Carian Terperinci
Pengunjung
11348
Tarikh Kemaskini 2010/06/09
Ringkasan pertanyaan
Apakah karâmah (kemuliaan) itu? Bagaimana cara mencapai karâmah? Bagaimana posisi orang-orang yang memiliki karâmah di sisi Allah Swt?
soalan
Apakah karâmah (kemuliaan) itu? Bagaimana cara mencapai karâmah? Bagaimana posisi orang-orang yang memiliki karâmah di sisi Allah Swt?
Jawaban Global

Karâmah (kemuliaan) adalah bermakna jauh dari maksiat dan tunduk kepada hawa nafsu. Setiap jiwa agung yang suci dari berbagai kotoran dipanggil “mulia”. Karâmah berlawanan dengan kelemahan dan kehinaan. Untuk sampai kepada puncak karâmah, seseorang harus sentiasa mengenakan pakaian takwa dan menjauhi segala larangan Allah Swt. Takwa itulah yang akan menjauhkan seseorang dari segala sesuatu yang mengarahkannya kepada perbuatan dosa.

Hal itu sesuai dengan ucapan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As: “Barang siapa yang menjaga takwanya, ia akan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, Allah akan menempatkannya di dalam rumah karâmah Nya. Iaitu sebuah rumah khusus bagi Allah SWT, atapnya adalah ‘Arsy Tuhan, cahayanyna adalah dari keindahan Tuhan dan tetamunya adalah para malaikat dan sahabat-sahabat dari kalangnan para Anbia’ Allah Swt.

Jawaban Detil

Karâmah bermaksud jauh dari maksiat dan tidak tunduk kepada hawa nafsu. Setiap jiwa agung yang suci dari berbagai kotoran dipanggil karim (mulia)[1].

Hina lawannya mulia[2]. La'âmat dan danâ'at memiliki satu makna, iaitu kehinaan. Maka itu, danâ'at  berlawanan dengan karâmah dan dani berlawanan dengan karim (mulia)[3].

 

Karâmah Dalam Pandangan Imam Maksum As

Rasulullah Saw bersabda: Allah Swt adalah Maha Mulia dan Dia menyukai kemuliaan.[4]

Amirulmukmin Ali As bersabda:  Barangsiapa memberi sebelum diminta, ia adalah orang yang mulia.[5] Peristiwa yang tidak diinginkan tidak akan memberi kesan di dalam hati orang-orang yang memiliki kemuliaan.[6]

Orang mulia adalah orang yang menjauhi hal-hal yang diharamkan dan suci dari segala kejelekan.[7]

Orang mulia adalah orang yang bebas dari segala yang menjadi kebanggaan orang-orang terhina[8].

Orang mulia adalah orang yang menjaga harga diri dengan hartanya. Sementara orang yang hina menjaga hartanya dengan harga dirinya.[9]

Apabila seseorang memperkenalkan keagungan dan kemuliaan kepada ruhnya, maka dunia dan semua isinya ini akan kecil di matanya[10].

 

Jalan Menuju Kemuliaan

Dengan terang sekali telah dijelaskan di dalam riwayat-riwayat Imam-imam Maksum As bahawa terdapat kontradiksi antara karâmat (kemuliaan) dan laamat (kehinaan). Karâmat adalah kemuliaan dan jauh dari kelemahan dan kehinaan, ini kerana ia adalah merupakan satu sifat yang bernilai tinggi dan salah satu nama Allah yang Maha Haq. Sebaliknya, segala sesuatu yang menjauhkan seseorang dari mendekatkan diri kepada Tuhan adalah tunjang dan sumber kepada kehinaan dan kejahatan. Sesuai dengan sabdaan Rasulullah Saw; cinta dunia merupakan sebab segala maksiat dan permulaan bagi segala dosa[11]. Dunia disebut sebagai dunia karena ia lebih rendah dan tidak bernilai dibandingkan dengan yang lain.[12] Sepertimana yang telah dijelaskan di atas, danâ'at adalah lawan karâmat, dani adalah lawan karim, Danâ'at, dani, dan dunia merupakan dari satu akar kata. Maka itu, keagungan dan kemuliaan tidak akan dapat ditemui pada cinta dunia. Imam Ali As bersabda: “Dunia membuat manusia hina dan rendah”.[13]

Karâmat adalah titik lawan dari kehinaan dan kerendahan. Untuk sampai kepada puncak tinggi karâmah, seseorang harus mempersenjatai dirinya dengan takwa agar terhindar dari dosa, cinta dunia dan hawa nafsu. Dengan satu ungkapan ia harus sentiasa lengkap dengan senjata takwa. Imam Ali As bersabda: Kemuliaan itu tidak akan pernah dicapai tanpa ketakwaan.[14]

Allah Swt berfirman di dalam Al-Qur’an: Sesungguhnya orang yang paling agung di sisi Allah di antara kamu adalah orang yang paling bertakwa.[15]

Sabda Amirul Mukminin As: "Kunci kemuliaan adalah takwa."[16]

 

Mengenal Takwa

Amirul Mukminin As bersabda: "Takwa itu menjauhkan seseorang dari segala sesuatu yang mendorongnya kepada perbuatan dosa."[17]

Hazrat As bersabda: " Takwa dan takut kepada Tuhan adalah merupakan ubat bagi penyakit jiwa-jiwa, penerang hati-hati, rawatan bagi penyakit badan-badan, penyembuh luka jiwa-jiwa, pembersih noda-noda kekotoran ruh-ruh, penerang kegelapan mata-mata, keamanan dalam kekacauan, dan penerang bagi segala kegelapan kamu. Maka itu, hiasilah hatimu dengan ketaatan kepada Tuhan dan bukan sekadar pakaian lahiriah sahaja. Jadikanlah jiwa sebagai pembimbingmu, dan bukannya jasad. Hingga dengan itu, kamu dapat mengarahkan seluruh anggota badanmu dan ruh menjadi hakim dalam seluruh urusanmu. Taat kepada Tuhan adalah jalan menuju sumber kehidupan, memperolehi segala keinginan dan harapan, tempat berlindung di kala sulit, pelita penerang kuburan, penenang ketakutan-ketakutan yang panjang di Alam Barzakh dan jalan penyelamat di saat-saat kesulitan hidup, kerana ketakwaan kepada Allah SWT adalah wasilah untuk menjaga diri dari berbagai peristiwa yang membinasakan, tempat berlindung dari ketakutan dan dari panasnya api yang membara.

Maka itu, barangsiapa yang memilih takwa, segala kesulitan akan jauh darinya, kepahitan menjadi manis, tekanan kesulitan dan kesedihan akan hilang dan kesulitan yang berterusan dan yang melelahkan akan menjadi mudah, permata kemulian dan keagungan yang hilang darinya akan datang mencurah seperti titisan air hujan kepadanya. Rahmat Tuhan yang disekat akan kembali dan nikmat-nikmat Tuhan setelah berlalu akan kembali tumbuh dan berkah yang sedikit akan menjadi banyak tercurah.[18]

 

Kemuliaan dan Ruh Tuhan

Al-Qur’an al-Karim memperkenalkan permata asli manusia sebagai kewujudan agung dan mulia, di mana bila manusia menjadi mulia, pada hakikatnya mereka telah menjalani jalan fitrahnya dan telah menemui permata aslinya. Karena ketaatan dan bergerak ke atas (kesempurnaan) seiring dengan permata zat insan yang mulia. Maka itu, maksiat dan kejatuhan (terjerumus ke lembah kebinasaan) adalah satu keterpaksaan kepada manusia –bukan sifat zatnya-. Sedangkan karâmah (kemuliaan) tidak demikian, kerana zat manusia adalah mulia. Allah Swt berfirman; "Sungguh, Kami telah memuliakan manusia."[19] sebab proses penciptaannya berasal dari sumber-sumber yang mulia.

Jika manusia seperti mahluk lain yang diciptakan dari tanah, maka karâmah baginya bukanlah sesuatu yang berbentuk zat dan sifat utamanya. Tetapi -ciptaan- manusia, berasaskan kepada dua sumber; sumber asas dan sumber cabang. Cabang penciptaannya kembali kepada tanah. Sementara asasnya –zat- kembali kepada Allah Swt. Allah Swt di dalam Al-Qur’an al-Karim menisbahkan ruh –manusia- kepada diri-Nya sedangkan jasadnya yang ada hubungan dengan alam semulajadi dinisbahkan kepada tanah –thin- [20].  Allah SWT tidak menyebut bahwa "Aku ciptakan manusia dari tanah dan ruh." Tetapi Dia berfirman: "Telah Aku “bentuk” manusia dari tanah kemudian aku tiupkan ruh-Ku ke dalam dirinya.". oleh kerana ruh manusia dinisbahkan kepada Allah Swt sebagai pembimbingnya, maka itulah mereka memiliki sebagian kemuliaan. Dengan demikian bahawa Ruhullâh itu bererti ruh kemuliaan.[21]

 

Balasan bagi Orang-orang Mulia

Sesuai dengan sabda Amirulmukminin Ali As: "Tuhan kamu telah berpesan kepada takwa dan telah menjadikannya sebagai kemuncak kebahagiaan diri-Nya dan keinginan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya. Maka takutlah kepada Allah yang kamu senantiasa berada dalam perhatian-Nya, segala kehendak kamu berada di genggaman-Nya dan seluruh gerak-gerik kamu berada di bawah pengawasan-Nya. Dia mengetahui setiap apa yang kamu sembunyikan dan mencatat setiap apa yang kamu tampakkan. Untuk mencatat amal –baik dan buruk-, terdapat Malaikat yang agung yang tidak akan pernah melupakan kebaikan dan kebatilan. Ketahuilah! Siapa yang bertakwa ,  dia akan selamat dari segala fitnah, dan dengan cahaya hidayah, dia meninggalkan kegelapan dan senantiasa mencari jalan kebahagiaan abadi. Allah SWT akan menempatkannya di rumah kemuliaan-Nya, sebuah rumah yang khusus milik-Nya. Atapnya adalah ‘Arsy Tuhan, cahayanya adalah keindahan Tuhan serta tetamu-tetamunya adalah para Malaikat dan sahabat-sahabat para Nabi Allah Swt."[22]



[1] . Karâmat dar Qur’an, Jawadi Amuli, M/S: 22

[2] . Fiqhu Lughah, Tsa’alibi an-Naisyaburi, M/S:139

[3] . Karâmat dar Qur’ân, Jawadi Amuli M/S: 22.

[4] . Muntakhab Mizânul Hikmah, Rey Syahri hadis 5493.

[5] . Ghurar al-Hikam wa Durar al-Hikam, Abdul Wahid Amudi, 1/365 hadis 1389

[6] . Ibid. 2/1 hadis 1555

[7] . Ibid. 2/4 hadis 1565

[8] . Ibid  2/44 hadis 177

[9] . Ibid. 2/154 hadis 2159

[10] . Ibid 5/451 hadis 9130

[11] . Ibid. hadis 2194

[12] . Ibid. hadis 2171

[13] . Ibid. hadis 2192

[14] . Nahjul Balâghah, hikmah ke 113

[15] . QS. Hujurat: 13

[16] . Muntakhab Mizân al-Hikmah, Rei Shahr, hadis 6664

[17] . Ibid. hadis 6683

[18] . Nahjul Balâgah, khutbah 198

[19] . QS. Isra: 70

[20] . QS. Shad 71-72

[21] . Karâmat dar Qur’ân, Jawadi Amuli, M/S: 62

[22] . Nahjul Balâgah, khutbah 183

Terjemahan pada Bahasa Lain
Opini
Bilangan komen 0
Sila masukkan nilai
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Sila masukkan nilai
Sila masukkan nilai

Kategori

Pertanyaan-pertanyaan Acak

  • Mengapakah agama sempurna tidak diutuskan sekaligus dan pada satu tempat? Pada asasnya apakah kepentingan beransur-ansur?!
    6811 Teologi Baru 2012/04/15
    Dari satu perspektif, agama secara beransur-ansur adalah satu perkara yang bersesuaian dengan kemampuan berfikir dan rohani insan. Dari perspektif yang lain pula ialah mengikut keperluan-keperluan, ujian-ujian duniawi dan sosial. Dengan ini, oleh kerana manusia pada zaman dahulu tidak mempunyai pemikiran yang lazim, mereka tidak berdaya memperolehi pengetahuan-pengetahuan ...
  • Bagaimana kita dapat membezakan antara ujian dengan seksa atau azab Ilahi?
    15671 Teologi Klasik 2011/07/18
    Sudah tentu sebahagian urusan-urusan terdiri daripada bala dan ujian-ujian Tuhan, supaya manusia dapat memberikan reaksi yang jelas dalam menghadapinya, dan tindak balas mereka dalam menghadapi kejadian ini akan membentuk sifat peribadi dan batin secara hakiki. Demikian juga dari sisi niat dan kebiasaan dalam memberikan reaksi atas musibah, ...
  • Apakan yang ciri-ciri penting seorang penduduk bandar dalam masyarakat Islam?
    12733 Akhlak Praktikal 2014/04/20
    Agama Islam sebagai penutup syariat Ilahi merupakan agama yang menyeluruh dan sempurna. Oleh sebab itu, Islam mengambil berat tentang hukum dan undang-undang sosial seperti hukum-hakam seseorang individu dalam sebuah masyarakat. Menurut pandangan Islam, terdapat prinsip dan penguatkuasaan dalam kehidupan sosial dan hubungan individu sebuah masyarakat yang mana ...
  • Mengapakah hanya nama sebahagian kecil para nabi disebutkan di dalam al-Qur'an?
    14495 Ulum Al-Quran 2011/10/22
    Al-Qur'an bukanlah kitab sejarah, sirah atau mu'jam seseorang sehingga kita boleh mengkaji riwayat hidup para nabi dan menyenarai nama-nama mereka di dalamnya. Al-Qur'an merupakan kitab petunjuk, pengajaran, tarbiyah, penyucian dan peringatan. Matlamat ini boleh dicapai dengan sekadar menyebut sebahagian nama dan riwayat hidup para nabi yang hidup sebelumnya ...
  • Apa hukumnya apabila seseorang membaca “walāẓāllīn” sebagai ganti “walāḍḍāllin? dalam solat”?
    6045 Huquq Dan Ahkam 2011/04/19
    Berdasarkan fatwa seluruh marja’ agung taqlid, bahawa tajwid dan bacaan sedemikian apabila dilakukan dengan sengaja, maka sudah tentu akan membatalkan solat. Imam Khomeini Ra dalam masalah ini berkata, “Jikalau seseorang tidak mengetahui salah satu daripada kalimah-kalimah surah al-Fatihah atau surah-surah lainnya atau sengaja tidak membacanya, atau membaca satu huruf sebagai ...
  • Sejarah dan asal usul pemikiran Baha’iyyah.
    12895 Teologi Klasik 2012/01/19
    Pengasas dan pelopor aliran Baha’iyyah adalah Mirza Hussain Ali Nuri yang memeluk ideologi Ali Muhammad Bab dan beriman dengan dakwaan-dakwaannya setelah kemunculan dan huru-hara Ali Muhammad Bab dengan propaganda Mullah Husein Busyrawiyah. Setelah kematian Bab dan berpaling dari mentaati saudaranya Yahya Subḥ Azal (Pengganti Bab), Mirza Hussain Ali Nuri ...
  • Apakah syarat-syarat untuk bermubahalah? Dalam perkara apa dibenarkan bermubahalah? Apakah mubahalah akan benar-benar terjadi?
    17884 Teologi Klasik 2014/05/20
    Mubahalah ialah saling melaknat sehingga barangsiapa yang berada di dalam kebatilan akan berada dalam kemurkaan Allah (s.w.t), kemudian diketahuilah pihak mana yang berada di dalam kebenaran manakala kebenaran dapat diketahui dan dikenal pasti perbezaannya mengatasi kebatilan. Mubahalah merupakan sebuah doa dan memiliki ciri-ciri dan juga syarat-syarat khusus ...
  • Apa yang dimaksudkan dengan "Makhluk yang pertama sekali diciptakan oleh Allah adalah akal?”
    14029 Falsafah Islam 2011/07/21
    Akal (dalam istilah falsafah yang mungkin boleh dikatakan adalah sebagai malaikat seperti dalam istilah syar'i dan al-Qur'an) adalah sesuatu yang mujarrad (bukan material) sempurna, baik secara zat mahupun secara perbuatan (fi’li).Akal yang bukan material dan bukan jasmani tidak memerlukan badan atau ...
  • Mengapa warisan wanita setengah dari warisan lelaki?
    8821 Huquq Dan Ahkam 2011/04/19
    Salah satu sebab banyaknya kuota warisan lelaki dibanding dengan saham wanita adalah nafkah wanita berada di bahu lelaki. Ertinya lelaki di samping harus menyiapkan wang belanja untuk dirinya ia juga memiliki tugas untuk menyiapkan biaya hidup bagi wanita (isteri) dan anak-anaknya. Di sisi lain, lelaki adalah pihak yang ...
  • Apa hubungan antara rezeki yang telah ditakdirkan dan usaha manusia?
    25582 Teologi Klasik 2011/04/19
    Rezeki terdiri dari dua jenis. Rezeki yang kita cari dan rezeki yang datang dengan sendirinya. Dalam riwayat, rezeki yang datang kepada kita disebut sebagai “rezeki thālib” (yang mencari) dan rezeki yang kita cari dinamakan “rezeki mathlūb

Populer Hits