Advanced Search
Hits
15551
Tanggal Dimuat: 2011/03/05
Ringkasan Pertanyaan
Apakah dan bagaimanakah burhân (tanda) Ilahi itu yang menjaga Nabi Yusuf dari perbuatan dosa?
Pertanyaan
Allah Swt dalam Kitab Suci-Nya tepatnya pada surah Yusuf terkait peristiwa permintaan Zulaikha kepada Yusuf untuk memenuhi rayuannya, “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. (Qs. Yusuf [12]:24) Pertanyaan saya apakah tanda dan burhân yang dilihat Yusuf dari sisi Allah Swt itu dan bagaimana hal itu terjadi?
Jawaban Global

Burhân bermakna dalil definitif dan sesuatu yang mendatangkan keyakinan. Meski dalam al-Qur’an tidak disebutkan tentang bagaimana burhân ini, namun jelas bahwa apa yang ditunjukkan kepada Yusuf As bukanlah termasuk dari pengetahuan-pengetahuan biasa. Terdapat beberapa kemungkinan terkait dengan burhân ini:

1.     Sejenis ilmu yang tersingkap (maksyuf), dimana jiwa manusia dengan melihatnya, sedemikian patuh dan taat sehingga ia tidak lagi memiliki kecendrungan untuk berbuat maksiat.

2.     Makam kenabian dan kemaksuman Yusuf dari perbuatan dosa.

3.     Sejenis pertolongan Ilahi yang diberikan kepada Yusuf lantaran amalan-amalan baiknya.

4.     Revolusi yang bergolak dalam diri Yusuf tatkala melihat Zulaikah menutupi berhalanya lantaran ingin menutupi rasa malu dan semakin membulatkan tekad Yusuf untuk meninggalkan dosa.

5.     Berita tentang keharaman dan azab Ilahi bagi para pezina.

 

Terdapat juga beberapa riwayat yang disodorkan tanpa bukti (sanad yang jelas) yang menerangkan bahwa Yusuf memutuskan untuk berbuat dosa dan menyesal setelah melihat burhân Ilahi. Tentu riwayat-riwayat seperti ini tidak sesuai dengan kedudukan nabi Ilahi dan karena itu tertolak.

Jawaban Detil

Burhân” pada dasarnya derivasinya adalah “burha” yang bermakna memutih.[1] Segala jenis dalil kokoh dan kuat yang menyebabkan terang dan mendatangkan keyakinan disebut sebagai burhân. Atas dasar itu, al-Qur’an pada ayat lain menyebut mukjizat[2] dan bukti kebenaran[3] (hujjah qath’i) sebagai burhân.

Adapun burhân yang disaksikan oleh Nabi Yusuf dari sisi Tuhan meski tidak begitu jelas pada firman Allah Swt terkait dengan apakah burhân itu namun ia merupakan salah satu media yang mendatangkan keyakinan. Para penafsir menyodorkan beberapa kemungkinan terkait dengan hakikat dan bagaimana proses terjadinya sebagaimana berikut:

1.     Burhân yang disebutkan tidak bersumber dari sejenis pengetahuan yang diketahui secara umum oleh manusia; artinya bukan merupakan pengetahuan terhadap kebaikan (husn) dan keburukan (qubh), kemaslahatan dan kejelekan pelbagai perbuatan, melainkan bersumber dari burhân yang ditunjukkan Tuhan kepada para hambanya yang tulus. Burhân tersebut adalah sejenis ilmu yang tersingkap dan keyakinan yang disaksikan dan dilihat, dimana jiwa manusia dengan melihatnya, sedemikian patuh dan taat sehingga ia tidak lagi memiliki kecendrungan untuk berbuat maksiat dan dosa.[4]

2.     Burhân Ilahi adalah derajat kenabian dan kemaksuman dari dosa yang dimiliki oleh Nabi Yusuf As. Sebagaimana dalam sebuah riwayat yang dinukil dari Imam Shadiq As yang bersabda, “Burhân Ilahi adalah keindahan kenabian dan cahaya ilmu serta hikmah yang dianugerahkan Tuhan ke dalam dirinya, sebagaimana Allah Swt berfirman, “Dan tatkala dia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Yusuf [12]:22)[5]

3.     Burhân ini adalah sejenis pertolongan dan bantuan Ilahi yang datang kepadanya pada saat-saat kritis seperti ini lantaran amalan-amalan baik yang telah dikerjakannya.[6]

4.     Dari sebuah riwayat dapat disimpulkan[7] bahwa di tempat itu terdapat sebuah berhala yang merupakan sembahan suami Zulaikha. Tiba-tiba mata wanita itu jatuh kepada berhala, seolah-olah merasa bahwa berhala tersebut melihat kepadanya dan menyaksikan pengkhianatan Zulaikha. Zulaikah bertindak dan melemparkan selembar kain ke atas patung berhala. Menyaksikan pemandangan ini, hati Yusuf berdegup kencang dan berkata (kepada Zulaikha), “Engkau merasa malu kepada sebuah patung tanpa akal dan pikiran. Tanpa rasa dan tidak mampu mengidentifikasi. Bagaimana mungkin saya tidak merasa malu kepada Tuhanku yang mengetahui segala sesuatu dan memiliki kabar terhadap segala yang tersembunyi?”

Perasaan ini memberikan kekuatan dan energi baru kepada Yusuf dan menolongnya dalam melancarkan perlawanan sengit yang berkecamuk dalam dirinya antara insting dan akalnya sehingga dapat memukul mundur gelombang insting yang memberontak.[8]

5.     Burhân yang disebutkan adalah hujjah dan sebuah dalil yang ditentukan Tuhan bagi pezina dan informasi tentang azab serta hukuman yang setimpal dan layak bagi pelaku zina.[9]

 

Namun perlu disebutkan bahwa sebagian penafsir juga menukil beberapa riwayat tanpa bukti (sanad) yang menyatakan bahwa Yusuf memutuskan untuk berbuat dosa (memenuhi permintaan Zulaikha) yang tiba-tiba dalam sebuah kondisi mukasyâfah ia menyaksikan Jibril atau Yakub yang menggigit jarinya sehingga membuat Yusuf menyurutkan niatnya.

Riwayat-riwayat semacam ini tidak memiliki sanad standar dan tergolong sebagai riwayat-riwayat israiliyyat. Riwayat-riwayat ini adalah rekaan pikiran manusia yang kerdil pemikirannya yang sama sekali tidak mengenal derajat dan kedudukan para nabi[10] atau buah pikiran manusia yang memiliki permusuhan dan penentangan yang tidak pernah ingin mengetahui derajat dan kedudukan para nabi. [IQuest]



[1]. Tafsir Nemune, Nashir Makarim Syirazi, jil. 9, hal. 373, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1374 S.  

[2]. “Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan. Kedua hal itu adalah dua mukjizat dari Tuhan-mu (yang akan kamu bawa untuk menghadapi) Fira‘un dan pembesar-pembesarnya.” (Qs. Al-Qashash [28]:32)

[3]. “Katakanlah, “Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.”(Qs. Al-Naml [27]:64) 

[4]. Al-Mizân fi Tafsir al-Qur’ân, Muhammad Husain Thabathabai, terjemahan Sayid Muhammad Baqir Musawi Hamadani, jil. 11, hal. 174, Daftar-e Intisyarat-e Islami Jame’e Mudarrisin Hauzah ‘Ilmiyah Qum, 1374 S.  

[5]. Kasyf al-Asrâr wa ‘Iddat al-Abrâr, Rasyid al-Din Maibadi , jil. 5, hal. 58, Intisyarat Amir Kabir, Cetakan Kelima, Teheran, 1371 S.

[6]. Tafsir Nemune, Nashir Makarim Syirazi, jil. 9, hal. 373.  

[7]. ‘Uyûn Akhbâr al-Ridhâ, Syaikh Shaduq, jil. 2, hal. 45, Intisyarat-e Jahan, 1378 S.

 [8]. Tafsir Nemune, Nashir Makarim Syirazi, jil. 9, hal. 373.   

[9]. Majma’ al-Bayân fi Tafsir al-Qur’ân, Fadhl bin Hasan Thabarsi, jil. 12, hal. 197, Intisyarat-e Farahani, Teheran, 1360 S.  

[10]. Tafsir Nemune, Nashir Makarim Syirazi, jil. 9, hal. 374 

Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261167 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246285 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230071 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214943 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176264 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171577 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168066 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158102 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140903 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134012 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...