Advanced Search
Hits
9289
Tanggal Dimuat: 2010/12/19
Ringkasan Pertanyaan
Apa signifikansi dan falsafah berduka atas Imam Husain As?
Pertanyaan
Apa signifikansi dan falsafah berduka atas Imam Husain As?
Jawaban Global

Untuk memahami signifikansi dan falsafah berduka atas Imam Husain As kiranya kita perlu memperhatikan beberapa poin penting berikut ini:

1.     Al-Qur’an menyokong dihidupkan dan dikenangnya pelbagai keutamaan dan sifat-sifat menjulang manusia utama dan para wali Allah sebagaimana disebutkan pada kebanyakan ayat-ayat al-Qur’an.

2.     Para Imam Syiah senantiasa memotivasi kepada para pengikutnya untuk menghidupkan dan memperingati tragedi Karbala dengan ragam cara seperti, memotivasi dilaksanakannya majelis-majelis duka, memotivasi orang-orang untuk menangis dan membuat orang menangis, memotivasi para pengidung untuk menarasikan elegi dan memotivasi orang-orang untuk berziarah kepada Imam Husain As.

3.     Bulan Muharram bulan adalah bulan kemenangan darah atas pedang dan menjadi sumber inspirasi perjuangan melawan para tiran serta memiliki peran asasi dalam menyampaikan pesan semesta Imam Husain As.

4.     Berduka untuk Imam Husain As merupakan faktor pemersatu dan kunci sukses bagi bangsa-bangsa sepanjang perjalanan sejarah. Kebanyakan revolusi-revolusi yang meletus di dunia terinspirasi oleh kebangkitan epik Karbala yang salah satu contohnya adalah pembebasan anak benua India dari tangan kolonial Inggris. Atau contoh nyata yang paling penting adalah Revolusi Islam Iran dan contoh terakhir adalah gerakan perlawanan dan resistensi Hizbullah Libanon Selatan melawan Zionis Agressor. Karena itu, berduka atas Imam Husain memiliki pengaruh yang banyak seperti, kemuliaan dan kebanggaan, kelestarian budaya agama Islam dan pengaruh-pengaruh lainnya yang menangaskan signifikansinya berduka untuk Imam Husain As.

Jawaban Detil

Untuk dapat memahami signifikansi dan falsafah berduka untuk Imam Husain As maka kiranya kita harus memperhatikan beberapa poin penting berikut ini:

1.     Memperhatikan pelbagai keutamaan dan sifat-sifat menjulang manusia-manusia pilihan dan unggul.

Salah satu fokus dan tema pokok yang mendapatkan penegasan al-Qur’an pada beberapa ayat adalah menghidupkan dan memperingati kenangan yang ditinggalkan oleh manusia-manusia Ilahi, pribadi-pribadi unggul sejarah dan kejadian-kejadian yang sarat dengan pelajaran dari sejarah kehidupan mereka. Dalam surah al-Maryam, Allah Swt berfirman, Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam al-Kitab (Al-Qur’an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat jujur lagi seorang nabi. (Qs. Maryam [19]:41) Kemudian menjelaskan perlakuan epik Nabi Ibrahim dalam menghadapi berhala-berhala dan para penyembah berhala.

Pada ayat lainnya, Allah Swt berfirman, Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka kisah) Idris di dalam Al-Qur’an ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat jujur dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (Qs. Maryam [19]:56-57) setelah itu menyinggung para nabi yang memperoleh pelbagai anugerah dan kenikmatan Ilahi. Pada ayat lainnya, Allah Swt berfirman, Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.” (Allah berfirman), “Hantamkanlah kakimu (ke atas tanah); inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” Dan Kami anugerahkan kepadanya (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan peringatan bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. (Qs. Shad [38]:41-43)

Jelas bahwa pada ayat-ayat ini dan semisalnya, tidak menekankan pada sisi-sisi kepribadian,  kekeluargaan, pekerjaan-pekerjaan biasa dalam kehidupan para pembesar ini, melainkan membicarakan ihwal pelbagai kelayakan, keutamaan moral dan program-program konstruktif mereka. Hal ini menjelaskan bahwa kenangan dan memori pribadi-pribadi unggul dan orang-orang pilihan sejarah harus diperingati dan dihidupkan serta pelbagai sifat-sifat terpuji mereka harus diperhatikan dan diteladani. Karena itu, kita saksikan bahwa para Imam Maksum As menggunakan ragam cara dan metode dalam menghidupkan dan memperingati kenangan dan memori para syahid Karbala, khususnya Penghulu Para Syahid (Sayyid al-Syuhada) Imam Husain As.

 

2.     Para Imam Syiah dan Ragam Metode Penyelenggaran Acara Duka Imam Husain As:

A.    Pengadaan majelis-majelis duka:

Salah satu cara para Imam Maksum untuk menghidupkan gerakan kebangkitan Imam Husain adalah mengadakan majelis-majelis duka, menangis dan membuat orang-orang menangis atas pelbagai musibah memilukan Karbala dan mengingatkan orang-orang atas perstiwa tragis tersebut pada setiap masa.

Imam Sajjad As pada periode imamahnya (kepemimpinan) tidak henti-hentinya berduka atas kisah malang Asyura sedemikian Imam Sajjad menangis sehingga ia mendapat gelar “Bakâiin” (Orang yang sangat sering menangis).[1]

Alqamah Hadhrami meriwayatkan bahwa Imam Baqir As pada hari Asyura dan mengadakan majelis duka di rumahnya. Imam Baqir As menangis atas (tragedi yang menimpa) datuknya dan tidak melakukan taqiyyah. Beliau bersabda kepada orang-orang yang di rumahnya, “Hendaklah kalian berduka atas Imam Husain As dan ucapkan bela sungkawa sesama kalian atas musibah yang menimpa Imam Husain As.”[2]

Imam Shadiq As bersabda kepada Daud Riqqi: “Aku tidak pernah meneguk air dingin kecuali aku mengingat Imam Husain As.”[3]

Imam Ridha As bersabda, “Yang senantiasa menjadi metode ayahku (Imam Musa bin Ja’far As) setiap kali bulan Muharam tiba merupakan hari menangis dan musibah baginya dan tidak terlihat tawa dari wajahnya hingga lewat hari kesepuluh (Asyura), hari kesepuluh (Asyura) adalah hari tangisan, musibah dan duka baginya.” Dan bersabda, “Hari ini adalah hari ketika Imam Husain As syahid.”[4]

Para Imam Maksum As tidak hanya menangis atas duka Imam Husain As bahkan senantiasa memotivasi masyarakat untuk menangis untuk Imam Husain As. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa, “Barang siapa yang menangis untuk Imam Husain As atau (bahkan) membuat seseorang menangis maka ganjarannya adalah surga. Dan barang siapa yang menampakkan kesedihan dan berusaha menangis maka ganjarannya adalah surga.”[5]

Di samping itu, mereka memotivasi para penyair untuk menggubah elegi dan narasi duka. Para penyair yang menggubah syair dan menyampaikan kidung sedih pada majelis-majelis duka senantiasa mendapatkan perhatian ekstra dari para Imam Maksum As. Orang-orang seperti, Kumait Asadi, Da’bal Khuzai, Sayid Humair dan sebagainya adalah orang-orang yang mendapatkan perhatian ekstra dari para Imam Maksum atas gubahan syair dan kidung sedihnya atas musibah yang menimpa Imam Husain As.

 

B.    Motivasi dan Dorongan untuk Berziarah ke Imam Husain As

Memperingati para pembesar dan ziarah pusara para pahlawan merupakan sebuah tradisi yang terpuji. Hal ini memiliki latar sejarah yang panjang pada bangsa-bangsa dan umat di seluruh dunia dan hingga kini masih tetap lestari. Di antara para pembesar dan pahlawan ini adalah tuan dan penghulu para syahid dan pemimpin orang-orang merdeka, Imam Husain As yang merupakan mentari dan pembesar terbaik yang harus senantiasa dikenang dengan baik. Ucapan para pemimpin suci dan Imam Maksum As terkait dengan keutamaan ziarah Karbala Imam Husain sangat banyak yang disebutkan dalam literatur hadis yang memotivasi masyarakat untuk berziarah ke pusara Imam Husain As. Mereka menganjurkan orang-orang untuk melakukan hal ini dan bersikap konsekuen terhadap ziarah Imam Husain As. Amalan ini di samping menyebabkan terjalinnya rajutan spiritual dan pemikiran kaum Muslimin dengan Imam Husain As, ia juga merupakan sejenis perlawanan, bahkan sebaik-baik perlawanan menentang kaum tiran dan durjana. Sebagaimana hal ini senantiasa demikian adanya. Dalam bab ziarah Imam Husain As terdapat banyak hadis yang menandaskan keutamana ziarah kepada Imam Husain As. Di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan dari Imam Shadiq As yang bersabda, “Barang siapa yang ingin duduk di atas permadani cahaya pada hari Kiamat maka hendaknya ia pergi berziarah ke (pusara) Imam Husain As.”[6]

 

3.     Tipologi bulan Muharram, Bulan Kemenangan Darah atas Pedang

Bulan Muharram merupakan sebuah kitab yang sangat berharga, hari-hari dan malam-malamnya, jam-jam dan detik-detiknya merupakan lembaran-lembaran pelajaran makrifatuLlah, kemanusiaan, kemuliaan, kehormatan dan kemerdekaan. Demikian juga bagaimana hidup yang diajarkan kepada umat manusia dan juga bagaimana menjemput kematian. Imam Husain As dengan ungkapannya yang sangat berharga, “Haiat Minna al-Dzillah” (Pantang bagi kami Kehinaan) menghembuskan nafas perlawanan kepada seluruh generasi, masa, zaman dan seantero bumi. Imam Husain memproklamirkan bahwa wahai anak-anak Adam!! Wahai penuntut kebenaran dan keadilan! Bangkitlah dan jangan pernah tunduk menyerah di hadapan pemerintahan tiran dan durjana.”

Di samping itu, Husain pada detik-detik akhir kehidupannya sendiri di hadapan ribuan lasykar bersenjata lengkap berseru, “Hal min Nashir Yanshuruna..” (Adakah penolong yang siap menolong kami) mengharapkan bantuan dan pertolongan, seolah-olah beliau meminta pertolongan dari seluruh manusia yang terjaga dari setiap generasi pada setiap zaman. Beliau yang beberapa saat dan detik sebelumnya, kehilangan sahabat dan orang-orang yang dicintainya satu demi satu. Beliau yang dengan tertatih-tatih menarik jenazah putra kinasihnya Hadhrat Ali Akbar ke kemah. Atau beberapa detik sebelumnya, Imam Husain menyaksikan Qamar Bani Hasyim (Purnama Bani Hasyim), Abal Fadhl Abbas, saudaranya yang setia dan pemegang panji perjuangannya, bersimbah darah. Kini tiada seorang pun yang dimiliki oleh Imam Husain As. Dan tiada tersisa lagi harapan untuk hidup. Imam Husain As mengetahui bahwa segera ia akan menyusul datuknya, Rasulullah Saw dengan bibir dahaga. Imam Husain As berseru, “Hal min Nashir Yanshuruna..” (Adakah penolong yang siap menolong kami). Untuk apa Imam Husain As meminta pertolongan? Dan kepada siapa Imam Husain As meminta pertolongan? Imam Husain tidak berseru “Hal min Nashir Yanshuruna” untuk mencari selamat dari kematian melainkan meminta pertolongan kepada generasi-generasi mendatang untuk tidak melupakan pohon tauhid yang sedang dicerabut akarnya oleh Yazid yang terdapat pada setiap zaman. Dan darah yang telah tumpah dari Imam Husain As dan para sahabatnya digunakan untuk menyirami pohon tauhid tersebut sehingga gerakan Asyura tetap lestari dan kenangan epik para syahid Karbala dan menjamin keabadian Islam.

 

4.     Berduka adalah Faktor Pemersatu dan Kunci Kesuksesan

Setiap umat memerlukan faktor pemersatu dan penghimpun untuk tetap dapat lestari dan meraih kesuksesan. Dan tanpa ragu faktor pemersatu yang paling penting di antara para pengikut Ahlulbait Rasulullah Saw dengan biaya dan usaha sedikit, yang dapat mendudukkan komunitas jutaan juta dalam satu poros dan majelis. Majelis-majelis duka seperti ini diperuntukkan untuk Imam Husain As dan para sahabatnya yang setia. Faktor ini dapat menjadi pembebas manusia dari cengkeraman penindasan dan penjajahan. Sepanjang sejarah majelis-majelis duka Imam Husain As, telah menjadi kesempatan emas pelbagi kebangkitan dan revolusi baik dalam skala besar atau pun kecil, seperti kebangkitan Tawwabin (qiyâm al-Tawwâbin) yang angkat senjata melawan Yazid dan antek-anteknya dan kebangkitan Mukhtar yang telah menuntut balas darah dari banyak orang yang menumpahkan darah di Karbala dan mengalahkan pasukan Bani Umayyah dan seterusnya.

Secara umum sesuai dengan ucapan sebagian pemikir, kebanyakan revolusi-revolusi dunia meletus karena memperhatikan kisah epik dan revolusi Karbala. Salah satu contoh nyata adalah pembebasan anak benua India dari cengkeraman penjajahan Inggris. Gandhi pemimpin revolusi ini berkata, “Aku tidak membawa sesuatu yang baru bagi bangsa India. Apa yang aku bawa bagi mereka adalah hasil dari telaah-telaah dan riset-riset tentang sejarah kehidupan para pahlawan Karbala yang aku lakukan dan aku jadikan sebagai cita-cita ideal masyarakat India. Apabila kita ingin menyelamatkan bangsa India maka kita harus melintasi apa yang dilalui oleh Husain bin Ali As.[7]

Contoh lainnya, peran agung tragedi Karbala dan Asyura dalam menciptakan revolusi agung Islam di bawah kepemimpinan Imam Khomeini Ra yang telah menggoyang dunia. Dan contoh terakhir adalah kelompok resistensi dan perlawanan Hizbullah Libanon yang karena maktab Husain As meraih kemenangan gemilang di hadapan rezim penjajah Israel. Mereka dengan kekuatan iman dan pengorbanan Hizbullah berhasil mengalahkan Israel yang bersenjata lengkap secara memalukan.

Semoga kita adalah orang-orang yang termasuk pengikut sejati Aba Abdillah Husain As dan para pengikutnya. [IQuest]



[1]. Wasâil al-Syiah, Syaikh Hurr Amili, jil. 2, hal. 922.

[2].  Wasâil al-Syiah, Syaikh Hurr Amili, jil. 10, hal. 398.

[3].  Âmali Shadûq, Syaikh Shaduq, hal. 142.

[4]. Mafâtih al-Jinân, Syaikh Abbas Qummi, bab pembahasan yang terkait dengan bulan Muharrama.

[5]. Bihâr al-Anwâr, jil. 24, hal. 284.  

[6]. “Man sarrah an yakuna ‘ala mawaid al-nur yaum al-qiyamah fal yakun zuwwar al-Husain bin Ali As.” Kâmil al-Ziyârat, hal. 135.  

[7]. Silahkan lihat, Zendegi Imâm Husain As, Muhammad Muhammadi Isytihardi, hal. 109.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

  • Apakah Muslim Syiah tidak akan masuk neraka?
    15570 Teologi Lama 2012/06/12
    Tolak ukur perhitungan di hari kiamat untuk menentukan apakah sesorang layak memasuki surga atu neraka berdasar pada kaidah-kaidah yang telah dijelaskan oleh Allah Swt dalam ayat-ayat suci-Nya. Tuhan tidak mempedulikan faktor perbedaan kelompok, keturunan, dan bangsa dalam hal ini. Tolak ukur utama adalah amal perbuatan manusia; yakni ...
  • Bagaimana Syiah mencari sisi benar sebagian ayat yang menyandarkan perbuatan dosa pada para nabi namun pada ayat-ayat lainnya misalnya pada ayat-ayat hukum mereka menyandarkan pada seluruh huruf dan tanda baca ayat?
    7709 Kalam Jadid 2013/08/13
    Apa yang menyebabkan mengapa jalan takwil dan ragam taujih atas al-Quran dilalui karena sebagian kemestian bahasa dan terkadang sebagian disebabkan oleh kemestian rasional (aqli) dan referensial (naqli) sehingga kita harus menyimpulkan al-Quran secara lahir. Benar bahwa sepanjang terdapat dalil definitif maka tidak terbuka jalan untuk melakukan takwil ...
  • Salat memohon hujan (istisqâ) itu apa? Apakah orang-orang dapat dipaksa untuk mengerjakan salat ini?
    5123 Serba-serbi 2014/09/24
    Di antara salat yang dianjurkan (mustahab) untuk dikerjakan adalah salat istisqâ. Istisqâ bermakna memohon untuk dapat meminum air. Tatkala hujan jarang turun, sungai-sungai menjadi kering dan langit disebabkan oleh merajalelanya dosa-dosa, kufur nikmat, hak-hak tidak ditunaikan, mengurangi timbangan, kezaliman, meninggalkan amar makruf dan nahi mungkar, dan seterusnya, ...
  • Mengapa muncul aliran-aliran filsafat? Apa saja aliran filsafat Islam itu?
    38642 Garis Besar 2013/12/05
    Sebab munculnya aliran-aliran filsafat adalah lantaran perbedaan pandangan para filosof terkait dengan definisi filsafat yang berbuntut pada perbedaan beberapa prinsip sehingga menyebabkan berdirinya beberapa aliran filsafat. Secara teori, aliran-aliran filsafat dalam peradaban Islam terdiri dari dua yaitu Peripatetik (Massyâ) dan Iluminasionis (Isyrâq). Sumber dua aliran ini pada ...
  • Apakah menablighkan agama (mengajarkan dan membimbing non-Muslim dan lain sebagainya) diwajibkan bagi setiap Muslim?
    11832 Akhlak Praktis 2012/04/03
    Islam adalah sebuah agama global, universal, paling sempurna dan paling akhir dari agama-agama yang pernah diturunkan Allah Swt. Atas dasar itu, seluruh manusia, dari mana pun suku dan bangsanya, harus mengenal agama ini. Satu-satunya jalan untuk memperkenalkan ajaran membina manusia ini kepada bangsa-bangsa lain adalah ...
  • Apakah dosa besar akan diampuni?
    37253 Akhlak Praktis 2011/01/08
    Dosa besar merupakan sebuah dosa yang dijanjikan azab dalam al-Qur’an atau dalam riwayat bagi mereka yang mengerjakannya. (Terdapat beberapa kriteria lainnya yang disebutkan terkait dengan sebuah perbuatan sehingga disebut sebagai dosa besar). Demikian juga dosa kecil dengan adanya pengulangan (dengan getol melakukan hal tersebut) akan berubah menjadi ...
  • Apakah peran Islam dalam kemajuan peradaban manusia?
    58017 Sejarah Fikih 2012/02/16
    Peradaban pada setiap bangsa merupakan tanda-tanda kemajuan dan perkembangan bangsa tersebut. Histori terbentuknya peradaban di negara-negara Islam adalah bermakna bahwa mereka memiliki produksi pemikiran, kekayaan, saham dan juga kudrat dan kekuasaan. Karena jika selain ini yang terjadi, maka peradaban tidak akan terbentuk. Peradaban adalah dengan makna penerimaan untuk menempati ...
  • Siapakah yang dimaksud dengan orang-orang Majusi?
    59253 Teologi Lama 2012/06/09
    Kata “majusi” yang disebut dalam bahasa Arab yaitu orang-orang Zoroaster diadaptasi dari kata “ma-gu-sy” atau “magu” Persia kuno yang kemudian menjadi Magus setelah kata ini masuk dalam peristilahan bahasa Yunani. Kata magic dalam bahasa Inggris juga diadopsi dari kata ini. Dengan masuknya kata ini ke dalam bahasa ...
  • Bagaimana para khalifah kok bisa sukses memimpin pemerintahan sementara Imam Ali As tidak sukses?
    9807 Sejarah Kalam 2011/04/19
    Dalam pertanyaan ini terdapat pernyataan-pernyataan klaimitis yang tidak dapat diterima yang akan disebutkan sebagaimana berikut ini: 1.     Harap diketahui bahwa dengan asumsi riwayat-riwayat yang menghukum kekufuran dan kemunafikan sahabat di dalamnya kita terima namun hukum kekufuran dan ...
  • Apakah ada ayat al-Quran yang menjelaskan tentang kaum Israel dan Palestina?
    115251 Tafsir 2013/10/26
    Sebagaimana yang Anda ketahui bahwa “negara” Israel tidak memiliki sejarah yang panjang. “Negara” Israel berdiri pada beberapa dasawarsa terakhir dengan mencaplok tanah Palestina. Kawasan ini bernama Palestina dan Suriah yang telah dikenal sebelumnya dalam sejarah. Adapun tentang wilayah Palestina sebagian ahli tafsir berkata, “Yang dimaksud dengan tanah ...

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261090 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246245 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230038 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214895 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176224 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171541 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168015 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158052 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140834 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133987 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...