Advanced Search
Hits
15638
Tanggal Dimuat: 2012/11/12
Ringkasan Pertanyaan
Bagaimana bisa menjaga keimanan jika berada di lingkungan yang non islami, yaitu di luar Iran?
Pertanyaan
Saya hidup di luar negeri (luar Iran), bagaimana saya bisa tetap menjadi seorang Muslim Iran?
Jawaban Global
Menjaga akhlak insaniah dan islamiyah serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dan komitmen dengan nilai-nilai agama merupakan hal-hal yang berpengaruh secara langsung kepada kebahagiaan dan kesenangan kehidupan duniawi dan akan mengubah kehidupan yang buruk dengan watak hewani menjadi kehidupan yang lebih baik dan watak insani serta islami.
Manusia yang secara sungguh-sungguh terikat dengan aturan ajaran agama secara benar, maka ia akan keluar dari tawanan takhayul, hal-hal yang ekstrim (berlebihan dan kekurangan) dan akan menggapai kehidupan yang paling menyenangkan.
Oleh sebab itulah salah satu masalah yang menjadi sumber bala dan ujian Ilahi adalah ketika manusia berupaya untuk berpegang teguh kepada nilai-nilai akidah mazhab dan menjaga iman, sebagaimana yang telah disinggung dalam berbagai riwayat yang ada.
Salah satu cara untuk menjaga nilai-nilai dan memotivasi supaya lebih berpegang teguh kepada hukum-hukum agama adalah bertekad dan bertahan dalam menghadapi penyimpangan dalam berpikir, beragama, bermasyarakat, dan tiadanya perhatian terhadap kehidupan dunia yang serba glamor. Upaya-upaya seperti: berpegang teguh secara kuat dan sempurna kepada nilai-nilai keagamaan, menjalankan tanggung jawab dan mengikuti tuntunan ulama Rabbani (karena ulama Rabbani dan bertakwa berkewajiban untuk menyampaikan hukum-hukum keagamaan, memberi hidayah dan menjaga nilai-nilai Islam serta menjaga agama Islam), mempelajari dan memperhatian akibat-akibat aktivitas yang berlawanan dengan nilai-nilai akhlak yang terjadi pada lingkungan seperti ini, menjalin hubungan dengan Tuhan, Nabi Saw dan para Imam As, menganggap penting doa, beribadah secara ikhlas dan lain sebagainya memainkan peranan penting dalam memerangi kebudayaan asing, menjaga iman dan moralitas manusia.
 
Jawaban Detil
Menjaga akhlak insaniah dan islamiyah serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dan komitmen dengan nilai-nilai agama merupakan hal-hal yang berpengaruh secara langsung kepada kebahagiaan dan kesenangan kehidupan duniawi dan akan mengubah kehidupan yang buruk dengan watak hewani menjadi kehidupan yang lebih baik dan watak insani serta islami.
Manusia yang secara sungguh-sungguh terikat dengan aturan ajaran agama secara benar, maka ia akan keluar dari tawanan, takhayul, hal-hal yang ekstrim (berlebihan dan kekurangakan) dan akan menggapai kehidupan yang paling menyenangkan.
Dari sisi lain, apabila manusia tidak mengamalkan aturan-aturan ini, maka ia tidak akan mendapatkan keberkahan baik dari sisi bendawi maupun maknawi dan ia sendiri yang akan merugi, jika tidak, maka hal itu tidak akan membahayakan agama dan Tuhan. Berdasarkan hal ini, supaya tidak terlepas dari keberkahan ini, kita harus menjaga keajegan iman kita dalam segala kondisi dan secara sempurna kita memegang teguh aturan-aturannya khususnya apabila kita terpaksa hidup di lingkungan secara lahir lebih nampak kefasikan dan kemaksiatannya.
Salah satu peringatan penting dan penegasan yang dilakukan secara berulang pada masa ghaib adalah  berhati-hati terhadap masalah agama dan nilai-nilai penting agama sehingga tidak akan menderita kesalahan berfikir, tidak terjebak pada akidah yang salah dan tidak tertipu oleh keglamoran dunia. Nabi Muhammad Saw tentang orang-orang mukmin pada masa ini bersabda, “Setiap mereka (orang-orang mukmin pada masa ghaib) menjaga kepercayaan agamanya dengan bersusah payah, seperti mengupas pohon berduri di kegelapan malam dengan tangannya atau menjaga nyala api dengan telapak tangannya.”[1]
Imam Ali As dalam menjelaskan orang-orang mukmin yang hakiki bersabda, “Setelah ghaibah Imam Zaman Afs, manusia menjadi takut dan bingung serta akan menemui kesulitan yang sangat, sekelompok dari mereka akan tersesat dan sekelompok yang lain, disamping berada pada kondisi yang sangat sulit, mereka tetap berada di jalan hidayah.[2]
Salah satu hal yang menyebabkan hilangnya kepribadian seseorang adalah karena ia berbuat dosa. Pada hakikatnya jika seseorang membiarkan aturan-aturan yang berasal dari Tuhan dan mengikuti hawa nafsunya, maka sejatinya ia telah mengunggulkan setan atas Tuhan. Seseorang dengan kepribadian ini pada dasarnya telah membawa dirinya ke derajat yang rendah di hadapan Tuhan. Padahal apabila manusia mengetahui kedudukannya di hadapan Sang Khalik yang Maha Esa, maka ia tidak akan pernah menjual dirinya dengan harga yang rendah.
Harus diketahui bahwa mempertahankan diri di hadapan dosa menunjukkan kekuatan keimanan seseorang, dan menjaga keimanan dalam kondisi dan lingkungan yang tercemar dengan perbuatan dosa memerlukan usaha lebih giat dan keras khususnya pada masa muda di mana pada masa ini kesempatan untuk berbuat berbagai dosa terbuka secara lebar, tentu saja dari sisi bahwa seorang pemuda itu lebih mudah untuk terkena dosa, namun di sisi lain seorang pemuda juga mempunyai semangat, harapan dan kemauan yang keras untuk memperoleh kehidupan yang sehat dan menghadapi kemaksiatan. Oleh itu, dengan usahanya sendiri dan pertolongan Tuhan akan memperoleh kemenangan dalam memerangi setan dan kemaksiatan.
Atas dasar itu, kiranya Anda perlu memperhatikan beberapa poin berikut:
  1. Karena pada masa muda terbuka peluang lebar untuk melakukan dosa, oleh itu kaum muda harus berusaha untuk tidak menciptakan terbukanya peluang untuk berbuat dosa atau meminimalkan peluang itu, yaitu keadaan-keadaan seperti khalwat (sepi), bercanda dengan non mahram, berada dalam keadaan sendirian di tempat kerja dan rumah, menonton film yang bisa menimbulkan nafsu dan syahwat, berada di tempat kemaksiatan seperti di tepi pantai, kolam renang dan lain sebagainya.
  2. Memperkuat iradah (keinginan dan kehendak): Setiap kali iradah manusia kuat, maka ia akan semakin kuat dalam menghadapi dosa dan kemaksiatan yang ada di hadapannya.
  3. Memperhatikan akibat dosa dalam kehidupan: Memperhatikan akibat buruk perbuatan-perbuatan yang berlawanan dengan akhlak yang biasa terjadi pada lingkungan seperti itu merupakan faktor-faktor yang berperan penting dalam menjaga keimanan seseorang. Perbuatan-perbuatan  tercela itu di antaranya disebabkan oleh hilangnya rasa kasih sayang, binasanya norma keluarga, tidak menghormati orang tua dan guru dan lain sebagainya.
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Berbuat baiklah untuk menghadapi dosa karena dosa merupakan pelenyab kebaikan seperti seorang hamba yang berbuat dosa, maka ilmu dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya akan lupa.”[3] 
  1. Menaruh perhatian akan kehadiran Imam Zaman Afs dan pengetahuan beliau tentang keadaan orang-orang mukmin pada masa ghaibnya
  2. Membangun hubungan dengan ulama rabbani: Karena pada masa gaib Imam Zaman Afs, tidak dengan mudah mengidentifikasi kewajiban beragama bagi seseorang, maka ulama rabbani dan bertakwa yang bertanggung jawab untuk menjelaskan ahkam keagamaan, memberi hidayah kepada masyarakat, menjaga nilai-nilai Islami dan mempertahankan maktab Islam. Mereka dengan menggunakan literatur-literatur asli agama yaitu al-Quran dan sunah, akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan oleh masyarakat.
Imam Hadi As bersabda, “Apabila tidak ada ulama-ulama yang membimbing manusia untuk menyeru kepada Tuhan, dengan menggunakan dalil-dalil yang kuat dalam menjaga agama dan melepaskan orang-orang yang menderita dan bodoh dari cengkeraman iblis dan pengikut-pengikutnya, dan juga membebaskan orang-orang dari musuh-musuh Ahlulbait, maka tidak ada seorang pun yang akan tetap beragama. Ulama hakiki senantiasa berusaha menjaga hati para pengikut Syiah yang terombang-ambing dan lemah sebagaimana nakhoda yang menjaga penumpang bahtera. Sekelompok ulama ini mempunyai keutamaan dan kedudukan yang sangat tinggi dihadapan Tuhannya.” [4]
Syarat utama untuk menjaga keselamatan pikiran dan akidah masyarakat pada masa ghaibnya Imam Zaman Afs adalah mengikuti ulama rabbani. Terkait dengan hal ini, ketika ditanyakan kepada Imam Zaman Afs tentang pada zaman Anda kepada siapakah kami harus menanyakan hukum-hukum agama dan dalam kejadian-kejadian yang akan menimpa kami, kami harus meminta petunjuk dan bimbingan dari siapa sehingga kami bisa memperoleh petunjuk? Imam Mahdi Ajf menjawab, “Tatkala kejadian (persoalan-persoalan kekinian) menimpa kalian maka tanyakanlah kepada para perawi hadis-hadis kami karena mereka hujah kami bagi kalian dan aku adalah hujah Tuhan.”[5]
Oleh itu, untuk menjaga akidah dan keimanan, manusia berkewajiban untuk bertanya kepada ulama yang bertakwa dan para marja serta mempelajari pengetahuan-pengetahuan agama dari mereka, menyelaraskan semua kejadian kehidupannya dengan aturan-aturan amal perbuatan yang berasal dari  teks-teks suci  ajaran-ajaran agama.
Sudah barang tentu apabila manusia dalam masalah ini tidak membuat kesalahan dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan kewajiban, maka bukan hanya fitnah-fitnah masa ghaib dan konspirasi musuh serta para ulama gadungan, akan dapat merusak agama dan kepercayaan mereka dimana perilaku mereka dalam kerangka agama maka dari hari ke hari persiapan kemunculan Hadhrat Mahdi Afs dan kekuasaan hukum-hukum dan nilai-nilai Ilahi di seluruh dunia semakin terbuka lebar.[6] Insya Allah. [iQuest]
 

[1] Bihār al-Anwār, jil. 52, hal. 124
[2] Kitāb al-Ghaibah, hal. 104
[3] Mizān al-Hikmah, jil 3, hal. 456, 6633, Bihār al-Anwār, jil. 70, hal. 377
[4] Bihār al-Anwār, jil. 2, hal. 6
[5] Ihtijāj, jil. 2, hal. 469  
[6] Silahkan lihat: Sayid Shadiq Sayid Nejad, Dindāri dar ‘Ashr Ghaibat, Didār Ashena, Aban 1381, No. 29
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261246 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246364 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230149 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215015 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176343 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171633 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168127 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158188 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140978 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134057 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...