Advanced Search
Hits
10516
Tanggal Dimuat: 2010/04/20
Ringkasan Pertanyaan
Apakah Imam Ali As dapat menghidupkan orang mati?
Pertanyaan
Apakah Imam Ali As dapat menghidupkan orang mati?
Jawaban Global

Ketika seseorang dapat melakukan hal seperti ini secara mandiri tanpa membutuhkan bantuan dari Tuhan, maka hal ini bertentangan dengan tauhid perbuatan (tauhid dalam penciptaan) Tuhan, karena mati dan hidup hanya berada di tangan-Nya.

Akan tetapi, jika seseorang melakukannya dengan izin Tuhan, maka hal yang seperti ini sangat mungkin bisa terjadi dan sama sekali tidak bertentangan dengan akal.

Dalam al-Qur'an, melalui lisan Nabi Isa As, Allah Swt berfirman, "Aku dapat menyembuhkan buta bawaan dan menghidupkan orang-orang mati dengan kehendak-Nya", mengenai hal ini tidak ada seorang Muslim pun yang ragu dalam membuktikan kejadiannya.

Mengingat bahwa kedudukan Rasulullah Saw lebih tinggi dari kedudukan para nabi lainnya termasuk Nabi Isa As, dan sesuai dengan nash Al-Qur'an, Imam Ali As merupakan jiwa Rasul Saw, maka merupakan hal yang wajar jika Rasulullah Saw dan Imam Ali As pun memiliki kemampuan untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Nabi Isa As.

Jawaban Detil

Untuk mendapatkan jawaban yang komprehensif dan meyakinkan, pertanyaan ini akan kami analisa dalam tiga bagian, setelah itu baru akan kami jawab.

1.     Bahasan dalam kemungkinan terwujudnya

Pada dasarnya, mungkinkah seseorang yang dirinya sendiri adalah seorang makhluk yang suatu saat juga akan mencicipi kematian dapat menghidupkan orang mati?

2.     Bahasan dalam wujud eksternalnya

Dengan asumsi bahwa hal itu mungkin terwujud, apakah hal seperti ini pernah terjadi?

3.     Apakah Imam Ali As bisa menghidupkan orang yang mati?

 

Kemungkinan menghidupkan orang mati pada tingkatan teoritis (tsubût)

Topik ini dibahas dari dua sisi:

a.     Mengenai seseorang yang secara mandiri dapat melakukan hal seperti ini tanpa bantuan dari-Nya, maka hal ini merupakan perbuatan yang bertentangan dengan tauhid perbuatan (tauhid penciptaan) Tuhan.[1]

Di dalam tauhid perbuatan, dua sifat ini (yaitu: menghidupkan dan mematikan) termasuk dalam sepuluh sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh-Nya, dimana kesepuluh sifat tersebut adalah: menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, membuat kaya, memiskinkan, meninggikan, menghinakan, menyehatkan dan membuat sakit.[2]

Berdasarkan hal di atas, berarti kematian dan kehidupan seseorang hanya berada di tangan Tuhan.[3]

b.    Akan tetapi apabila seseorang ingin melakukan hal seperti ini dengan izin Tuhan dan menginginkan keutamaan dari keutamaan-Nya, dengan memperhatikan bahwa kekuasaan dan kodrat-Nya tidak terbatas, maka selama persoalan tersebut tidak mustahil, hal semacam ini mungkin saja terjadi dan sama sekali tidak bertentangan dengan akal. Dalam kasus ini pun pelaku hakiki adalah Tuhan, sementara orang ini hanyalah berperan sebagai perantara saja, sebagaimana peran malaikat Izrail ketika mengambil nyawa seseorang, pada dasarnya mati pun sebagaimana halnya hidup, berada di tangan Tuhan.

 

Kemungkinan menghidupkan orang mati dalam tingkatan praktis (itsbât)

Tidak ragu lagi, bukti terbaik bahwa sebuah persoalan itu bisa terwujud adalah ketika kita melihat sesuatu tersebut bisa ditemukan di luar, karena dikatakan, “dalil yang paling tinggi terhadap kemungkinan mengadanya sesuatu adalah keberadaannya secara eksternal dan riil.”

Demikian juga dalam pembahasan kita, jika kita melihat salah seorang hamba Tuhan dapat melakukan hal seperti ini, maka tidak diragukan lagi bahwa orang lain pun dapat melakukannya.

Dalam kaitannya dengan Nabi Isa As, Allah Swt berfirman, "Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Isra’il (yang berkata kepada mereka), “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhan-mu, yaitu aku membuat untukmu dari tanah seperti bentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku memberitahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman." (Qs. Ali Imran [3]: 49)

Berdasarkan hal ini, tidak ada seorang Muslim pun yang ragu dalam pembuktian dan kejadiannya. Namun, mengenai apakah Ali As juga mampu menghidupkan orang mati? Berdasarkan apa yang telah kami nukilkan dari surah Ali Imran (3) ayat 49, demikian juga yang terdapat pada surah Al-Maidah (5) ayat 110, kita ketahui bahwa Nabi Isa As benar-benar telah melakukan hal semacam ini. Sementara itu, dari sisi lain tidak ada keraguan juga bahwa maqam Rasulullah Saw lebih tinggi dari maqam para Nabi lainnya.[4] Dan berdasarkan nash al-Qur'an, Ali As merupakan jiwa Rasul Saw.[5] Atas dasar itu, jika Nabi Isa As saja bisa melakukannya, maka sangat tidak menutup kemungkinan bahwa Rasul Saw dan Ali As pun mampu melakukannya.

Tentunya harus diperhatikan bahwa hal ini hanyalah merupakan sebuah kemungkinan, dimana hal tersebut tidaklah bermakna bahwa hal tersebut telah dilakukan. Sebagaimana pula tidak dilakukannya hal tersebut, bukan berarti menunjukkan pada ketidakmampuan beliau untuk melakukannya. Misalnya jika Nabi Isa As tidak mengubah tongkat menjadi seekor ular, ini bukan berarti bahwa beliau tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal semacam ini. Oleh karena itu, apa salahnya jika salah satu wali dari wali-wali Allah seperti Imam Ali As mampu menghidupkan orang mati?[IQuest]



[1]. "Apakah kamu mengetahui sperma yang kamu pancarkan (ke dalam rahim)? Kamukah yang menciptakannya, atau Kami-kah yang menciptakannya?" (Qs. Al-Waqiah [56]: 58)

[2]. Thayyib, Sayyid Abdu al-Husain, Athyab al-Bayân fî Tafsir al-Qurân, jil. 6, hal. 326, Penerbit: Intisyarat-e Islam, Teheran, cetakan kedua, 1378 S.

[3]. "Dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali)." (Qs. Al-Syuara [26]: 81)

[4] . Thabarsi, Fadhl bin Al-Hasan, Terjemahan Majma' al-Bayân fî Tafsir al-Qurân, jil. 3, hal. 101, Penerbit: Intisyarat-e Farohoni, Teheran, cetakan pertama, 1360 S.

[5]. "Barang siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya), “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anakmu, istri-istri kami dan istri-istrimu, diri kami dan dirimu; kemudian marilah kita ber-mubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.”  (Qs. Ali Imran [3]: 61) Pada kisah mubahâlah (saling mengutuk) ini Rasulullah Saw menyertakan Hasanain (Hasan dan Husain) sebagai anak-anak kami, Fatimah sebagai istri-istri kami dan Ali sebagai diri kami; dan melihat hal ini, para kafir pun mengaku kalah.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261167 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246285 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230071 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214943 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176264 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171577 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168066 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158102 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140903 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134012 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...