Mudda Zhilluhu al-‘Ali):
  • Apakah tidak terbakarnya Nabi Ibrahim As dalam api tidak bertentangan dengan hukum kausalitas?
    16426 Filsafat Islam 2011/01/02
    Kesebaban (illiyat) segala subyek atas subyek lainnya bergantung pada tipologi yang terdapat pada subyek pertama dan apabila tipologinya mengalami perubahan apakah melalui jalan natural atau adikodrati (i’jaz) maka secara natural ia tidak dapat menjadi sebab bagi subyek kedua.Dalam kisah Nabi Ibrahim, api juga dengan mukjizat Ilahi ...
  • Apakah irfan islami itu ada benarnya? Apakah ajaran inti irfan Islam tidak terpengaruh oleh pandangan-pandangan sufi?
    17170 Irfan Teoritis 2011/02/15
    Seseorang yang mencermati ayat-ayat al-Qur’an dan sabda-sabda Rasulullah Saw dan Ahlulbaitnya maka tanpa ragu ia akan mendapatkan hal-hal yang sublim dan jeluk dalam domain irfan dan juga adab-adab serta banyak aturan-aturan praktis dalam kaitannya dengan sair suluk irfani. Sebagai contoh, kita dapat menyebutkan ayat-ayat yang sehubungan dengan ...
  • Apakah memakan lobster, cumi-cumi dan kerang laut hukumnya haram?
    47729 Hukum dan Yurisprudensi 2009/12/12
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban deti ...
  • Apa saja yang menjadi ketentuan dan syarat-syarat talak khulu\' (gugat cerai) itu?
    33201 Hukum dan Yurisprudensi 2013/04/20
    Istri mengajukan gugatan cerai kepada suami karena tidak lagi tertarik dan tidak lagi menyukainya. Talak ini dapat diberlakukan setelah sang istri menyerahkan mahar atau harta lainnya kepada sang suami untuk menceraikannya. Talak seperti ini dalam fikih disebut sebagai talak khulu'.[1] Dengan ungkapan yang lebih ...
  • Apa makna dan hakikat sabar itu?
    26345 صبر 2013/11/27
    Sabar dalam bahasa berarti mengurung dan meletakkan jiwa dalam keterbatasan dan kesempitan.[1] Begitu pula sabar memiliki arti menahan diri dari menunjukkan kepanikan dan ketidaktenangan.[2] Dalam ilmu Akhlak, tentang kesabaran banyak makna yang dijelaskan: 1. Sabar adalah mendorong diri untuk melakukan amal ...
  • Tolong sebutkan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Abu Thalib As adalah orang beriman?
    13268 Sejarah Para Pembesar 2011/03/13
    Hadis yang disebutkan di atas adalah sebuah hadis marfu’ah (hadis yang lemah sanadnya) dan tidak memiliki nilai dari sisi sanad. Namun harap diperhatikan bahwa untuk menetapkan iman Abu Thalib kita tidak memerlukan riwayat ini secara khusus; karena terdapat banyak dalil yang menunjukkan iman Abu Thalib ...
  • Perbedaan Irfan teoritis dan Irfan praktis?
    12627 Irfan Teoritis 2009/09/22
    Terdapat dua makna yang digunakan dalam bidang Irfan praktis:Suluk itu sendiri dan segala perbuatan yang dilakukan. Ajaran-ajarannya yang mengandung tentang metode suluk. Irfan teoritis terkadang digunakan sebagai lawan kata dari makna pertama. Dan terkadang kebalikan dari makna kedua dari dua makna ...
  • Apa yang dimaksud bahwa gunung-gunung adalah pasak bumi sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an?
    20560 Ulumul Quran 2011/03/10
    Dalam literatur-literatur Islam disebutkan pelbagai tipologi dan ragam manfaat atas keberadaan gunung-gunung. Di antaranya bahwa gunung-gunung tersebut laksana pasak yang tertancap di atas permukaan bumi dan laksana timbangan-timbangan yang menyeimbangkan bumi. Keberadaan gunung-gunung tersebut dan tersebarnya gunung-gunung tersebut di sana-sini di atas permukaan bumi telah ...

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    262654 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    247280 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230750 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    216054 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    177010 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    172086 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168759 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    159306 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    141993 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134802 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...