Please Wait
9700
Gaibnya Imam Zaman Ajf tidak bermakna bahwa beliau bersembunyi dalam goa dan jauh dari masyarakat, melainkan beliau hidup di tengah masyarakat dan berinteraksi dengan mereka. Dan sebagaimana warga masyarakat lainnya, beliau menjalani kehidupanya secara normal. Imam Mahdi Ajf melihat masyarakat dan mengenal mereka. Masyarakat juga melihat Imam Mahdi namun tidak mengenalnya dan tidak mengetahui bahwa beliau adalah Imam Mahdi Ajf yang dijanjikan hingga ketika masa kemunculan telah tiba dan beliau sendiri yang memperkenalkan dirinya sebagai imam dan pemimpin Syiah sedunia kepada masyarakat. Karena perkara ghaibat (okultasi) dan kemunculan (zhuhur) Imam Mahdi Ajf mengikut kehendak dan titah Ilahi. Kapan saja Allah Swt mengehendaki maka demikianlah yang akan terjadi.
Ghaibat Imam Mahdi Ajf di samping untuk menjaga keselataman jiwa beliau juga terdapat hikmah-hikmah lainnya di antaranya:
1. Menciptakan ruang bagi pelaksanaan dan implementasi hukum-hukum Ilahi di tengah masyarakat.
2. Berseminya harapan pada orang-orang beriman dan para penanti.
3. Tarbiyah dan pembinaan diri; dalam banyak riwayat dijelaskan bahwa Imam Zaman Ajf pada masa ghaibat senantiasa mengawasi keadaan para pengikutnya.
4. Menjaga ajaran Ilahi dalam mengantisipasi sinkretisasi ajaran tersebut dengan selera-selera dan pikiran-pikiran pribadi.
5. Imam Zaman Ajf pada masa ghaibat laksana matahari di balik awan. Masyarakat memperoleh pelbagai keberkahan dan petunjuk secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi dari Imam Zaman.
Imamah adalah pelanjut tongkat estafet kenabian. [1] Dan seorang imam memiliki seluruh karakteristik dan tipologi yang dimiliki oleh seorang nabi, kecuali terkait masalah wahyu dan pemutusan pewahyuan. Karena itu, imam juga seperti nabi memikul tiga tugas [2] pokok sebagai berikut:
1. Bertugas untuk menegakkan pemerintahan dan membebaskan manusia dari dominasi para penguasa tiran.
2. Menjelaskan maarif Ilahiah dan menyampaikan maarif tersebut kepada manusia
3. Memandu dan membimbing manusia ke jalan yang lurus.
Tiga tugas yang dijelaskan di atas menunjukkan tugas-tugas asasi dan pokok seorang imam.
Menunaikan tugas-tugas ini hanya dapat dilakukan apabila jiwa dan keselamatan Imam Zaman terjaga. Di samping itu, Imam Zaman juga memiliki tugas untuk menjaga dirinya dalam rangka menjaga agama. Sebagaimana menunaikan tugas-tugas Nabi Saw juga bergantung pada penjagaan jiwa dan keselamatan beliau. Atas dasar ini, tatkala Rasulullah Saw melihat bahwa situasi Mekkah tidak kondusif dan jiwa beliau berada dalam bahaya , dalam sebuah agenda yang telah diperhitungkan dengan matang , beliau menempatkan Baginda Ali As di pembaringannya dan diam-diam pergi ke goa Tsur bersama Abu Bakar dan berdiam di tempat itu untuk beberapa lama. Dalam sebuah kesempatan yang baik beliau meninggalkan kota Mekkah menunju kota Madinah; karena kehidupan dan keselamatan pribadi Nabi Saw adalah syarat kelestarian turunnya wahyu dan langgengnya Islam pada masa krusial tersebut.
Perlu disebutkan di sini bahwa gaibnya Imam Zaman Ajf tidak bermakna bahwa beliau bersembunyi dalam goa dan jauh dari masyarakat, melainkan beliau hidup di tengah masyarakat dan berinteraksi dengan mereka. Dan sebagaimana warga masyarakat lainnya, beliau menjalani kehidupan normal. Imam Mahdi Ajf melihat masyarakat dan mengenal mereka. Masyarakat juga melihat Imam Mahdi namun tidak mengenalnya dan tidak mengetahui bahwa beliau adalah Imam Mahdi Ajf yang dijanjikan [3] hingga ketika masa kemunculan telah tiba dan beliau sendiri yang memperkenalkan dirinya sebagai imam dan pemimpin Syiah sedunia kepada masyarakat. Karena perkara g h aibat dan kemunculan Imam Mahdi Ajf mengikut kehendak dan titah Ilahi. Kapan saja Allah Swt mengehendaki maka demikianlah yang akan terjadi.
Di sisi lain, gaibnya Imam Zaman Ajf di samping untuk menjaga jiwa beliau juga terdapat beberapa sebab dan hikmah lainnya sebagaimana berikut ini:
1. Menciptakan ruang bagi pelaksanaan hukum-hukum Ilahi di tengah masyarakat. Akan tetapi apabila kondisi masyarakat tidak kondusif atau lalainya umat Islam, sedemikian sehingga menyebabkan seorang imam tidak dapat menunaikan tugasnya yang dwi dimensi itu dan pelaksananan hal itu tergantung pada umat. [4] Tentu saja kita harus menyiapkan dan menciptakan ruang-ruang dan kondisi-kondisi yang tentu saja memerlukan waktu panjang khususnya apabila kita ingin mendirikan pemerintahan global dan mengimplementasikan seluruh instruksi Islam di seantero dunia yang menjadi tujuan Islam, sebagaimana al-Qur’an menyatakan, “ Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di muka bumi itu, hendak menjadikan mereka pemimpin, dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). ” (Qs. Al-Qashash [28]:5)
2. Berseminya harapan; Keyakinan kepada imam yang hidup yang diharapkan sewaktu-waktu dapat muncul adalah sebagaimana hidupnya seorang panglima di medan perang yang menjadi penyebab munculnya harapan kemenangan di antara prajurit.
3. Manfaat tarbiyah dan pembinaan diri; dalam banyak riwayat dijelaskan bahwa Imam Zaman Ajf pada masa ghaibat senantiasa dan secara berketerusan mengawasi para pengikutnya dan setiap minggu beliau memberikan pengawasan terhadap mereka. [5] Dengan memerhatikan pengawasan yang dilakukan oleh Imam Zaman Ajf pada setiap minggunya terkait dengan seluruh perbuatan, tentu hal ini akan menyisakan pengaruh khusus pada diri setiap orang. Orang-orang beriman yang menanti, memandang diri dan seluruh amal perbuatannya hadir di hadapan sosok mulia ini. Mukmin penanti tentu akan merasa takut jangan sampai membuat sosok mulia ini kecewa dan bersedih hati atas perbuatan yang dilakukannya atau tidak mendapat perhatian khusus beliau. Dengan demikian, ia akan menjaga seluruh amal dan perbuatannya. Ia akan berupaya keras untuk lebih mendekat dan menarik perhatian Imam Zaman dengan mempersiapkan dan membina dirinya semaksimal mungkin. [6]
4. Menjaga ajaran Ilahi: Amirul Mukminin Ali as, dalam sabdanya yang penuh cahaya dan ringkas, menegaskan keharusan adanya para pemimpin Ilahi pada setiap masa dan zaman: “Iya.. Sekali-kali bumi tidak akan pernah kosong dari orang-orang yang memelihara hujah Allah, baik secara terbuka dan terkenal ataupun, laten dan tersembunyi, agar hujah dan bukti-bukti Allah tidak disangkal.” [7]
Dengan berlalunya waktu dan bercampurnya seluruh kecenderungan, pemikiran pribadi seseorang pada masalah-masalah keagamaan, bermunculannya bid’ah dan terulurnya tangan-tangan para perusak terhadap konsep-konsep keagaman, hilanglah sebagian keutamaan dan pelbagai perubahan yang diinginkan justru terbukti merugikan.
Air segar wahyu telah diturunkan dari langit, dengan melintasi pelbagai pikiran, secara perlahan menjadi kelam dan gelap. Nilai petunjuk yang ditawarkannya telah sirna. Cahaya benderang wahyu ini, dengan melintasi kaca-kaca kegelapan pikiran, semakin kehilangan warna. Pendeknya, sedemikian orang-orang dungu dan jahil, dan bid’ah yang muncul dalam agama Ilahi sehingga untuk mengenal bentuk aslinya setiap orang akan berhadapan dengan selaksa kesulitan.
Dengan kondisi sedemikian, apakah tidak urgen, di kalangan Muslimin muncul seseorang yang menghidupkan konsep-konsep perennial Islam dalam bentuk aslinya dan menjaganya untuk masa depan umat manusia? Namun apakah wahyu samawi kembali akan turun kepada seseorang? Tentu saja tidak! Gerbang wahyu telah tertutup selama seiring berakhirnya silsilah kenabian (khâtamiyyah). Maka itu, bagaimana ajaran orisinal Islam tetap terjaga dalam bentuk aslinya dan mencegah pelbagai penyimpangan, perubahan dan khurafat serta memelihara ajaran samawi ini bagi generasi-generasi mendatang. Apakah masalah ini tidak dapat diselesaikan kecuali dengan media seorang Imam Maksum, baik secara terbuka dan terkenal, atau tersembunyi dan laten? Dada dan ruh tingginya merupakan khazanah kokoh dokumen-dokumen ajaran Ilahi yang menjaga seluruh kehakikian pertama dan seluruh tipologi samawi ajaran ini sehingga, “H ujah -hujjah dan bukti-bukti Allah tidak disangkal .” [8]
5. Pembinaan satu kelompok elit: Imam Zaman Ajf pada masa kegaiban adalah laksana surya di balik awan. [9] Keberadaan surya di balik awan tidak bermakna bahwa makhluk hidup tidak mendapatkan manfaat darinya. Atau sang surya tidak memberikan manfaat. Di antara keberkahan Imam Zaman pada masa kegaiban adalah bahwa sekelompok orang dapat melesak ke atas awan secara langsung mengambil manfaat dari sinar surya dan secara perlahan di bawah pancaran langsung surya ini ia membina dan membangun dirinya. Imam Zaman Ajf adalah sosok yang tiada bandingannya sehingga membuat orang-orang akan siap sedia di mana pun mereka berada, mereka tersedot pengaruh magnet khusus energi kuat dan pribadinya yang serba meliputi. Melalui jalan ini, Imam Mahdi Ajf dapat dengan langsung membina jiwa-jiwa mereka, meski jiwa-jiwa tersebut tidak begitu mengetahui perkara ini. Imam Ajf dari sudut pandang batin memiliki wilâyah (otoritas) atas seluruh perbuatan manusia dan apa yang terkait dengan batin dan hakikat petunjuk (hati-hati dan seluruh perbuatan) adalah tersingkap bagi Imam Ajf. Karena itu, baik dan buruk hadir di sisinya. Jalan kebahagiaan dan penderitaan berada di bawah kekuasannnya. Karena itu, maqam imamah senantiasa disertai bimbingan (hidâyah). Dan bimbingan ini tidak bermakna sekedar menunjukkan jalan melainkan menyampaikan pada tujuan (ishâl ilal mathlûb). Karena menunjukkan jalan, menyampaikan pada tujuan, menyeru manusia kepada Tuhan merupakan pekerjaan seluruh nabi dan orang beriman. [10] Imam Zaman Ajf pada masa kegaiban adalah laksana surya di balik awan. [11] Sebagaimana masyarakat memperoleh manfaat dari cahaya, kehangatan, pelbagai energi yang tiada batas dari sang surya di balik awan, pada masa ghaibat juga mereka meraup pelbagai keberkahan dan petunjuk tersembunyi dan terang Imam Zaman Ajf. Karena itu, sebab ghaibnya Imam Zaman Ajf tidak semata-mata terbatas pada tiadanya keamanan untuk menjaga keselamatan jiwa Imam Mahdi Ajf. [IQuest]
[1] . Âmuzesy-e ‘Aqâid, Muhammad Taqi Misbah Yazdi, hal. 306. Anda juga bisa melihat terjemahan Indonesia, Iman Semesta, terbitan Al-Huda Jakarta.
[2] . Syiah dar Islâm, Muhammad Husain Thabathabai, hal. 176.
[3] . Man Lâ Yahdhuruhu al-Faqih, jil. 2, hal. 520.
[4] . Dikutip dari Pertanyaan 167 (Site: 1374).
[5] . Tafsir Burhân, terkait ayat 105 surah al-Taubah (9). Al-Qiyâdah fi al-Islâm, Rei Syahri, hal. 84-85.
[6] Silahkan lihat kitab-kitab tafsir terkait ayat 106 surah al-Taubah; Al-Miz â n , jil. 9, hal. 385; Tafsir Burh â n , jil. 2, hal. 158; Ushûl al-Kâfî, jil. 1, hal. 219-220.
[7] Nahj al-Bal â gha , Kalimat Hikmah, 147; Mizân al-Hikmah, jil. 1, hal. 167. Silahkan lihat juga, Ushûl Kâfî, jil. 1, hal. 178-180.
اللهم بلى لاتخلوا الارض من قائم لّله بحجة اما ظاهراً مشهوراً او خائفاً مغموراً لئلا تبطل حجج اللَّه و بیناته .
[8] Dari khotbah 146 Nahj al-Balâghah dapat disimpulkan bahwa Imam Zaman ajf akan berusaha membela Islam. Silahkan lihat, Huk û mat-e Jah â ni Mahdi , ajf, Makarim Syirazi, hal. 226-229.
[9] Bihâr al-Anwâr, cetakan lama, jil. 13, hal. 129.
[10] Al-Mizân, jil. 1, hal. 275-276; Syiah dar Islâm (Shite in Islam), hal. 256, bagian keenam ihwal Makrifat Imam. Untuk telaah lebih jauh terkait pengaruh wilayah takwini dalam memandu dan memberikan petunjuk kepada manusia silahkan lihat, kitab al-Qiyâdah fii al-Islâm, Rey Syahri, hal. 74-78. Dengan menyebutkan sebuah riwayat dari kitab Ushûl Kâfî, jil. 1, hadis pertama, hal. 194, penulis berkata, “Surya di samping pendaran cahaya materialnya berpengaruh dalam menyempurnakan materi demikian juga surya maknawi (spiritual). Al-Qiyâdah fii al-Islâm, hal. 80.
[11] Bihâr al-Anwâr, cetakan lama, jil. 13, hal. 129. Dikutip dari Pertanyaan 7649 (Site: 7724)