Advanced Search
Hits
7985
Tanggal Dimuat: 2012/01/16
Ringkasan Pertanyaan
Apakah apabila Allah Swt mencintai seseorang maka hal itu meniscayakan seluruh orang juga akan mencintainya?
Pertanyaan
Saya mendengar sebuah riwayat dengan kandungan seperti ini bahwa “Tatkala Allah Swt mencintai seseorang maka Dia akan berfirman kepada Jibril bahwa Aku mencintai hamba tersebut. Maka cintailah ia. Jibril pun mencintai orang tersebut. Kemudian Jibril menyeru di langit-langit dan di bumi bahwa Allah Swt mencintai seorang hamba maka kalian juga harus mencintainya. Sebagai hasilnya seluruh makhluk akan mencintai orang itu.” Apakah riwayat juga disebutkan pada kumpulan riwayat Syiah? Tolong Anda sebutkan dan sertakan referensinya? Demikian juga dari sisi sanad dan standar sanad tersebut?
Jawaban Global

Meski terdapat beberapa riwayat yang menunjukkan bahwa Allah Swt menyebarkan kecintaan-Nya kepada seorang hamba saleh di hati manusia namun harap diketahui bahwa sokongan mayoritas masyarakat terhadap seseorang tidak serta merta bermakna bahwa ia adalah seseorang yang dicintai oleh Allah Swt. Demikian juga, permusuhan bersama masyarakat terhadap seseorang tidak selamanya bermakna bahwa ia tercela dan tidak bernilai di sisi Allah Swt, bahkan pada kebanyakan urusan hal ini berlaku sebaliknya.

Benar! Apabila kecintaan seseorang bersemayam pada diri orang-orang beriman dan bertakwa dapat disimpulkan bahwa hal itu merupakan salah satu petunjuk atas perhatian Allah Swt kepada orang tersebut.

Jawaban Detil

Allah Swt dalam al-Qur’an berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (Qs. Maryam [19]:96)

Sebuah hadis dari Rasulullah Saw juga diriwayatkan seperti ini,  bahwa tatkala Allah Swt mencintai seorang hamba, Dia befirman kepada Jibril, “Aku mencintai seseorang.” Maka cintailah ia. Dengan demikian, ia mendapatkan sambutan luas dari masyarakat di muka bumi.[1]  Terdapat riwayat serupa yang juga menegaskan masalah ini.[2]

Sekelompok riwayat ini tidak memerlukan pengkajian sanad secara serius; karena riwayat ini tampaknya tengah menengarai ayat yang disinggung di atas. Namun apa yang penting di sini adalah mengenal secara lebih akurat ayat dan riwayat yang dimaksud.

Apakah makna ayat dan riwayat adalah bahwa setiap orang yang mendapatkan sambutan di tengah masyarakat dan mendapatkan sokongan oleh mayoritas masyarakat adalah kekasih Allah Swt dan apabila ia jauh dari masyarakat atau masyarakat menjauhinya maka ia adalah musuh Allah Swt!?

Tentu saja tidak demikian adanya; karena sesuai dengan penegasan beberapa ayat al-Qur’an, terdapat banyak nabi yang tentu saja tidak dapat diragukan kecintaan mereka kepada Allah Swt namun tidak mendapat sokongan dari masyarakat secara umum.

Lihatlah Nabi Nuh! Dia adalah hamba yang bersyukur,[3] pilihan Allah Swt,[4] mendapatkan petunjuk Allah Swt,[5] wahyu disampaikan kepadanya,[6] namun dengan masa tabligh mendekati seribu tahun,[7] dia tidak mendapatkan banyak pengikut kecuali sedikit.[8] Apakah atas dasar ini dia dapat dinilai sebagai musuh Allah Swt?

Benar! Apabila kecintaan seseorang bersemayam pada diri orang-orang beriman dan bertakwa dapat disimpulkan bahwa hal itu merupakan salah satu petunjuk atas perhatian Allah Swt kepada orang tersebut.

Dengan mencermati ayat-ayat al-Qur’an, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud tersebarnya kecintaan masyarakat kepada para kekasih Allah Swt di hati-hati masyarakat tidak bermakna adanya dukungan mayoritas terhadapnya. Karena itu, mungkin ada baiknya Anda memperhatikan poin berikut ini:

Para penguasa yang mengambil secara paksa dan penuh intrik pemerintahan pasca Rasulullah Saw dan sepanjang masa hidup para Imam Maksum As dan secara lahir, para imam terpinggirkan dan memutuskan hubungan mereka dengan masyarakat kecuali dengan beberapa kelompok orang beriman yang setia, berupaya mengukuhkan fondasi-fondasi kekuasaan tiran mereka dengan landasan-landasan teologis dan agamis.

Atas dasar itu, dengan memanfaatkan sebagian kecil ajaran agama dan dengan melupakan sebagian besarnya, dengan penuh intrik berusaha menampakkan dukungan lahir masyarakat kepadanya dan menempatkan para Imam Maksum As pada jajaran kaum minoritas, sebagai tanda kebenaran di pihak mereka dan kebatilan jalan Syiah. Usaha penuh intrik ini sedemikian maju sehingga dapat menghentakkan dan membuat sangsi sebagian Syiah.

Dalam kondisi seperti ini, salah seorang Syiah berkata kepada Imam Shadiq As bahwa terdapat beberapa orang di sisi kami yang akidahnya – menyatakan bahwa apabila Allah Swt mencintai seorang hamba maka juru bicara langit akan berseru bahwa Allah Swt mencintai hamba ini maka cintailah mereka dan dengan perantara ini Allah Swt menanamkan kecintaan kepada kekasih-Nya ini dalam hati para hamba-Nya. Namun apabila Allah Swt membenci seseorang maka juru bicara langit akan berseru bahwa Allah Swt membenci orang ini maka bencilah mereka dan dengan perantara ini Allah Swt menempatkan kebenciannya terhadap orang ini dalam hati masyarakat!“

Imam Ja’far Shadiq yang bersandar di dinding dengan mendengar ucapan ini, lalu meninggalkan sandarannya dan duduk dengan serius dan menggerakkan lengan bajunya (dan tanpa mendustakan riwayat di atas secara lugas) bersabda, “Tidaklah demikian, melainkan (terkadang) Allah Swt mencintai seorang hamba namun masyarakat membencinya.  Mereka berkata-kata untuk menentangnya sehingga mendapatkan bayaran dan berbuat dosa untuk menyenangkan musuh-musuhnya. Namun terkadang seorang hamba memiliki seorang musuh namun kecintaan terhadapnya disebarkan di tengah masyarakat sehingga dengan mendukungnya mereka berbicara dusta dan di samping pembicara dan musuh Allah itu juga semakin bertambah dosanya! Kemudian Imam Shadiq As menyuguhkan bukti-bukti atas tuturannya ini dan mengimbuhkan, “Siapakah yang melebihi kecintaan Nabi Yahya As di sisi Allah Swt sementara Allah Swt menanamkan kebencian terhadapnya di hati masyarakat dan bagaimana perlakuan masyarakat terhadap Nabi Yahya As?

Siapakah yang lebih dicintai oleh Allah Swt melebihi Husain bin Ali As? Bukankah masyarakat membencinya dan mensyahidkannya?”[9]

Imam Shadiq As dengan tuturannya ini menegaskan bahwa berkebalikan dengan ucapan para penguasa tiran, dukungan mayoritas rakyat terhadap seseorang tidak serta merta bermakna bahwa mereka mendapatkan dukungan dari Allah Swt. Sebaliknya, permusuhan bersama masyarakat terhadap seseorang tidak selamanya bermakna bahwa ia tercela dan tidak bernilai di sisi Allah Swt, bahkan pada kebanyakan urusan hal ini berlaku sebaliknya.

Namun dalam sebagian catatan sejarah, kebanyakan rakyat suatu tempat, telah menjadi pendukung kebenaran. Salah satu contohnya adalah kerajaaan Baginda Sulaiman, Rasululah Saw dan Imam Ali As.

Kiranya kita harus mencermati satu poin bahwa pada kebanyakan hal kedudukan para insan Ilahi juga mampu menembus hati para musuh dan kaum munafik.

Salah satu doa Rasulullah Saw untuk Amirul Mukminin Ali As adalah “Tuhanku! Kukuhkanlah kecintaan pada Ali pada hati-hati orang-orang beriman dan tebarkanlah kehebatan dan keagungannya dalam hati-hati orang-orang munafik!”

Dengan baik kita melihat bahwa doa Rasulullah Saw untuk Imam Ali As dan anak-anaknya telah dikabukan dan dipenuhi (terijabah), para imam, bahkan ketika mereka dalam keadaan minoritas, memiliki tempat di hati kawan dan lawan sedemikian sehingga Farazdaq, pujangga dalam menjawab pertanyaan Imam Husian ihwal bagaimana pendapatnya tentang rakyat Kufah? Farazdaq menjawab, “Qulubuhum ma’ak wa suyufuhum ‘alaik” (hati-hati mereka bersamamu dan pedang-pedang mereka melawanmu).[10] [iQuest]

 



[1]. Al-Hasan bin Abi al-Hasan al-Dailami, Irsyâd al-Qulûb, jil. 1, hal. 170, Dar al-Syarif al-Radhi linnasyr, Qum, 1412 H.

إن الله إذا أحب عبدا قال لجبرائیل إنی أحب فلانا فأحبوه و یوضع له القبول فی الأرض"

[2]. Misalnya Muhammad bin Muhammad al-Asy’ats al-Kufi, al-Ja’fariyât, hal. 11, Maktabat Nainawa al-Haditsiyah, Teheran, Tanpa Tahun.

[3]. “Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (Qs. Al-Isra [17]:3)

[4]. “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat.” (Qs. Ali Imran [3]:33)

[5]. “Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya‘qub kepada Ibrahim. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunan Nuh, yaitu Dawud, Sulaiman, Ayub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Al-An’am [6]:84)

[6].  “Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang (datang) setelahnya.” (Qs. Al-Nisa [4]:163)

[7].  “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, laly ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.”  (Qs. Al-Ankabut [29]:14)

[8].  “Dan tidak beriman bersama dengan Nuh kecuali sedikit.” (Qs. Hud [11]:40)

[9]. Al-Hasan bin Abi al-Hasan al-Dailami, A’lâm al-Din, hal. 434, Muassasah Ali al-Bait, Qum, 1408 H.

Muhammad bin Mas’ud al-‘Ayyasyi, Tafsir al-‘Ayyasyi, jil. 2, hal. 141, al-Mathba’at al-‘Ilmiyah, Teheran, 1380 H.

[10]. Muhammad bin Jarir al-Thabari, Dalail al-Imâmah, hal. 75, Dar al-Dzakhair lil Mathbu’at, Qum, Tanpa Tahun.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261092 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246246 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230040 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214898 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176228 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171546 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168018 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158054 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140838 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133987 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...