Advanced Search

Untuk menjawab pertanyaan Anda, pertama-tama harus kita ketahui bahwa seluruh orang Syiah berpandangan bahwa imâmah (kepemimpinan) terkhusus secara eksklusif pada Ahlulbait Rasulullah Saw.  Dengan memperhatikan beberapa indikasi dan bukti yang pada puncaknya adalah nash imam sebelumnya demikian juga keilmuan imam  dan kemampuannya menjawab seluruh persoalan masyarakat, orang-orang Syiah dapat mengenal imam zaman mereka.

Mengingat bahwa para penguasa tiran senantiasa berusaha memberikan tekanan dan himpitan luar biasa kepada para Imam Maksum untuk melenyapkan mereka maka wajarlah para imam tidak dapat menyatakan niat-niat dan anjuran-anjurannya secara terang terkait dengan suksesornya di hadapan masyarakat.

Pada sebagian waktu, bahkan masalah imam setelahnya yang disampaikan secara terang telah membuat munculnya sebagian perbedaan dan ikhtilaf kecil di tengah masyarakat Syiah yang tentu saja seiring dengan perjalanan waktu, hakikat dan fakta, nampak nyata bagi mereka yang mencarinya.

Keburaman yang Anda kemukakan dan singgung dalam pertanyaan juga merupakan salah satu poin penting dalam masalah imâmah mazhab Syiah yang tidak lama setelah runtuhnya dinasti Bani Umayyah dan naiknya dinasti Bani Abbasyiah ke singgasana kekuasaan, telah mengemuka di atas panggung sejarah.

Bani Abbasiyah dari satu sisi, dengan slogan mendukung Ahlulbait Rasulullah Saw, berhasil mengambil alih tampuk kekuasaan dan tidak mampu bertindak keras dan kasar dengan para Imam Maksum As secara terang-terangan.

Dari sisi lain, dengan memperhatikan, para penguasa Bani Abbasiyah berada pada tataran pengukuhan dan penguatan pilar-pilar kekuasaannya dan kehadiran para Imam Maksum As secara aktif di tengah masyarakat, tidak menjumpai para imam sesuai dengan selera dan tujuannya, maka mereka kemudian memilih bertindak ambigu dan mengambil sikap mendua dalam berhadapan dengan para Imam Maksum As sedemikian sehingga secara lahir, meski mereka tetap memberi penghormatan keapda para Imam Maksum As, namun di balik itu semua, mereka berusaha melenyapkan mereka hingga ke akar-akarnya.[1]

Dalam kondisi seperti ini, apabila pengganti Imam Keenam As, secara resmi diproklamirkan dan diumumkan secara terang-terangan, maka besar kemungkinan, pihak Bani Abbasiyah akan mengancam jiwa pengganti Imam Keenam. 

Dengan demikian, sebagaimana Nabi Musa, yang tumbuh besar dan bersembunyi di istana Fir’aun pada masa kehadirannya; imâmah Imam Ketujuh juga semenjak pertama terselimuti kabut dan dengan dalil tindakan sembunyi-sembunyi ini, sekelompok orang Syiah, dengan memperhatikan sebagian indikasi, menyangka salah seorang putra Imam Shadiq As adalah sebagai imam, tanpa mendengar nash khusus dari Imam Shadiq As terkait dengan salah seorang putranya tersebut.

Orang-orang Syiah memberikan kemungkinan bahwa Imam Ketujuh adalah salah seorang dari putra Imam Shadiq As berikut ini:[2]

  1. Ismail
  2. Abdullah Aftah
  3. Imam Musa Kazhim As

 

Dan perbedaan pendapat ini menjadi sebab munculnya pelbagai peristiwa dan kelompok dalam mazhab Syiah yang akan kita bahas sebagai berikut:

  1. Kelompok dan persitiwa pertama dengan figur sentral Ismail, putra sulung Imam Shadiq As. Kebanyakan orang Syiah menyangka bahwa sebagaimana biasanya, putra tertua yang akan menggantikan posisi ayah. Mereka menyimpulkan bahwa Ismaillah yang akan menggantikan ayahnya menjadi imam! Berdasarkan hal ini, mereka mengajukan beberapa pertanyaan kepada Imam Shadiq As dan Imam Shadiq pun sesuai dengan alasan yang telah dijelaskan, tidak dapat menjawab secara tegas, melainkan dengan isyarat dan menggunakan bahasa kiasan yang akan kami singgung di sini sebagai contoh sebagai berikut: “Mufaddhal bin Martsad meriwayatkan, “Tatkala Ismail masih hidup, saya bertanya kepada Imam Shadiq As, “Apakah Allah Swt mewajibkan ketaatan kepada Ismail sebagaimana kewajiban ketaatan kami kepada ayahnya (artinya apakah ia adalah imam kami selanjutnya)? Beliau menjawab bahwa masalah ini tidak akan sampai di situ!” Saya menyangka bahwa Imam Keenam melakukan taqiyyah di hadapan saya karena beliau tidak menyampaikan jawaban yang tegas dan tepat kepada saya. Namun tidak lama berselang, Ismail meninggal dunia dan pada saat itu saya memahami maksud Imam Shadiq As yang sebenarnya.[3]

Setelah Ismail wafat, Imam Shadiq As juga berusaha untuk tidak menyisakan keraguan dan kesangsian seputar wafatnya Ismail,[4] namun demikian sekelompok Syiah yang memiliki ikatan tertentu dengan Ismail dan sebagian lawan yang berkedok kawan; tidak menerima hal itu dan boleh jadi silsilah imâmah, terus bersambung melalui jalur putra imam lainnya selain Ismail. Atas dasar itu, setelah wafatnya Imam Shadiq As, terdapat beberapa pandangan yang berbeda dalam masalah ini yang dinyatakan sebagaimana berikut ini:

  1. Sebagian kelompok meyakini bahwa Ismail tidak meninggal, melainkan ayahnya merekayasa kematiannya untuk menjaga keselamatan putranya sehingga ia selamat dari bahaya musuh.
  2. Sebagian lainnya meyakini bahwa Ismail benar-benar telah meninggal namun sebelum wafatnya, ia telah memilih putranya yaitu Muhammad bin Ismail sebagai penggantinya! Kelompok ini pada masa itu disebut sebagai Mubarakiyah” dan kemudian populer dengan nama “Qaramatiyah” yang merupakan salah satu kelompok kuat politik pada abad-abad setelahnya. Atas beberapa alasan tertentu, mereka menjadikan nama ini sebagai asas mazhab dan secara praktis mereka adalah orang-orang yang meyakini imâmah Ismail; setelah tidak menemukan pengikut, mereka kembali hidupkan ajaran ini di tengah masyarakat.
  3. Sebagian pengikut Ismailiyyah juga memandang Muhammad bin Ismail sebagai Imam Ketujuh. Namun mengingat wasiat Ismail tentang imâmahnya dengan melihat bahwa Imam Keenam masih hidup maka pandangan ini tidak memiliki asas dan makna. Imâmah adalah berdasarkan wasiat ayah Ismail, yaitu Imam Shadiq As bukan anjuran dari ayahnya Ismail (untuk Muhammad bin Ismail).[5]

Setelah mengenal secara ringkas tentang bagaimana munculnya sekte Ismailiyah, harus dijelaskan bahwa setelah Muhammad bin Ismail, hingga satu abad setelahnya, tidak satu pun aktivitas dari mazhab ini yang dapat disaksikan.[6] Dan hanya dengan kemunculan Qaramatah Kufah dan Bahrain, yang tidak lebih dari sebuah komunitas politik ketimbang sebuah mazhab, kembali nama Muhammad bin Ismail dikenal oleh masyarakat dan gelar “Qaim” diperuntukkan baginya dan pada masa-masa setelahnya, kelompok-kelompok seperti Fatimiyyun Mesir dan Druze yang juga memiliki kecondongan terhadap ideologi ini. Kita saksikan bahwa proses terbentuknya mazhab Ismailiyah tidak berpijak pada satu fondasi dan paradigma tertentu serta tidak memiliki solidaritas yang kukuh. Tentang rincian masalah ini, Anda dapat merujuk pada buku-buku detil yang membahas di bidang ini.

 

  1. Kelompok dan peristiwa kedua berporos pada Abdullah Aftah; putra selanjutnya Imam Shadiq As; yang lebih muda dari Ismail dan lebih tua dari Imam Kazhim As. Boleh jadi pikiran yang melintas dalam benak orang-orang Syiah adalah bahwa pasca wafatnya seorang imam maka yang menjadi penggantinya adalah putra yang lebih tua. Hal ini sangat berpengaruh dalam proses pembentukan kelompok kedua ini yang kemudian bernama Fathiyyah. Abdullah sendiri bukannya tidak tertarik untuk dikenal sebagai Imam Ketujuh![7] Namun setelah beberapa pertanyaan diajukan kepadanya, ia tidak mampu menjawab dan juga melihat perilakunya tidak pantas untuk menjabat posisi imâmah serta memiliki cela yang tidak boleh dimiliki oleh seorang imam, sekelompok Syiah yang tadinya berkumpul di sekelilingnya, mundur teratur dari keyakinan bahwa ia adalah seorang imam. Di samping itu, dengan memperhatikan beberapa riwayat yang menjelaskan, imâmah pasca Imam Hasan As dan Imam Husain As, tidak akan sampai pada dua orang saudara, orang-orang Syiah akhirnya tunduk dengan imâmah Imam Musa Kazhim As dan menyadari kesalahan mereka sebelumya. Tidak lama berselang setelah tujuh puluh hari, Abdullah meninggal dunia dan sejumlah kecil pengikutnya yang tetap setia kepada imâmahnya akhirnya bergabung dengan Syiah lainnya dan menerima imâmah Imam Musa Kazhim As. Imam Shadiq As, dengan prediksi atas kejadian-kejadian ini, berkata kepada putranya; menyampaikan nasihat kepada Imam Ketujuh As bahwa saudara-saudaramu setelahku, akan memperkenalkan dirinya sebagai imam dan mengklaim dirinya sebagai imam! Putraku! Janganlah engkau mempersoalkan masalah ini walau dengan sedikit perbincangan; Karena ia adalah orang pertama yang akan wafat dari keluargaku dan segera bergabung denganku.[8]

Sebagaimana yang Anda saksikan, Abdullah, dalam masa tujuh puluh hari, tidak menjabat sebagai imam, melainkan semata-mata mengklaim imâmah yang mentah dengan sendirinya seiring dengan kematiannya. Dan tiada seorang pun yang menjadi pengikut sekte ini dan meyakini imâmah Abdullah. Karena itu, pembahasan dalam masalah ini tidak akan banyak berguna bagi kita secara ilmiah.

 

  1. Peristiwa ketiga atau peristiwa inti Syiah adalah tentang Imam Musa Kazhim As. Dalilnya adalah bahwa meski Imam Shadiq As tidak mengemukakan masalah suksesinya secara terang-terangan bagi seluruh orang Syiah dan bertindak sedemikian sehingga para musuh menjadi ragu dan tidak mampu bertindak apa pun, namun anjuran-anjuran khusus dan rahasia Imam Shadiq As kepada sebagian Syiah, tentang imâmah Imam Musa Kazhim As[9] dan juga bukti-bukti dan indikasi-indikasi yang muncul pasca syahadah Imam Shadiq As, tidak lagi menyisakan keraguan bagi para Syiah bahwa Imam Ketujuh adalah Imam Kazhim As dan poin asasi keraguan yang muncul tentang imâmah Imam Ketujuh adalah situasi dan kondisi yang berkembang pada masa itu.

Nah, untuk mengetahui dan mengenal situasi dan kondisi yang ada dan pelbagai konspirasi khalifah pada masa itu (Mansur Dawaniqi) untuk menghabisi nyawa Imam Ketujuh, kami akan menyinggung dua riwayat yang juga termasuk sebagai dalil imâmah Imam Musa Kazhim As:

Riwayat Pertama: Abu Ayyub Nahwi yang merupakan salah seorang petugas istana Mansur, penguasa Dinasti Abbasyiah menukil bahwa suatu waktu di tengah malam, Mansur memanggil saya untuk menghadap. Saya pun segera memenuhi panggilan itu dan saya melihatnya sedang duduk di atas sebuah kursi membaca sebuah surat dengan menggunakan cahaya lampu minyak (lilin). Tatkala saya memberikan salam kepadanya, sembari menangis, ia melemparkan surat itu kepadaku dan berkata kepadaku bahwa surat ini adalah surat Muhammad bin Sulaiman (Gubernur Madinah) yang memberitakan tentang wafatnya Ja’far bin Muhammad As. Apakah kita dapat menemukan sosok seperti dia? (Namun demikian dan meski dengan ungkapan kesedihan) ia berkata kepadaku untuk menulis jawaban surat Gubernur Madinah seperti ini:

“Apabila ia (Imam Keenam) mengangkat seseorang sebagai washi-nya, panggilah ia menghadap kepadamu dan penggallah lehernya.”Namun jawaban surat itu datang kembali dari Gubernur Madinah yang menyebutkan, “Ia mengangkat lima orang sebagai washi-nya, yang salah satunya adalah Anda sendiri, Khalifah Abbasiyah dan satu lainnya adalah saya! Tiga orang lainnya adalah (istrinya) Hamidah dan (dua putranya) Abdullah dan Musa!”[10] 

Terdapat riwayat lain yang juga menegaskan tentang suasana mencekam dan mencekik pada masa itu: Hisyam bin Salim meriwayatkan bahwa pasca wafatnya Imam Keenam As, saya dan Mu’min al-Taq[11] berada di Madinah dan menyaksikan bahwa kebanyakan orang Syiah, karena riwayat yang menjelaskan, “Apabila putra tertua seorang imam tidak bermasalah[12] maka ia yang akan menjadi pengganti ayahnya,” memandang Abdullah sebagai Imam Ketujuh! Saya disertai dengan sahabatku datang menghadap kepadanya dan contoh pertanyaan-pertanyaan yang telah kami terima sebelumnya dari Imam Shadiq As, kami kemukakan di hadapannya, namun jawabannya berbeda dengan jawaban yang diberikan ayahnya! Kami yang sangat risau dan kuatir, pergi keluar meninggalkan rumah dan tidak tahu kepada siapa lagi kami harus merujuk. Bahkan sejenak kami meragukan Syiah itu sendiri dan dengan menimbang, pemikiran-pemikiran beragam mazhab, seperti Murji’ah, Qadariyah, Muktazilah, Zaidiyah, Khawarij dan lain sebagainya, kami tidak tahu yang mana yang harus kami terima sebagai mazhab baru kami?! Dalam kondisi terhenyak dan sedih, kami duduk di salah satu sudut kota Madinah, hingga seorang tua renta, dengan isyarat jarinya, memanggil kami mendekat kepadanya! Mengingat bahwa Khalifah Abbasiyah Mansur Dawaniqi menyebar banyak mata-mata di Madinah untuk mencari tahu orang-orang Syiah mendatangi tokoh sosial siapa pasca wafatnya Imam Keenam As kemudian dengan mengenali imam selanjutnya, mereka membunuhnya! Saya takut, jangan-jangan orang tua yang tidak dikenal ini, adalah salah satu dari mata-mata itu! Karena itu, saya berkata kepada sahabatku bahwa ia hanya menunjukku dan tidak ada urusannya denganmu. Lebih baik engkau menjauh dariku dan jangan biarkan dirimu terbunuh begitu saja! Sahabatku itu pun pergi menjauh dariku dan saya karena tidak lagi jalan untuk selamat, saya pergi menghampiri dan mengikuti orang tua itu. Sepanjang jalan, saya senantiasa menyaksikan kematianku kini berada di hadapan mata hingga ia membiarkanku di samping rumah Imam Musa Kazhim As dan ia pergi ke arah yang lain!

Dalam kondisi tegang seperti ini, seorang pelayan keluar dari rumah Imam Musa dan memanduku masuk ke dalam rumah dan tiba-tiba kini saya berhadapan dengan Imam Musa Kazhim dan beliau tanpa pendahuluan, menyebutkan seluruh pikiran menyimpang yang terlintas dalam benakku dan bersabda, “Datanglah kepadaku dan engkau tidak perlu condong pada akidah-akidah menyimpang!” Saya bertanya, “Benarkah ayah Anda telah meninggal?” Imam Musa Kazhim menjawab, “Benar!” Saya berkata, “Lantas siapa imam setelah beliau?” Imam Musa Kazhim bersabda, “Apabila Tuhan menghendaki, engkau akan dibimibing pada imâmah, dan tentu saja Dia akan melakukan hal itu!” Saya bertanya lagi, “Saudara Anda Abdullah mengklaim bahwa ia adalah pengganti ayah Anda!” Imam Musa Kazhim berkata, “Ia dengan perbuatannya ini memutuskan untuk keluar dari penghambaan Allah Swt!...”

Saya bertanya, “Apakah Anda imam?” Imam Musa Kazhim menjawab, “Saya tidak berkata demikian!” 

Saya berkata kepada diri saya sendiri untuk mengajukan pertanyaan dengan cara lain. Saya berkata, “Apakah hingga kini ada seorang imam yang memiliki wilâyah (otoritas) atas Anda?” Imam Musa Kazhim menjawab, “Tidak!” Mendengar ucapan ini dan keyakinan terhapda imâmah beliau, kebesaran dan wibawanya tiba-tiba bertahta dalam hati saya yang bahkan tidak pernah saya rasakan ketika berjumpa dengan Imam Keenam As!  Kemudian saya berkata kepada beliau, “Apakah saya dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dulu saya ajukan kepada ayah Anda dan sekarang kepada Anda?” Beliau menjawab, “Silahkan.” Namun segera menimpali, “Tapi janganlah engkau sebarkan hal ini kepada siapa pun; karena berita seperti ini bermakna tamatnya riwayatku.” Kemudian saya mengajukan beberapa pertanyaan dan saya menemukan beliau laksana samudera yang tidak akan pernah kering. Saya berkata, “Kini, orang-orang Syiah tengah mengalami kebingungan dalam masalah imâmah! Namun Anda berkata bahwa berita ini jangan disebarkan! Bagaimana saya dapat membimbing mereka kepada Anda?” Beliau berkata bahwa pertama-tama sampaikanlah kabar ini kepada orang-orang yang dapat dipercaya dan mampu menjaga rahasia. Dan ketahuilah bahwa apabila masalah ini (tanpa didahului oleh beberapa pendahuluan mendasar) tersebar, akan menyebabkan kepalaku terpenggal dan beliau menunjuk kepada lehernya sendiri! Dengan mendengar ucapan ini, saya mengabarkan kepada sahabat saya dan orang-orang terkemuka seperti Fudhail dan Abu Bashir. Dan setelah beberapa waktu, perhatian seluruh Syiah terfokus kepada Imam Musa Kazhim As dan tidak lagi tersisa orang-orang di sekeliling Abdullah. Abdullah yang menuduh saya di balik semua ini, menyewa orang-orang untuk memukul dan menyiksa saya.”[13]

 

Dengan memperhatikan dua riwayat di atas dan juga bukti-bukti historis, keyakinan kami bahwa Imam Shadiq As telah mengetahui suksesor dan penggantinya semenjak awal. Namun disebabkan oleh situasi dan kondisi yang tidak mendukung, beliau menerapkan satu strategi untuk menjaga Imam Ketujuh dari cengkeraman para musuh. Musuh-musuh yang setiap detik siap menyergap sehingga segera setelah mengenali Imam Ketujuh maka mereka segera menghabisinya. Kita saksikan dengan pengaturan Ilahi yang dilaksanakan oleh Imam Keenam As, konspirasi musuh ini dapat dipatahkan dan para Khalifah Dinasti Abbasiyah kebingungan untuk beberapa waktu tidak tahu siapa gerangan washi Imam Shadiq dan Imam Ketujuh? Setelah beberapa lama mereka menyadari kenyataan ini namun sudah terlambat lantaran Imam Musa Kazhim telah mendapat tempat dan posisi yang kokoh di tengah masyarakat Syiah dan membunuhnya boleh jadi menimbulkan reaksi dan bahaya besar bagi pemerintahan Abbasiyah! Meski mereka tidak pernah surut menggangu dan mengusik Imam Kazhim As. Memenjarakannya dari satu penjara ke penjara lainnya. Namun metode yang digunakan oleh Imam Kazhim As menyebabkan orang-orang Syiah, untuk masa yang lebih lama, mendapatkan keberkahan dan keberuntungan dari keberadaan Imam Musa Kazhim As. [iQuest]

 

Beberapa Literatur untuk Telaah Lebih Jauh:

  1. Syaikh Mufid, al-Fushûl al-Mukhtârah, yang membahas tentang firkah-firkah Syiah dan menggugurkan keyakinan mereka dengan dalil-dalil.[14]
  2. Allamah Majlisi juga mengemukakan pembahasan ini pada jilid 37 kitab Bihâr al-Anwâr.
  3. Kitâb Buhûts fi al-Milal wa al-Nihal, Ustad Ja’far Subhani[15] juga membahas tentang firkah-firkah yang terdapat dalam Islam.
  4. Dâirat al-Ma’ârif Tasyayyu’.[16]

 

Untuk diketahui bahwa karena mazhab Fathiyyah telah punah semenjak awal kemunculannya dan tidak lagi memiliki pengikut, kita tidak dapat menemukan banyak buku yang membahas tentangnya secara terpisah. Adapun terkait dengan Ismailiyyah karena peran politik para pengikutnya sepanjang sejarah dan juga adanya orang-orang yang menganut mazhab ini pada masa sekarang ini, kita banyak menjumpai literatur yang membahas tentang mazhab ini. Di samping literatur yang disebutkan di atas, untuk riset khusus tentang mazhab ini silahkan Anda menelaah kitab Târikh wa ‘Aqâid Ismailiyyah.”[17]

 

 

 

 

 

 

 

 

 


[1]. Riwayat yang bertalian dengan masalah sikap Mansur setelah wafatnya Imam Shadiq As, akan kami jelaskan sebagai bukti yang digunakan untuk menyokong klaim ini.  

[2]. Namun sebuah kelompok yang bernama, “Nawusiyah” juga meyakini bahwa Imam Keenam tidak wafat dan kelompok lainnya yang bernama Sibthiyyah meyakini imamah Muhammad bin Ja’far yang di samping punahnya dua kelompok ini dan juga karena bukan menjadi obyek pertanyaan Anda, kami tidak akan jelaskan lebih jauh. Sekiranya tertarik, Anda  dapat menelaah masalah ini pada  halaman 9 dan 10 jilid 37 Bihâr al-Anwâr.

[3]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 47, hal. 250-251.  

[4]. Ibid, hal. 254.  

[5]. Ibid, jil. 37, hal. 9-10.  

[6]. Pengikut sekte Ismailiyah pada masa ini  disebut dengan nama Druzi.

[7]. Masalah ini dapat disimpulkan dari sabda Imam Kazhim As, “Yurid Abdullah an la Ya’buduLlah.” Kâfi, jil. 1, hal. 351.  

[8]. Rijâl Kassyi, hal. 254- 255 Intisyarat-e Danesygaha Masyhad, 1348 S.  

[9]. Silahkan lihat, Muhammad Ya’qub Kulaini, al-Kâfi, jil. 1, Bâb al-Isyârah wa al-Nash ‘ala Abi al-Hasan Musâ As, hal. 308 – 311, dengan 16 riwayat.  

[10]. Ibid, jil. 1, hal. 310, Riwayat 13.  

[11]. Hisyam bin Salim dan Mu’min al-Taq dua orang sahabat Imam Shadiq As yang memiliki kemahiran dalam ilmu Teologi dan Debat.  

[12]. Para Syiah Dua Belas Imam juga menerima riwayat ini bahwa anak tertua imamlah yang akan menjadi pengganti ayahnya. Namun dengan memperhatikan sebuah syarat pada akhir  riwayat tersebut yang menjelaskan bahwa “Ma lam Takun bihi ‘Ahahu.” Artinya sepanjang anak tertua tidak memiliki masalah dan atas dasar ini, Abdullah, meski merupakan anak yang lebih tua, namun karena memiliki selaksa problema yang dimilikinya, tidak memiliki kelayakan untuk menjadi pengganti. Dalam masalah ini silahkan lihat, Syaikh Mufid, al-Fushûl al-Mukhtârah, hal. 312. 

[13].  Muhammad Ya’qub Kulaini, al-Kâfi, jil. 1, hal. 351-352, Riwayat 7.

[14]. Buku ini dicetak pada tahun 1413 H oleh Kongre Syaikh Mufid dan halaman 308 dan 312 pada buku itu secara runut berhubungan dengan Ismailiyyah dan Fathiyyah.  

[15]. Beirut, Al-Dar al-Islamiyah, 1991.  

[16]. Di bawah supervisi Ahmad Shadr Haji Sayid Jawadi, Kamran Fani, Bahauddin Khuramsyahi, Teheran, Nasyr Syahid Sa’id Mujtaba.  

[17]. Karya Farhad Daftari, Penerjemah Feriidun Badrei, Teheran, Nasyr wa Pazyuhesy Farzan Ruz, 1375 S.  

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

  • Apakah ada perbedaan mengenai hikmah diutusnya para nabi menurut Syiah dan Ahlusunnah?
    8250 Kemestian Pengutusan Para Nabi 2017/06/08
    Tidak terdapat perbedaan yang banyak mengenai hikmah bi’tsah (pengutusan) para nabi di antara mazhab-mazhab yang ada karena hikmah ini diisyaratkan dalam al-Qur’an. 1. Dalam kitab tafsirnya ketika menafsirkan ayat: «رُسُلاً مُبَشِّرینَ وَ مُنْذِرینَ لِئَلاَّ یَکُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُل» Rasul-rasul itu adalah ...
  • Di manakah letak Saqifah Bani Sa’idah?
    10938 Sejarah Tempat-tempat Suci 2012/08/21
    Penulis buku Madina Syinasi (Mengenal Kota Madinah), terkait dengan letak geografis Saqifah Bani Sa’idah, menulis, “Apa yang pasti, tempat Saqifah Bani Sa’idah terletak di samping Masjid Bani Sa’idah dan dekat sumur Budha’i (sumur milik Bani Saidah). Masjid Bani Sa’idah – sesuai riwayat Ibnu Syubbah dan Imam Abu ...
  • Apa saja yang menjadi syarat-syarat pengenaan zakat?
    7679 Zakat dan Sedekah 2013/08/15
    Sesuai dengan fatwa para marja agung taklid, “Zakat diwajibkan pada 9 hal: Pertama: Gandum. Kedua: Bibit gandum. Ketiga: Kurma. Keempat: Kismis. Kelima: Emas. Keenam: Perak. Ketujuh, Unta. Kedelapan: Sapi. Kesembilan: Kambing. Apabila seseorang memiliki salah satu dari kesembilan obyek zakat ini, sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan ...
  • Bagaimana hukum Islam terkait dengan hubungan sehat antara muda dan mudi?
    12203 Hukum dan Yurisprudensi 2012/05/13
    Dalam pandangan Islam, pria dan wanita adalah dua entitas dan makhluk yang saling menyempurnakan. Allah Swt menciptakan mereka untuk satu sama lain untuk saling melengkapi. Salah satu kebutuhan pria dan wanita terhadap satu sama lain adalah kebutuhan seksual. Namun kebutuhan ini harus disalurkan pada aturan dan instruksi ...
  • Apa saja yang menjadi faktor-faktor kemunculan Imam Zaman Ajf.
    7202 Teologi Lama 2013/11/25
    Faktor-faktor yang menjadi sebab kemunculan adalah beberapa hal yang disebut sebagai terciptanya ruang bagi kemunculan Imam Zaman Ajf dan termasuk di antara sebab-sebab kemunculan Imam Zaman Ajf. Dalam hal ini harus dikatakan bahwa meski faktor utama kemunculan Imam Zaman Ajf adalah irâdah Ilahi (kehendak Ilahi), namun apa ...
  • Siapakah dan bagaimanakah sosok Mansur Hallaj itu?
    11408 Tafsir 2011/12/13
    Husain bin Mansur Hallaj lahir di Baidha (salah satu daerah di bilangan Syiraz) namun kemudian tumbuh besar di Irak. Hallaj merupakan sosok arif paling kontroversial dalam dunia Islam dan banyak mengungkapkan syathiyyât. Para juris banyak mengkafirkannya dan memvonis hukuman gantung bagi Hallaj pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah. ...
  • Apa hukumnya seseorang yang berzina dengan seorang wanita yang telah bersuami atau masih berada dalam keadaan iddah?
    29216 Hukum dan Yurisprudensi 2012/11/11
    Pertanyaan Anda terdiri dari beberapa asumsi sebagaimana berikut ini: Perbuatan zina dilakukan sebelum talak Menjawab kondisi seperti ini harus dikatakan bahwa berdasarkan fatwa kebanyakan fakih (marja taklid) wanita itu menjadi haram abadi bagi pria yang menggaulinya. Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan apakah ...
  • Mengapa Imam Ali As melakukan kerjasama dengan para khalifah?
    9715 Para Maksum 2010/07/05
    Imam Ali As pada seluruh tingkatan hidupnya berusaha untuk merealisir masalah terpenting berupa menjaga Islam dan perkembangannya. Baginda Ali As mengerahkan seluruh wujudnya untuk mewujud hal ini. Kerja sama yang dilakukannya juga untuk mewujudkan masalah ini dan mencegah pelbagai tangan-tangan kotor musuh-musuh Islam yang ingin menodai kesucian ...
  • Apakah seluruh sabda dan ucapan Nabi Saw merupakan wahyu atau tidak?
    47126 Teologi Lama 2009/05/06
    Terdapat ragam pendapat para pemikir otoritatif terkait masalah ini. Sebagian berpandangan, dengan memperhatikan kemutlakan ayat 3 dan 4 surah al-Najm,[i] bahwa seluruh ucapan, perbuatan dan perilaku Nabi Saw adalah wahyu. Sebagian lainnya berkeyakinan bahwa ayat 4 surah al-Najm terkait dengan al-Qur’an dan ayat-ayat yang diwahyukan kepada Nabi ...
  • Saya banyak salat yang tidak saya kerjakan (sebelumnya) namun saya tidak pasti berapa banyak jumlahnya. Apa yang harus saya lakukan?
    6337 Hukum dan Yurisprudensi 2011/12/19
    Masalah seperti ini disebutkan dalam Risalah-risalah Amaliah (Tuntutan Amalan Praktis Fikih) para marja sebagaimana berikut: Barang siapa yang memiliki kewajiban salat qadha namun ia tidak tahu berapa banyak jumlahnya,[1] misalnya ia tidak tahu empat atau lima, apabila ia mengerjakan dengan bilangan yang sedikit maka ...

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261171 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246289 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230077 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214949 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176268 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171579 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168070 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158106 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140907 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134014 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...