Please Wait
Hits
17511
17511
Tanggal Dimuat:
2015/02/04
Ringkasan Pertanyaan
Bagaimana taubat dalam agama Yahudi dan Kristen apakah sesuai dengan taubat yang diajarkan dalam agama Islam?
Pertanyaan
Tolong Anda jelaskan konsep orang suci dan pengampunan dosa menurut agama Kristen, Islam dan Yahudi.
Jawaban Global
Terdapat banyak kemiripan terkait dengan cara-cara bertaubat menurut agama Islam dan Yahudi. Namun pemeluk agama Kristen pada masa sekarang memberikan cara yang bertentangan dalam mengajarkan tentang cara bertaubat, seperti baptis dan pengakuan dosa-dosa di hadapan pendeta!
Pembaptisan ada kaitannya dengan konsep dosa asal. Mandi baptis pada dasarnya keluarnya seseorang dari dosa dan masuknya ke dalam kesucian. Oleh karena itu, pembaptisan adalah pemurnian jiwa dan pembersihan dosa asal.
Cara lain bertaubat dalam agama Kristen adalah pengakuan dosa-dosa di hadapan pendeta (sacramen) kemudian pemaafan yang dilakukan oleh pendeta itu. Dalam cara ini, orang yang berdosa pergi ke hadapan pendeta dan mengakui perbuatan-perbuatan dosanya di hadapan pendeta. Pendeta itu dengan menentukan bayaran dan tebusan atas dosa-dosa yang dilakukannya akan mengampuni dosa-dosanya, demikianlah cara mengampuni dosa orang-orang yang bersalah.
Mengakui dosa dan bahkan cara ini tidak diakui dalam agama Islam dan bukan hanya tidak menghilangkan dosa-dosa, perbuatan ini sendiri merupakan perbuatan dosa. Dalam agama Islam, pengakuan dosa di hadapan seseorang merupakan perbuatan haram dan manusia tidak boleh mengungkapkan dosanya kepada selain Tuhan. Inilah perbedaan antara ajaran agama Islam dan Kristen.
Pembaptisan ada kaitannya dengan konsep dosa asal. Mandi baptis pada dasarnya keluarnya seseorang dari dosa dan masuknya ke dalam kesucian. Oleh karena itu, pembaptisan adalah pemurnian jiwa dan pembersihan dosa asal.
Cara lain bertaubat dalam agama Kristen adalah pengakuan dosa-dosa di hadapan pendeta (sacramen) kemudian pemaafan yang dilakukan oleh pendeta itu. Dalam cara ini, orang yang berdosa pergi ke hadapan pendeta dan mengakui perbuatan-perbuatan dosanya di hadapan pendeta. Pendeta itu dengan menentukan bayaran dan tebusan atas dosa-dosa yang dilakukannya akan mengampuni dosa-dosanya, demikianlah cara mengampuni dosa orang-orang yang bersalah.
Mengakui dosa dan bahkan cara ini tidak diakui dalam agama Islam dan bukan hanya tidak menghilangkan dosa-dosa, perbuatan ini sendiri merupakan perbuatan dosa. Dalam agama Islam, pengakuan dosa di hadapan seseorang merupakan perbuatan haram dan manusia tidak boleh mengungkapkan dosanya kepada selain Tuhan. Inilah perbedaan antara ajaran agama Islam dan Kristen.
Jawaban Detil
Pada dasarnya semua agama mengakui hak dan batil dan masing-masing memberikan definisi tentangnya. Kebahagiaan menurut semua ajaran agama pada umumnya akan terwujud ketika seseorang sampai ke tujuan yang ingin dicapai dengan cara yang benar dan hakiki.
Sebaliknya, terdapat seseorang yang memilih kesesatan dan penyimpangan, berpaling dari kebahagiaan dan mengambil langkah yang salah. Pada umumnya, semua agama memberikan jalan untuk kembali ke jalan yang benar terhadap orang-orang yang berbuat dosa dengan cara bertaubat.
Taubat adalah kemurahan yang bersumber dari Tuhan dan apabila gerbang taubat tertutup, yaitu cara yang penuh dengan pancaran kemurahan dan mujarab yang diberikan kepada hamba-Nya itu tertutup, maka tidak seorang pun yang akan memperoleh kebahagiaan karena pada umumnya manusia –selain orang-orang yang telah dijaga oleh Allah Swt- tercampuri dosa dan kesalahan karena mengikuti hawa nafsu.
Dalam Islam terdapat ajaran bertaubat untuk kembali kepada Allah Swt, di mana pembahasan tentang taubat sangat luas dan kami telah menulis beberapa jawaban tentang masalah tersebut.[1]
Sekarang kami akan menjelaskan tentang taubat dalam perspektif agama Yahudi dan Kristen.
Taubat dalam Perspektif Agama Yahudi
Sebagian cara-cara bertaubat yang ada pada agama Yahudi mempunyai kemiripan dengan cara-cara bertaubat yang terdapat dalam agama Islam. Kemiripan ini tidak hanya pada garis besarnya saja, namun juga pada hal-hal yang bersifat partikular seperti berzikir dalam doa-doa dan salat-salat, cara bertaubat dan keutamaan bertaubat pada hari-hari tertentu.
Alkitab mencantumkan tentang dosa-dosa dan pengampunan dalam berbagai ayat. Namun yang harus diketahui adalah pembersihan dosa itu bukan merupakan perkara yang mudah untuk diperoleh. “Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman."[2]
Beberapa kandungan ayat-ayat al-Quran juga mempunyai makna seperti yang ada di Alkitab.[3]
Taubat dalam agama Yahudi tidak hanya berkenaan dengan dosa-dosa perbuatan seperti: mencuri, menzalimi orang lain, namun juga mencakup pikiran dan perasaan yang tidak terpuji karena hasad dan dengki, di mana hal ini efeknya juga dirasakan oleh orang lain, dan dengan sebab ini pula karena lebih banyak kesempatan untuk melakukan hal itu, maka hal itu juga memerlukan taubat dan pembayaran kifarah.[4] Tentang hal ini juga agama Islam juga menerimanya.[5]
Dalam agama Yahudi terdapat pengakuan dosa. “Jadi apabila ia bersalah dalam salah satu perkara itu, haruslah ia mengakui dosa yang telah diperbuatnya itu.”[6] Namun tidak ada dalil yang menyatakan bahwa pengakuan dosa harus dengan menggunakan suara yang keras dan disampaikan di hadapan masyarakat atau juga di hadapan tokoh agama.
Menurut keyakinan Yahudi, terdapat pula kifarah untuk menebus dosa yang dilakukan. “Tiap-tiap hari haruslah engkau mengolah seekor lembu jantan menjadi korban penghapus dosa untuk mengadakan pendamaian dan haruslah kausucikan mezbah itu, dengan mengadakan pendamaian baginya; haruslah engkau mengurapinya untuk menguduskannya. Tujuh hari lamanya haruslah engkau mengadakan pendamaian bagi mezbah itu; haruslah engkau menguduskannya, maka mezbah itu akan menjadi maha kudus; setiap orang yang kena kepada mezbah itu akan menjadi kudus."[7]
Dalam Islam juga terdapat ayat yang menyebutkan tentang kifarah sebagai media penebus dosa.[8]
Tentunya pada zaman dahulu ketika ada Bait Salomo (Kuil Sulaiman yang pada masa sekarang salah satu dari tembok itu dijadikan tembok ratapan di samping Masjid al-Aqsha), taubat pada umumnya disertai dengan pelaksanaan kurban dan untuk setiap bagian dari dosa terdapat kurban di mana dijelaskan dalam ayat-ayat Alkitab.[9] Namun pada masa sekarang hal itu sudah digantikan dengan dzikir dan doa.
Akhirnya sebagai penutup, bentuk khusus taubat yang dilakukan oleh kaum Yahudi disebutkan dalam al-Quran yang disebut sebagai membunuh jiwa.[10]
Taubat dalam agama Kristen
Agama Kristen agak berbeda dalam memandang masalah taubat. Sebelum membahas tentang cara-cara untuk bertaubat dalam agama Kristen, harus diperhatikan terlebih dahulu bahwa prinsip emanasi, azas dan kepercayaan agama Kristen mengharuskan terlebih dahulu untuk mempercayai prinsip dan asas-asas bahwa kembalinya manusia kepada Tuhan akan berpengaruh dan memberikan hasil jika seseorang mempunyai keyakinan tentang penebusan Nabi Isa As dan emanasinya kepada manusia.
Oleh itu, semua yang ada dalam agama Kristen, yang berkenaan dengan taubat dan kembali kepada Tuhan, akan berpengaruh setelah mengakui adanya kepercayaan ini. Namun kepercayaan ini berkembang beberapa lama di kalangan agama Kristen di mana taubat sama sekali tidak memberikan keuntungan kepada manusia secara perilaku dan pada dasarnya tidak mungkin bahwa manusia menempuh jalan itu.[11] Pendapat ini telah dijalankan selama berabad-abad di Gereja. Meski pada abad-abad sebelumnya berbeda dengan apa yang dilakukan setelahnya dan telah ada cara-cara untuk bertaubat.
Sekarang mari kita membahas tentang cara-cara bertaubat dalam perspektif agama Kristen:
Mandi Baptis
Mandi baptis merupakan salah satu ajaran agama Kristen dan diterima oleh kalangan Katolik, Ortodoks dan Protestan. Mandi baptis bagi pemeluk agama Kristen hanya dilakukan satu kali. Seseorang yang menerima ajaran agama ini, harus melalui langkah demikian sehingga ia bisa disebut sebagai seorang penganut agama Kristen. Ketidaan melakukan mandi baptis dinilai sama dengan tidak masuknya seseorang ke agama Kristen. Hal ini persis seperti pada agama Islam yang mengharuskan seseorang untuk mengucapkan dua kalimat syahadat (syahadatain) guna mengukuhkan dirinya sebagai pemeluk agama Islam, dengan berikrar akan ke-Esaan Allah dan risalah kenabian Nabi Muhammad Saw.
Prinsip mandi baptis merupakan ajaran yang pasti dalam Alkitab. Banyak ayat-ayat yang menyinggung tentangnya “Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.”[12]
Sebab pelaksanaan ritual ini memiliki akar pada konsep dosa asal.[13] Mandi baptis, pada dasarnya keluarnya seseorang dari dosa dan kunci untuk memasuki kesucian dalam ajaran agama Kristen. Oleh itu, baptis adalah saran untuk mensucikan manusia dan membebaskan diri dari dosa asal.[14]
Teori dosa asal dan kemudian berlanjut kepada keturunan Adam berlawanan dengan akidah agama Islam dan oleh karena itu, mengikuti cara bertaubat mereka tidak dibenarkan.
Mengakui Dosa di hadapan Pendeta
Dalam ajaran agama Kristen, salah satu cara untuk mendapat pengampunan dosa adalah dengan mengakui perbuatan dosa (sakramen) itu di hadapan pendeta dan kemudian mengharap ampunan kepadanya. Penyokong pendapat ini, berpegangan pada ayat-ayat yang ada pada kitab Injil: “Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.”[15]
Dalam Surat Yakobus tertulis perintah untuk melakukan hal ini: “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.“[16]
Namun harus diperhatikan bahwa para pendeta, mempunyai hujah, inflabel (terjaga dari dosa) dan mempunyai kredibiltas yang berasal dari Nabi Isa.[17] Oleh itu, menurut agama Kristen, Nabi Isa As memberikan kewenangan kepada para rasulnya: “Maka kata Yesus sekali lagi: ‘Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.’ Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: ‘Terimalah Roh Kudus.Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.’”[18]
Berdasarkan hal di atas, kemampuan untuk mengampuni dosa berasal dari Nabi Isa kepada para rasul, kemudian berpindah kepada Paus akhirnya sampai kepada para pendeta.
Tradisi pengakuan dosa di hadapan para pendeta, kembali pada masa permulaan sejarah gereja. Di antara sekte agama Kristen, terdapat dua sekte, yaitu Katolik dan Ortodoks yang menyepakati adanya tradisi ini.
Dalam tradisi Katolik, pembuat tradisi taubat dan pengakuan dosa adalah Nabi Isa As sendiri, bukan para rasulnya.[19] Artinya hal itu merupakan suatu hal yang dianjurkan (baca:sunnah), bukan merupakan bid’ah. Demikian juga tradisi ini menurut mereka menyebabkan kuatnya jiwa dalam menghadapi was-was yang akan menimpanya pada kemudian hari sekaligus akan menambah rahmat.
Sekarang kita akan membahas secara detail tentang sunah ini dan akan menelitinya melalui perspektif Islam:
Pengakuan dosa menurut para pendeta terdiri dari tiga tahap:
Sebaliknya, terdapat seseorang yang memilih kesesatan dan penyimpangan, berpaling dari kebahagiaan dan mengambil langkah yang salah. Pada umumnya, semua agama memberikan jalan untuk kembali ke jalan yang benar terhadap orang-orang yang berbuat dosa dengan cara bertaubat.
Taubat adalah kemurahan yang bersumber dari Tuhan dan apabila gerbang taubat tertutup, yaitu cara yang penuh dengan pancaran kemurahan dan mujarab yang diberikan kepada hamba-Nya itu tertutup, maka tidak seorang pun yang akan memperoleh kebahagiaan karena pada umumnya manusia –selain orang-orang yang telah dijaga oleh Allah Swt- tercampuri dosa dan kesalahan karena mengikuti hawa nafsu.
Dalam Islam terdapat ajaran bertaubat untuk kembali kepada Allah Swt, di mana pembahasan tentang taubat sangat luas dan kami telah menulis beberapa jawaban tentang masalah tersebut.[1]
Sekarang kami akan menjelaskan tentang taubat dalam perspektif agama Yahudi dan Kristen.
Taubat dalam Perspektif Agama Yahudi
Sebagian cara-cara bertaubat yang ada pada agama Yahudi mempunyai kemiripan dengan cara-cara bertaubat yang terdapat dalam agama Islam. Kemiripan ini tidak hanya pada garis besarnya saja, namun juga pada hal-hal yang bersifat partikular seperti berzikir dalam doa-doa dan salat-salat, cara bertaubat dan keutamaan bertaubat pada hari-hari tertentu.
Alkitab mencantumkan tentang dosa-dosa dan pengampunan dalam berbagai ayat. Namun yang harus diketahui adalah pembersihan dosa itu bukan merupakan perkara yang mudah untuk diperoleh. “Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman."[2]
Beberapa kandungan ayat-ayat al-Quran juga mempunyai makna seperti yang ada di Alkitab.[3]
Taubat dalam agama Yahudi tidak hanya berkenaan dengan dosa-dosa perbuatan seperti: mencuri, menzalimi orang lain, namun juga mencakup pikiran dan perasaan yang tidak terpuji karena hasad dan dengki, di mana hal ini efeknya juga dirasakan oleh orang lain, dan dengan sebab ini pula karena lebih banyak kesempatan untuk melakukan hal itu, maka hal itu juga memerlukan taubat dan pembayaran kifarah.[4] Tentang hal ini juga agama Islam juga menerimanya.[5]
Dalam agama Yahudi terdapat pengakuan dosa. “Jadi apabila ia bersalah dalam salah satu perkara itu, haruslah ia mengakui dosa yang telah diperbuatnya itu.”[6] Namun tidak ada dalil yang menyatakan bahwa pengakuan dosa harus dengan menggunakan suara yang keras dan disampaikan di hadapan masyarakat atau juga di hadapan tokoh agama.
Menurut keyakinan Yahudi, terdapat pula kifarah untuk menebus dosa yang dilakukan. “Tiap-tiap hari haruslah engkau mengolah seekor lembu jantan menjadi korban penghapus dosa untuk mengadakan pendamaian dan haruslah kausucikan mezbah itu, dengan mengadakan pendamaian baginya; haruslah engkau mengurapinya untuk menguduskannya. Tujuh hari lamanya haruslah engkau mengadakan pendamaian bagi mezbah itu; haruslah engkau menguduskannya, maka mezbah itu akan menjadi maha kudus; setiap orang yang kena kepada mezbah itu akan menjadi kudus."[7]
Dalam Islam juga terdapat ayat yang menyebutkan tentang kifarah sebagai media penebus dosa.[8]
Tentunya pada zaman dahulu ketika ada Bait Salomo (Kuil Sulaiman yang pada masa sekarang salah satu dari tembok itu dijadikan tembok ratapan di samping Masjid al-Aqsha), taubat pada umumnya disertai dengan pelaksanaan kurban dan untuk setiap bagian dari dosa terdapat kurban di mana dijelaskan dalam ayat-ayat Alkitab.[9] Namun pada masa sekarang hal itu sudah digantikan dengan dzikir dan doa.
Akhirnya sebagai penutup, bentuk khusus taubat yang dilakukan oleh kaum Yahudi disebutkan dalam al-Quran yang disebut sebagai membunuh jiwa.[10]
Taubat dalam agama Kristen
Agama Kristen agak berbeda dalam memandang masalah taubat. Sebelum membahas tentang cara-cara untuk bertaubat dalam agama Kristen, harus diperhatikan terlebih dahulu bahwa prinsip emanasi, azas dan kepercayaan agama Kristen mengharuskan terlebih dahulu untuk mempercayai prinsip dan asas-asas bahwa kembalinya manusia kepada Tuhan akan berpengaruh dan memberikan hasil jika seseorang mempunyai keyakinan tentang penebusan Nabi Isa As dan emanasinya kepada manusia.
Oleh itu, semua yang ada dalam agama Kristen, yang berkenaan dengan taubat dan kembali kepada Tuhan, akan berpengaruh setelah mengakui adanya kepercayaan ini. Namun kepercayaan ini berkembang beberapa lama di kalangan agama Kristen di mana taubat sama sekali tidak memberikan keuntungan kepada manusia secara perilaku dan pada dasarnya tidak mungkin bahwa manusia menempuh jalan itu.[11] Pendapat ini telah dijalankan selama berabad-abad di Gereja. Meski pada abad-abad sebelumnya berbeda dengan apa yang dilakukan setelahnya dan telah ada cara-cara untuk bertaubat.
Sekarang mari kita membahas tentang cara-cara bertaubat dalam perspektif agama Kristen:
Mandi Baptis
Mandi baptis merupakan salah satu ajaran agama Kristen dan diterima oleh kalangan Katolik, Ortodoks dan Protestan. Mandi baptis bagi pemeluk agama Kristen hanya dilakukan satu kali. Seseorang yang menerima ajaran agama ini, harus melalui langkah demikian sehingga ia bisa disebut sebagai seorang penganut agama Kristen. Ketidaan melakukan mandi baptis dinilai sama dengan tidak masuknya seseorang ke agama Kristen. Hal ini persis seperti pada agama Islam yang mengharuskan seseorang untuk mengucapkan dua kalimat syahadat (syahadatain) guna mengukuhkan dirinya sebagai pemeluk agama Islam, dengan berikrar akan ke-Esaan Allah dan risalah kenabian Nabi Muhammad Saw.
Prinsip mandi baptis merupakan ajaran yang pasti dalam Alkitab. Banyak ayat-ayat yang menyinggung tentangnya “Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.”[12]
Sebab pelaksanaan ritual ini memiliki akar pada konsep dosa asal.[13] Mandi baptis, pada dasarnya keluarnya seseorang dari dosa dan kunci untuk memasuki kesucian dalam ajaran agama Kristen. Oleh itu, baptis adalah saran untuk mensucikan manusia dan membebaskan diri dari dosa asal.[14]
Teori dosa asal dan kemudian berlanjut kepada keturunan Adam berlawanan dengan akidah agama Islam dan oleh karena itu, mengikuti cara bertaubat mereka tidak dibenarkan.
Mengakui Dosa di hadapan Pendeta
Dalam ajaran agama Kristen, salah satu cara untuk mendapat pengampunan dosa adalah dengan mengakui perbuatan dosa (sakramen) itu di hadapan pendeta dan kemudian mengharap ampunan kepadanya. Penyokong pendapat ini, berpegangan pada ayat-ayat yang ada pada kitab Injil: “Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.”[15]
Dalam Surat Yakobus tertulis perintah untuk melakukan hal ini: “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.“[16]
Namun harus diperhatikan bahwa para pendeta, mempunyai hujah, inflabel (terjaga dari dosa) dan mempunyai kredibiltas yang berasal dari Nabi Isa.[17] Oleh itu, menurut agama Kristen, Nabi Isa As memberikan kewenangan kepada para rasulnya: “Maka kata Yesus sekali lagi: ‘Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.’ Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: ‘Terimalah Roh Kudus.Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.’”[18]
Berdasarkan hal di atas, kemampuan untuk mengampuni dosa berasal dari Nabi Isa kepada para rasul, kemudian berpindah kepada Paus akhirnya sampai kepada para pendeta.
Tradisi pengakuan dosa di hadapan para pendeta, kembali pada masa permulaan sejarah gereja. Di antara sekte agama Kristen, terdapat dua sekte, yaitu Katolik dan Ortodoks yang menyepakati adanya tradisi ini.
Dalam tradisi Katolik, pembuat tradisi taubat dan pengakuan dosa adalah Nabi Isa As sendiri, bukan para rasulnya.[19] Artinya hal itu merupakan suatu hal yang dianjurkan (baca:sunnah), bukan merupakan bid’ah. Demikian juga tradisi ini menurut mereka menyebabkan kuatnya jiwa dalam menghadapi was-was yang akan menimpanya pada kemudian hari sekaligus akan menambah rahmat.
Sekarang kita akan membahas secara detail tentang sunah ini dan akan menelitinya melalui perspektif Islam:
Pengakuan dosa menurut para pendeta terdiri dari tiga tahap:
- Hadir: Tahap pertama adalah seseorang yang berbuat dosa hadir di hadapan seorang pendeta
- Pengakuan: Tahapan kedua adalah mengakui perbuatan dosa dan dengan berharap penuh ia mengakui di hadapan pendeta atas semua perbuatan dosa yang dilakukannya
- Pengampunan: Pendeta pun dengan menentukan fidyah dan kifarah, akan mengampuni dosa-dosa orang itu dan demikianlah orang-orang yang berdosa akan diampuni
Namun ketika ketiga tahapan ini kita bandingkan dengan ajaran agama Islam, maka akan memperoleh kesimpulan yang berbeda. Tahapan pertama adalah tahapan yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Datangnya seseorang ke hadapan para pembesar agama, terkhusus kepada para nabi, para wali untuk beristighfar dan bertaubat sebagaiaman yang telah disinggung secara jelas dalam al-Quran, “Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”[20] Adapun poin kedua dan ketiga tidak dibenarkan menurut Islam dan bukan hanya tidak menyebabkan tidak diampuni dosa-dosa, justru hal itu juga merupakan perbuatan dosa.
Menurut Islam, mengaku berbuat dosa di hadapan orang lain adalah haram dan seseorang tidak diperbolehkan mengaku perbuatan dosanya di hadapan selain Allah Swt.[21] Inilah letak perbedaan antara Islam dan Kristen, bahwa dalam agama Islam pengampunan dosa hanya dilakukan oleh Allah Swt dan seorang Muslim harus memelihara kehormatannya di hadapan orang lain. Namun dalam ajaran agama Kristen dianjurkan bahwa dosa itu dikemukakan di hadapan orang lain dan bahkan dengan harapan mendapat pengampunan.
Dalam agama Islam, hanya Allah Swt yang bisa mengampuni dosa orang lain. Para wali Tuhan juga tidak harus mendengarkan obyek perbuatan dosa itu (persisnya dosa apa yang telah dilakukannya). Posisi mereka hanya sebagai perantara. Dengan kata lain, orang-orang yang mempunyai kehormatan memohon ampunan dosa dari Allah Swt dan perantaraan ini juga merupakan aturan dari Allah Swt: “Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.””[22]
Umat Muslim juga menghadap kepada Nabi Muhammad Saw kemudian memohon pengampunan dari Allah Swt. Nabi Muhammad Saw tidak memberikan pengampunan kepada umatnya, melainkan hanya memohonkan pengampunan dari Allah Swt bagi orang-orang yang datang kepadanya dan pada penghujung ayat dijelaskan bahwa Allah Swt dikenalkan dengan sifat Maha Pengampun.
Oleh karena itu, berdasarkan landasan teologis dan juristik Islam, mengakui dosa-dosa di hadapan pendeta adalah tidak dibenarkan dan perbuatan ini tidak dapat dibenarkan. Ayat yang dikutip di atas bukan merupakan penegasan atas pandangan ajaran agama Kristen itu, namun jika dicermati lebih jauh, bahkan merupakan sanggahan atas tradisi itu. [iQuest]
Menurut Islam, mengaku berbuat dosa di hadapan orang lain adalah haram dan seseorang tidak diperbolehkan mengaku perbuatan dosanya di hadapan selain Allah Swt.[21] Inilah letak perbedaan antara Islam dan Kristen, bahwa dalam agama Islam pengampunan dosa hanya dilakukan oleh Allah Swt dan seorang Muslim harus memelihara kehormatannya di hadapan orang lain. Namun dalam ajaran agama Kristen dianjurkan bahwa dosa itu dikemukakan di hadapan orang lain dan bahkan dengan harapan mendapat pengampunan.
Dalam agama Islam, hanya Allah Swt yang bisa mengampuni dosa orang lain. Para wali Tuhan juga tidak harus mendengarkan obyek perbuatan dosa itu (persisnya dosa apa yang telah dilakukannya). Posisi mereka hanya sebagai perantara. Dengan kata lain, orang-orang yang mempunyai kehormatan memohon ampunan dosa dari Allah Swt dan perantaraan ini juga merupakan aturan dari Allah Swt: “Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.””[22]
Umat Muslim juga menghadap kepada Nabi Muhammad Saw kemudian memohon pengampunan dari Allah Swt. Nabi Muhammad Saw tidak memberikan pengampunan kepada umatnya, melainkan hanya memohonkan pengampunan dari Allah Swt bagi orang-orang yang datang kepadanya dan pada penghujung ayat dijelaskan bahwa Allah Swt dikenalkan dengan sifat Maha Pengampun.
Oleh karena itu, berdasarkan landasan teologis dan juristik Islam, mengakui dosa-dosa di hadapan pendeta adalah tidak dibenarkan dan perbuatan ini tidak dapat dibenarkan. Ayat yang dikutip di atas bukan merupakan penegasan atas pandangan ajaran agama Kristen itu, namun jika dicermati lebih jauh, bahkan merupakan sanggahan atas tradisi itu. [iQuest]
[1] . Untuk telaah lebih lanjut silahkan lihat: 3704 Taubat ditinjau dari sisi orang yang berbuat dosa dan orang-orang yang dicintai Allah Swt
[2] . Keluaran 34:6-7.
[3] . Seperti yang tertera pada ayat yang menyebutkan, “Yang mengampuni dosa dan menerima tobat lagi keras hukuman-Nya; yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya-lah kembali (semua makhluk).” QS Al-Ghafir [40]: 3
[4] . Sebagai contoh misalnya yang ada pada Samuel Awal, Bab 18
[5] . (Qs. Ibrahim [14]: 38)
[6] . Imamat 5:5
[7] . Keluaran 29:36-37 .
[8] . Seperti pada ayat “Allah tidak menghukummu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukummu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja. Dengan itu, kafarah (melanggar) sumpah itu ialah memberi makan sepuluh orang miskin dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, memberi pakaian kepada mereka, atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukannya, maka kafarah-nya adalah puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kafarah sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).” (QS Al-Maidah [5]: 89).
[9] . Sebagai contoh, Imamat: Bab 4
[10] . Silahkan lihat pertanyaan no. 6476, Balasan atas menyembah Sapi bagi Bani Israel
[11] . Haqani Zanjani, Husain, Darshai az Maktab Islam, Taubah dan Islam wa Masihiyat, hal. 58, tahun ke-26, no 8, Aban, 1365 S
[12] Matius [3]: 5-6 dan ayat-ayat selanjutnya; "Tetapi sekarang mereka percaya kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus, dan mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan.” (Kisah Para Rasul [8]: 12); "Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?" Lalu ia menyuruh mereka dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Kemudian mereka meminta Petrus, supaya ia tinggal beberapa hari lagi bersama-sama dengan mereka.” (Kisah Para Rasul [10]: 47-48)
[13] . Silahkan lihat: 11653, Dosa Asal.
[14] . Brantl, George, Aine Katolik (Catholicism), Penj, Hasan Qanbari, hlm. 134, Qum, Markaz Muthala’at Adyan wa Madzahib, Cet. 1, 1381.
[15] . Matius, 3: 5-6
[16] . Surat Yakobus 5: 16.
[17] . Aqceh Kahrizi, Behram, Barrasi Tathbiqi Taubah wa I’tiraf az Didgah Islam wa Masihiyat, hlm. 47-48, 1390 S.
[18] . Yohanes, 20: 21-23
[19], George, Aine Katolik, Penj, Hasan Qanbari, hlm. 134, Qum, Markaz Muthali’at Adyan wa Madzahib, Cet. 1, 1381.
[20] . QS Al-Nisa [4]: 64
[21] . Untuk telaah lebih lanjut silahkan lihat: 2031 Pengakuan Dosa
[22] . QS Nisa [4]: 64
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar