Please Wait
9909
Allah Swt berfirman dalam al-Qur’an, “ Hai manusia, kamulah yang memerlukan kepada Allah; dan hanya Allah-lah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji. ” (Qs. Al-Fathir [35]:15) Sifat mahakaya dan tidak membutuhkan merupakan salah satu sifat tsubutiyah Tuhan. Penetapan sifat Tuhan secara umum dilakukan setelah penetapan keberadaan Tuhan. Sifat mahakaya yang bermakna bahwa Tuhan tidak membutuhkan sesuatu juga hanya dapat dilakukan setelah menetapkan keberadaan, keesaan dan ketidakbersebaban Tuhan.
Di sini kami hanya akan menjelaskan argumen wujub dan imkan yang umumnya berpulang pada kekayaan dan ketidakbutuhan Tuhan dari sudut pandang bahwa Tuhan tidak membutuhkan kepada sebab dan pengada.
Apabila kita memaknai ghina (mahakaya) sebagai tidak membutuhkan pada asli wujud dan dengan makna ini kita ingin menetapkan wujud Tuhan maka argumen wujub dan imkan dapat memberikan ulasan atas masalah ini.
Burhan Wujub dan Imkan (Ghani dan Faqr) [1]
Seluruh entitas yang kita saksikan di dunia ini suatu hari sebelumnya adalah tiada kemudian mengenakan busana keberadaan. Atau dengan ungkapan lebih akurat, seluruh entitas tersebut tadinya tidak ada kemudian mengada. Hal ini merupakan dalil bahwa mereka adalah “akibat” dari entitas lainnya dan tidak memiliki keberadaan dari dirinya.
Kita tahu bahwa setiap entitas akibat (effect) bergantung dan berpijak di atas sebabnya dan sekujur eksistensinya membutuhkan dan memerlukan kepada sebab. Apabila sebab tersebut juga merupakan akibat dari sebab lainnnya maka ia pada gilirannya juga membutuhkan dan memerlukan pada sebab yang lain. Dan apabila hal ini berlanjut seterusnya hingga tiada batas maka yang akan terjadi adalah tasalsul (infinite circle). Maka kita akan memiliki sekumpulan entitas yang membutuhkan dan fakir, tentu saja kumpulan entitas seperti ini tidak akan pernah mengada karena tidak terbatas membutuhkan adalah membutuhkan dan tidak terbatas fakir adalah fakir. Tentu saja angka kosong tanpa batas sekali-kali tidak akan pernah menghasilkan sebuah angka dan ketergantungan tiada batas tidak akan pernah melahirkan kemandirian.
Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pada akhirnya kita harus sampai pada sebuah entitas yang berdiri sendiri dan mandiri dari seluruh dimensi. Entitas ini adalah sebab dan bukan akibat. Dia adalah Wujud Mesti (Wajib al-Wujud). Entitas seperti ini yang merupakan sebab mutlak tidak membutuhkan terhadap segala sesuatu dan pada seluruh inti keberadaan dan keberlanjutan keberadaannya butuh dan perlu kepadanya. [2]
Penjelasan kebutuhan ini adalah bahwa Allah Swt adalah sumber segala ciptaan dan Pemberi segala kesempurnaan. Karena itu, Dia harus memiliki segala sesuatu sehingga seluruh entitas membutuhkan kepada-Nya. Karena seseorang yang memberikan sesuatu harus memiliki sesuatu sehingga ia dapat memberi. Dengan demikian, Dia adalah kaya secara mutlak. Karena apabila dari satu sisi Dia kaya dan dari satu sisi membutuhkan maka dari sisi ini Dia tidak dapat memberikan kesempurnaan dan hal ini berseberangan dengan asumsi yang ada. Karena kita katakan bahwa Dia adalah Pemberi segala kesempurnaan. [3] [IQuest]
Kami mempersilahkan Anda untuk melihat beberapa pertanyaan terkait pada site ini, 8515 (Site: 8551) , 2944 (Site: 3167), 10322 (Site: 12562). [4]