Advanced Search
Hits
6485
Tanggal Dimuat: 2011/06/08
Ringkasan Pertanyaan
Mengingat bahwa masyarakat tidak maksum lantas bagaimana kita dapat meyakini bahwa mereka yang memilih wali fakih tidak melakukan kesalahan?
Pertanyaan
Mengingat bahwa wali fakih adalah pilihan rakyat suatu masa dan kita ketahui bahwa rakyat adalah orang yang tidak terlepas dari perbuatan dosa. Karena itu mereka tidak dapat memilih wali untuk masa mereka sebagaimana orang-orang terdahulu tidak dapat memilih para rasul. Karena itu, apakah wali fakih juga harus dipilih oleh Tuhan karena alasannya wajib bagi kita mematuhi perintah-perintah wali fakih?
Jawaban Global

Seluruh hidayah, kemajuan dan kesempurnaan umat manusia berhutang budi pada seorang pemimpin yang cakap dan ketaatan kepadanya. Dalam pandangan Syiah, pemimpin masyarakat pada masa okultasi Imam Zaman Ajf, yaitu pada sebuah masa ketika tangan-tangan semua orang tidak dapat mencapai Imam Maksum As, maka kepemimpinan masyarakat berada di pundak para juris adil dan memiliki selaksa syarat kefakihan.

Mereka harus memenuhi syarat-syarat seperti iman, keadilan, takwa, kefakihan dan kepakaran dalam masalah Islam. Di samping itu, mengetahui dan menguasai masalah-masalah yang berkembang di suatu zaman, memiliki kemampuan dan perencanaan yang baik. Kebalikannya, ia tidak memiliki sifat-sifat serakah, bakhil, tamak, cinta kekuasaan, opurtunis dan berpandangan lemah. Memilih orang seperti ini untuk menduduki posisi penting pemimpin dan pengayom (wali) masyarakat Islam merupakan sebuah perkara yang sangat pelik yang tidak dapat dipenuhi oleh setiap orang.

Atas dasar itu, dalam Konstitusi Republik Islam Iran, tugas ini berada di pundak para ahli dan pakar yang bertakwa yang dipilih oleh rakyat dengan suara mayoritas. Pada hakikatnya, pemilihan ini, dengan satu perantara, adalah pemilihan yang dilakukan oleh rakyat; karena rakyatlah yang memilih para pakar dengan suara mayoritas dan kemudian para pakar ini yang memilih Pemimpin Agung (Rahbar Mua’zzham) dengan suara mayoritas.

Karena itu, meski terdapat kemungkinan adanya kesalahan namun sistem yang ada telah dicanangkan sedemikian rupa supaya dapat meminimalisir kesalahan ini. Dan jelas bahwa selama kesalahan masyarakat dan para pakar belum terbukti maka setiap orang memiliki tugas untuk mematuhi dan menjalankan aturan yang ada.

Jawaban Detil

Salah satu kebutuhan urgen umat manusia adalah memiliki pemimpin yang cakap dan kapabel. Ketaatan dan kepatuhan terhadapnya yang diakui dan disepakati oleh seluruh orang berakal. Karena tanpa pemimpin, tidak hanya kondisi chaos dan anarkis bakalan terjadi, juga kesatuan dan persatuan dalam masyarakat juga tidak akan pernah terwujud lantaran setiap jenis kemajuan dan kebahagiaan tidak pernah dapat tercipta dalam kehidupan masyarakat.

Dalam pandangan Syiah, kepemimpinan umat pada derajat pertama berada di pundak para pemimpin Ilahi (para nabi dan imam maksum) yang telah dipilih oleh Allah Swt untuk mengemban tugas mahapenting ini. Namun pada masa okultasi ketika umat tidak dapat mengakses dan berhubungan langsung dengan imam maksum, tanggung jawab ini berada di pundak para juris adil yang memenuhi selaksa syarat kefakihan. Imam Shadiq As bersabda, “Kapan saja (seorang fakih) mengeluarkan hukum berdasarkan hukum kami kemudian (ada) seseorang yang tidak mematuhinya maka sesungguhnya ia telah memandang enteng hukum Tuhan dan telah menentang kami. Barang siapa yang menentang kami maka ia telah menentang Allah Swt yaitu berada pada batasan syirik.”[1]

Syaikh Shaduq As, dari sanad muktabar dari Ishak bin Yakub, meriwayatkan bahwa, dari Muhammad bin Usman Amri (deputi khusus kedua Imam Mahdi Ajf pada masa okultasi minor), saya ingin menyampaikan sebuah surat yang di dalamnya terkandung beberapa pertanyaan pelik kepada Imam Zaman Ajf. Sebagai jawabannya terkirim surat yang ditulis oleh tuanku Imam Zaman Ajf menyebutkan, “Wa amma al-hawadits al-waqia’ farju’ fiha ila ruwat haditisna. Fainnahum hujjati ‘alaikum wa ana hujjatulahi ‘alaikum...”[2] (Adapun terkait dengan pelbagai peristiwa yang terjadi maka hendaklah kalian merujuk kepada para periwayat hadis kami (fakih) karena mereka adalah hujjahku bagi kalian dan aku adalah Hujjah Tuhan bagi kalian).[3]

Karena itu, disebabkan tiadanya akses kepada seorang pemimpin maksum maka juris yang memenuhi selaksa persyaratan kefakihan sebagai wali fakih yang mengemban pos wilayah, kepemimpinan, dan pengaturan urusan umat Islam pada masa okultasi. Mengingat bahwa banyaknya sentra-sentra pengambilan keputusan di dalamnya akan berujung pada chaos dalam segala urusan dan masalah kepemimpinan dan pengaturan urusan umat Islam berpijak di atas keteraturan dan keselarasan maka akal menuntut bahwa satu orang yang harus menjabat sebagai pemimpin.

Atas dasar ini, ketaatan kepada wali fakih menjadi wajib bagi semua bahkan bagi juris lainnya.[4] Dan ketika salah seorang dari fakih telah mengambil inisiatif membentuk pemerintahan dan memikul jabatan kepemimpinan maka juris lainnya bertugas untuk mematuhinya dan tidak dibenarkan untuk turut campur dalam urusan-urusan yang berhubungan dengan pemerintahan.[5]

Adapun bahwa pemimpin seperti ini pada akhirnya merupakan seorang manusia biasa yang boleh jadi salah, keliru, menyimpang dan menyalah gunakan kekuasaan dan jabatan dan seterusnya? Dalam hal ini apa yang harus dilakukan? Islam telah memikirkan persiapan-persiapan pendahuluan yang sangat bijaksana sehingga kerugian yang bersumber dari bahaya-bahaya seperti ini diminimalisir seperti dalam menentukan syarat-syarat khusus bagi seseorang yang menduduki posisi ini, misalnya, pertama, beriman, adil dan bertakwa. Kedua, fakih yang pakar dalam Islam dan cakap terhadap masalah-masalah yang berkembang pada zamannya. Ketiga, memiliki kemampuan dan perencaan baik. Keempat, tidak memiliki sifat-sifat tercela seperti tamak, bakhil, serakah, cinta kekuasaan, oportunis, bersikap lemah[6] dan lain sebagainya. Kemudian di antara orang-orang yang memenuhi persyaratan maka sebaiknya yang dipilih adalah orang yang paling baik dan paling berkuasa. Nah sekarang apa yang harus dilakukan untuk memilih pemimpin dan apa jalan terbaik untuk menunaikan pekerjaan ini?

Dengan memperhatikan bahwa pada masa ghaibat (okultasi) Imam Zaman Ajf secara langsung tidak mengangkat seseorang untuk menduduki posisi ini maka nampaknya jalan terbaik untuk memilih yang benar adalah pemilihan oleh mayoritas rakyat; karena meski setiap orang tidak terlepas dari dosa dan kesalahan dan juga mayoritas boleh jadi melakukan kesalahan, namun tatkala mayoritas rakyat dengan sadar dan bebas memilih sesuatu atau seseorang, maka kesalahan-kesalahan mereka akan berkurang.

Metode ini hari ini telah mendapat perhatian dan telah diamalkan pada masyarakat modern. Dalam Konstitusi Republik Islam Iran juga dalam pemilihan pemimpin dan wali fakih metode ini juga telah ditetapkan. Dalam konstitusi Republik Islam Iran disebutkan, “Pasca wafatnya marja agung taklid dan pemimpin besar Revolusi dunia Islam dan bapak pendiri Republik Islam Iran Ayatullah Agung Imam Khomeini yang telah diterima oleh hampir mayoritas rakyat sebagai marja dan pemimpin maka penentuan pemimpin berada di pundak dewan pakar yang dipilih dengan suara mayoritas rakyat. Dewan Pakar yang memilih pemimpin, bermusyarawah dan mengkaji seluruh juris yang memenuhi syarat sebagaimana yang disebutkan dalam prinsip kelima dan seratus sembilan bahwa kapan saja salah satu dari mereka diidentifikasi sebagai lebih pandai (a’lam) terhadap hukum-hukum dan subyek-subyek fikih atau masalah-masalah politik, sosial dan diterima secara umum atau memiliki keunggulan khusus pada salah satu karakteristik yang disebutkan pada Pasal 107 maka ia akan dipilih sebagai seorang pemimpin.”[7]

Anggota Dewan Pakar untuk memilih Pemimpin juga dipilih secara langsung di antara orang-orang ahli, spesialis, bertakwa, dan terpercaya oleh rakyat. Karena itu, mengingat bahwa pemimpin dan wali fakih adalah orang yang dipilih oleh dewan pakar rakyat dan dewan pakar juga adalah orang-orang yang dipilih rakyat pemilihan ini sangat dekat dengan kenyataan dan memiliki perhitungan tingkat tinggi sehingga urusan kepemimpinan umat diserahkan kepada sebaik-baik orang yang memiliki selaksa persyaratan pada tingkatan tertinggi untuk posisi strategis ini. Di samping tugas ini, Dewan Pakar memiliki tugas untuk mengawasi bahwa pemimpin memenuhi syarat-syarat, kinerja dan menunaikan tugasnya dengan benar dan juga bertugas kapan saja yang dipandang maslahat bahwa pemimpin telah kehilangan syarat-syaratnya, Dewan Pakar dapat memakzulkannya dan menggantikannya dengan seseorang yang lebih layak.

Dengan memperhatikan atas apa yang telah disampaikan di atas nampaknya proses pemilihan pemimpin di negara Republik Islam Iran adalah sebaik-baik proses yang dapat dilakukan. Di samping itu, apabila Anda memberikan kemungkinan bahwa terdapat sebuah metode yang lebih baik yang dapat dilakukan maka jangan sungkan-sungkan untuk menyampaikannya kepada kami sehingga kita dapat membahasnya bersama. [IQuest]

 

Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat beberapa indeks terkait berikut ini:

1.     Indeks: Syarat-syarat Wali Fakih, Pertanyaan 4072 (Site: 4346)

2.     Indeks: Penentuan Wali Fakih, Pertanyaan 786 (Site: 845)

3.     Indeks: Keluasan Wilâyah Fakih terkait dengan Negeri-negeri Lainnya, Pertanyaan 1439 (Site: 1445)



[1]. Wasâil al-Syiah, jil. 1, hal. 67.  

[2]. Wasâil al-Syiah, jil. 27, hal. 140.  

و اما الحوادث الواقعة فارجعوا فیها الی رواة حدیثنا، فانهم حجتی علیکم و انا حجة الله علیکم...

[3]. Untuk informasi lebih jauh seputar pembahasan riwayat ini, silahkan Anda lihat, Mahdi Hadawi Tehrani, Wilâyat wa Diyânat, hal. 94-102.  

[4]. Mahdi Hadawi Tehrani, Wilâyat wa Diyânat, hal. 142.   

[5]. Diadaptasi dari Pertanyaan 786, (Site: 845), Indeks: Menetapkan Wali Fakih.  

[6]. Diadaptasi dari Pertanyan 920 (Site: 2975), Indeks: Wali Fakih dan Kemaksuman.  

[7]. Qanun Asasi Jumhuri Islami Iran, Pasal 107.  

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261167 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246285 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230071 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214943 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176264 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171577 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168066 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158102 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140903 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134012 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...