Please Wait
14706
- Share
Manusia adalah entitas sosial yang membutuhkan hubungan, persahabatan dan kecintaan terhadap sesamanya. Memberikan salam merupakan langkah pertama untuk membina hubungan baik antara dua manusia yang membawa beragam pesan seperti persahabatan, ketulusan, kecintaan, kerendahan hati, doa kebaikan, memberikan jaminan kepada pihak lawan bicara dan lain sebagainya.
Lafaz salam merupakan sebuah kata yang sangat indah dan sarat makna yang dengannya kita menyampaikan doa kebaikan dan harapan keselamatan kepada lawan bicara kita dan pada saat yang sama kita memberikan jaminan kepadanya bahwa ia tidak akan menjumpai bahaya dan kerugian dari sisi kita yang memberikan salam.
Dalam beberapa riwayat dari Rasulullah Saw disebutkan bahwa memberikan salam sebagai salah satu faktor bertambahnya persahabatan dan kecintaan.[1] Atas dasar itu, dalam Islam sangat dianjurkan supaya seseorang memberikan salam kepada orang lain dan memandang perbuatan tersebut sebagai sebuah amalan yang dianjurkan mengingat ganjaran pahala yang diberikan dari sisi Allah Swt. Imam Husain As bersabda, “Memberikan salam memiliki tujuh puluh ganjaran dimana enam puluh sembilan bagi orang yang menyampaikan salam dan satu bagian bagi orang yang menjawabnya.”[2] Lantaran memberikan salam merupakan sebuah amalan yang dianjurkan namun wajib menjawabnya.
Demikian juga Imam Husain As bersabda, “Orang bakhil adalah orang yang enggan memberikan salam.”[3] Karena itu, apa yang disebutkan dalam riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw senantiasa terlebih dahulu memberikan salam kepada orang lain dan tiada seorang pun yang berhasil mendahului beliau dalam memberikan salam. Hal ini bukan merupakan sebuah hal yang aneh. Karena Rasulullah Saw memiliki keyakinan sempurna dan luar biasa terhadap kebenaran Islam dan hukum-hukum agama Ilahi. Beliau pasrah sepenuh hati di hadapan instruksi-instruksi Allah Swt. Dari sisi lain, beliau adalah teladan dan panutan bagi kaum Muslimin.[4] Oleh itu, mengamalkan apa yang disampaikannya dan mengingat dengan amalannya beliau mengajak masyarakat untuk menjalankan perintah-perintah Islam sehingga masyarakat Islam memperoleh manfaat dari hasil-hasil yang diperoleh. Buah dari perintah-perintah ini adalah persahabatan dan kecintaan yang tersebar di kalangan kaum Muslimin. [iQuest]
[1]. Mustadrak al-Wasâil, jil. 8, hal. 454.
"قَالَ ع طَلَاقَةُ الْوَجْهِ بِالْبِشْرِ وَ الْعَطِيَّةِ وَ فِعْلُ الْبِرِّ وَ بَذْلُ التَّحِيَّةِ دَاعٍ إِلَى مَحَبَّةِ الْبَرِيَّةِ".
[2]. Tuhaf al-‘Uqûl, terjemahan Persia Ja’fari, hal. 229.
[3]. Ibid, hal. 229.
[4]. “Sesungguhnya pada (diri) Rasulullah itu terdapat suri teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Qs. Al-Ahzab [33]:21)