Please Wait
31891
Ihwal apakah setan berasal dari golongan malaikat atau jin terdapat ragam pendapat.
Sumber perbedaan pendapat ini terkait peristiwa penciptaan Nabi Adam As dimana para malaikat sujud kepada Adam As atas perintah Tuhan namun setan tidak melakukan hal yang sama.
Sebagian berkata bahwa setan (Iblis) berasal dari golongan malaikat. Alasan mereka adalah bahwa karena pada ayat al-Qur’an, Iblis telah terkecualikan dari golongan malaikat (seluruh malaikat sujud kecuali Iblis), oleh karena itu Iblis tentu berasal dari golongan malaikat.
Terkecualikannya Iblis dari para malaikat tidak menunjukkan sejenisnya Iblis dengan para malikat. Melainkan menandaskan bahwa Iblis (lantaran ibadahnya ribuan tahun) berada di antara para malaikat dan dalam barisan para malaikat. Namun kemudian dikarenakan kepongahan, kesombongan, pembangkangan dan kebencian di hadapan Allah Swt maka ia dilempar keluar dari surga.
Beberapa poin berikut ini adalah untuk menegaskan masalah ini:
1. Allah Swt berfirman dalam surah al-Kahf, “Setan (Iblis) berasal dari jenis jin.”
2. Allah Swt menafikan segala bentuk kemungkinan bermaksiat dari para malaikat. Dengan demikian para malaikat adalah makhluk yang suci dan sekali-kali tidak akan terjerembab dalam dosa, kebencian, kepongahan, lemaksiatan, congkak, dan lain sebagainya.
3. Pada sebagian ayat al-Qur’an mengemuka pembahasan tentang ayah dan datuk-datuk setan. Dan perkara ini menegaskan bahwa regenerasi dan kelahiran setan secara umum berlaku di kalangan jin sementara para malaikat merupakan maujud-maujud ruhani dan bahkan mereka tidak makan dan minum.
4. Allah Swt pada sebagian ayat al-Qur’an berfirman bahwa para malaikat ditempatkan sebagai para rasul. Rasul artinya utusan Allah dan barang siapa yang mengemban gelar rasul, hal ini menepis kemungkinan adanya segala jenis kekufuran, kesalahan, dan maksiat. Lalu bagaimana mungkin setan yang terjerat dalam maksiat besar ini adalah berasal dari golongan malaikat?
Di samping itu, konsesus ulama dan kabar mutawatir yang diriwayatkan dari para Imam Ahlulbait As menegaskan bahwa setan tidak berasal dari golongan malaikat. Dan sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa riwayat mutawatir merupakan salah satu media yang paling penting dalam menyingkap kebenaran hadis.
Fokus dan sebab utama pengajuan soal ini berangkat dari peristiwa penciptaan Nabi Adam As. Tatkala Allah Swt hendak menciptakan manusia, malaikat bertanya dengan etika dan santun yang tinggi bahwa “Apakah kami tidak mencukupi untuk bertasbih dan mensucikan-Mu? Apa yang menjadi tujuan hakiki penciptaan manusia? Tuhan menjelaskan rahasia penciptaan Adam kepada malaikat bahwa manusia menjabat tugas sebagai khalifah Tuhan di muka bumi. Mendengar hal ini, para malaikat menerima seruan Tuhan untuk bersujud kepada Nabi Adam As dengan rendah hati, tulus, dan penuh penghormatan.
Di antara para malaikat, atau sebaiknya kita katakan bahwa di antara barisan para malaikat terdapat Iblis. Ia untuk beberapa lama beribadah kepada Tuhan. Namun di dalam batinnya tersembunyi sesuatu yang tiada mengetahuinya kecuali Tuhan. Rahasia yang tersembunyi selama ini terungkap pada peristiwa penciptaan Adam As. Terbukti Iblis membelakangi (kufur) perintah Tuhan. Sebenarnya Iblis telah kafir semenjak dulu namun dengan kepongahan dan pembangkangannya tidak sujud kepada Nabi Adam As, tirai kekufuran ini tersingkap.
Tatkala Allah Swt berfirman kepada seluruh malaikat dan Iblis (yang berada di antara mereka beribadah): Sujudlah kepada Adam, seluruh malaikat mematuhi perintah ini kecuali Iblis yang membangkang perintah ini dan tidak sujud kepada Adam As. Alasan Iblis adalah bahwa aku diciptakan dari api dan dia dari tanah lempung. Bagaimana mungkin maujud yang lebih tinggi sujud kepada makhluk yang lebih rendah?
Nampaknya Iblis lalai dari hakikat Adam As yang sebenarnya! Nampaknya ia tidak melihat bahwa ruh Ilahi telah dihembuskan ke dalam diri Adam As. Hakikat kemanusiaan manusia, nilai, dan harganya terletak pada mutiara malakuti yang berasal dari Allah Swt ini yang dianugerahkan kepada Adam As. Iya, menurut anggapan Setan, api lebih lembut daripada tanah lempung, kendati dalam analogi ini ia telah berbuat kesalahan – yang kini bukan menjadi fokus pembahasan kita – ia melihat Adam hanya dari unsur material dan duniawi (nasut) serta jasad manusia, namun lalai dari derajat menjulang kemanusiaan yang terpendam pada diri Adam! Dan dari dua perbuatan Iblis ini, ia mendapat dua reaksi, terusir dari surga dan dari haribaan Tuhan. Perbuatan Iblis pertama, merasa bangga terhadap aksi penciptaan manusia (dari lempung) dan perbuatan kedua adalah sombong dan puncaknya membangkang perintah dan titah Allah Swt.
Sekarang persoalan yang mengemuka adalah apakah Setan (Iblis) adalah termasuk dari golongan para malaikat atau tidak? Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita membongkar kosa kata dan redaksi dari pertanyaan ini secara selintas sehingga, dengan izin Allah Swt, kita menyodorkan jawaban yang mantap, kokoh dan ilmiah. Atas alasan ini, kita akan mengkaji beberapa redaksi berikut ini:
A. Setan;
B. Iblis;
C. Malaikat;
D. Jin.
A. Setan: Redaksi Setan bersumber dari dari kata sy-tha-na. Syâtin bermakna maujud yang rendah dan tercela, thagut, pembangkang, keras kepala. Setan ini dapat berwujud manusia atau jin, bahkan juga bermakna ruh jahat dan jauh dari kebenaran. Pada hakikatnya, terdapat titik kesamaan dari makna-makna ini.
Oleh karena itu, Setan merupakan nama spesies (nama jenis) yang dilekatkan kepada maujud yang menyesatkan (baik manusia atau bukan manusia) dan penggangu.
Dalam al-Qur’an dan juga dari lisan para Imam Ahlulbait As bahwa Setan tidak hanya disandarkan kepada satu maujud tertentu. Melainkan kepada manusia-manusia jahat atau bahkan akhlak tercela seperti hasud, juga disebut sebagai setan.[1]
B. Iblis: adalah nama khusus (‘alam) yang hanya memiliki satu individu luar (mishdaq). Ia orang yang pertama bermaksiat di alam semesta dan di hadapan Allah Swt mengklaim kemandirian wujudnya. Bersikap sombong dan congkak, membangkang perintah Tuhannya dan pada akhirnya diusir dari surga. Nama rendah lainnya Iblis adalah “Azâzil”[2] dan Iblis berasal dari kata “Ablas” yang sebenarnya merupakan gelar baginya. Iblis artinya berputus asa dan boleh jadi penyebutan ini karena Iblis telah berputus asa dari rahmat Tuhan sehingga ia disebut sebagai Iblis.
C. Malaikat: Baik kiranya untuk membongkar kata malaikat ini kita menyinggung sebagian sifat-sifat para malaikat sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa malaikat tidak memiliki kecendrungan ke arah maksiat. Oleh karena itu, Setan tidak dapat berasal dari jenis para malaikat.[3]
Malaikat-malaikat merupakan maujud yang disebutkan Tuhan dengan sebaik-baik sifat dalam al-Qur’an. Allah Swt berfirman, “Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (Qs. Al-Anbiya [21]:26-27) Sekali-kali dalam diri para malaikat tidak ada kecendrungan untuk menentang kebenaran dan disetiap keadaan sibuk beribadah dan taat kepada Allah Swt. Para malaikat merupakan maujud yang suci (terjaga dari perbuatan dosa). Diri dan pronomina suci mereka sekali-kali tidak pernah ternoda oleh dosa. Dan yang lebih penting dari semua itu, ketaatan dan kepatuhannya di hadapan Tuhan mereka. Ekspresi ketidakmampuan mereka di hadapan segala sesuatu yang mereka tidak ketahui dan tidak bersikap congkak dan sombong atas apa yang mereka ketahui. Karena mereka yakin bahwa segala yang mereka miliki bersumber dari Allah Swt. Dan sekiranya sedetik saja berkehendak pada apa yang tidak diketahuinya, maka apa yang mereka ketahui juga akan menjadi ketidaktahuan.
Iya perbedaan utama antara para malaikat dan setan pada peristiwa penciptaan dan sujud kepada Adam akan menjadi jelas. Lantaran para malaikat dengan jiwa dan hatinya mendapatkan diri mereka tidak mengetahui ilmu tentang nama-nama Ilahi. Artinya mereka memahami bahwa banyak hal yang tidak mereka pahami. Namun setan dengan penentangan dan sombong memikirkan segala sesuatu mereka ketahui dan sekali-kali tidak memahami bahwa sujud kepada Adam karena ilmu-ilmu yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. Dan pikiran gelap mereka sekali-kali tidak akan pernah dapat mengetahui ilmu-ilmu ini! Adanya sifat congkak dan sombong yang menjadi penghalang baginya untuk memahami dan pada akhirnya penghalang untuk sujud kepada Adam! Penolakannya untuk sujud adalah penolakan berdasarkan pada sikap congkak bukan lantaran ia tidak mampu untuk sujud!
Dengan penjelasan ini menjadi terang bahwa karena malaikat adalah suci dan terjaga dari segala bentuk kesalahan. Tatkala tiada jalan untuk berbuat dosa, maka seluruh perbuatannya adalah murni ketaatan kepada Tuhan. Apabila ketaatan kepada Tuhan adalah sesuatu yang mesti dan wajib, maka kekufuran, kesombongan, dan kemaksiatan kepada-Nya adalah sesuatu yang mustahil terjadi. (Dalil ini merupakan dalil rasional pertama terkait perbedaan antara setan dan malaikat, dan sebagai kesimpulannya bahwa setan bukan dari golongan malaikat)
Sebelum mengutarakan dalil-dalil rasional (aqli) dan referensial (ayat al-Qu'ran dan hadis), perlu kiranya di sini dijelaskan secara selintas terkait masalah jin.
D. Jin: Jin pada dasarnya adalah suatu maujud yang tersembunyi dari panca indra manusia. Al-Qur’an membenarkan maujud sedemikian dan menjelaskan beberapa perkara tentang jin serta memandang jenisnya berasal dari api; sebagaimana jenis manusia diciptakan dari tanah. Namun tentu saja penciptaan makhluk-makhluk ini terjadi sebelum manusia.[4]
Sebagian ilmuan menyebut jin merupakan sejenis ruh yang berakal yang tidak memiliki unsur materi. Namun jelas bahwa jin bukan makhluk nonmateri secara mutlak. Karena sesuatu yang diciptakan dari api adalah materi dan satu kondisi setengah abstrak. Atau dengan bahasa lainnya disebut sebagai materi halus (jism latif).[5]
Pada banyak ayat-ayat al-Qur’an dijumpai bahwa jin juga sebagaimana jenis manusia, memiliki kehendak dan intelegensi serta dapat melaksanakan perkerjaan-pekerjaan berat. Terdapat jin yang beriman dan jin kafir. Sebagian adalah jin-jin shaleh, sebagian yang lain bermaksiat. Hidupnya sebagaimana manusia, dan memiliki hidup dan mati serta kiamat. Jenis kelaminnya ada pria dan wanita. Terdapat pernikahan dan regenerasi pada mereka.
Namun pembahasan inti adalah apakah iblis termasuk dari golongan malaikat atau tidak? Terdapat ragam pendapat dikalangan ulama, dan sumber perbedaannya boleh jadi bersandar pada sebagian ayat al-Qur’an.
Sebagian orang berkata bahwa setan berasal dari golongan malaikat. Dalil utama mereka adalah bersandar pada ayat yang menegaskan, ”Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka bersujudlah mereka kecuali Iblis.” (Qs. Al-Baqarah [2]:34)
Karena pada ayat ini, iblis menjadi terkecualikan (mutstastna) dan yang dikecualikan dari (mutstastna minhu) para malaikat. Dan sebagai keseimpulannya iblis adalah makhluk dari jenis malaikat.
Tapi, penafsiran yang benar (dari ayat di atas) adalah bahwa iblis bukan dari golongan malaikat. Riwayat mutawatir yang sampai kepada kita dan para ulama Imamiyah sepakat tentang hal ini. Semuanya menegaskan bahwa iblis adalah dari golongan jin bukan dari malaikat! Dan untuk menetapkan masalah ini terdapat beberapa argumentasi dimana kami akan singgung beberapa di antaranya:
1. Allah Swt berfirman, “Iblis berasal dari golongan jin.” (Qs. Al-Kahf [18]:50)
2. Allah Swt berfirman, “Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs. Al-Tahrim [66]:6). Ayat ini menafikan secara umum kemaksiatan dari para malaikat. Dan hal ini menegaskan bahwa pertama, iblis bukan dari golongan malaikat, dan malaikat sekali-kali tidak akan pernah berbuat maksiat.
3. Allah Swt berfirman, “Patutkah kamu mengambil dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain dari-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-Kahf [18]:50). Ayat ini menandaskan bahwa di antara golongan jin terdapat generasi atau dengan kata lain melahirkan dan melakukan regenerasi. Sementara penciptaan para malaikat dari cahaya dan kedua ini tentu tidak terdapat pada mereka.
4. Allah Swt berfirman, “Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai para utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan).” (Qs. Fatir [35]:1), “Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia.” (Qs. Al-Hajj [22]:75). Dan kita ketahui bahwa kekufuran dan kemaksiatan tidak dibenarkan pada Rasul dan utusan Tuhan.
Dalam menjawab argumentasi atas orang-orang yang menyoroti ayat terkecualikannya Iblis dari para malaikat adalah bahwa terkecualikannya iblis dari para malaikat sekali-kali tidak menunjukkan kesamaan jenis iblis dan malaikat. Yang dapat dipahami dari persoalan ini adalah bahwa iblis berada di barisan para malaikat dan seperti para malaikat bertugas untuk sujud. Bahkan sebagian orang berkata bahwa pengecualian dalam ayat ini termasuk suatu bentuk pengecualian dari yang bukan sejenisnya.[6]
Dalam mencirikan Iblis harus dikatakan bahwa kurang-lebih enam ribu tahun beribadah kepada Allah Swt. Oleh itu, menempatkan maujud seperti ini (yang beribadah dan taat kepada untuk beberapa lama) di barisan para malaikat sah-sah saja. Suatu waktu Imam Shadiq As ditanya bahwa apakah iblis dari golongan malaikat atau termasuk salah satu maujud samawi? Beliau bersabda, “Bukan dari golongan malaikat juga bukan salah satu maujud samawi. Melainkan ia adalah jin. Namun ia bersama para malaikat. Para malaikat juga beranggapan bahwa Iblis sejenis dengan mereka. Namun Allah Swt mengetahui bahwa tidak demikian. Peristiwa ini terus berlanjut hingga peristiwa perintah sujud kepada Nabi Adam As, dengan adanya peristiwa ini rahasia terpendam Iblis menjadi terungkap.[7][]
Literatur untuk telaah lebih jauh:
1. Thabarsi, Majma’ al-Bayan, jil. 1, hal. 163, ayat 34
2. Allamah Thaba-thabai, Tafsir al-Mizân, jil. 1, hal. 122 dan seterusnya. Jil. 8, hal. 20 dan seterusnya.
3. Abdullah Jawadi Amuli, Tafsir Maudhu’i Qur’ân Karim, jil. 6, pembahasan yang berkenaan dengan penciptaan Adam
4. Misbah Yazdi, Ma’ârif al-Qur’ân, 1-3, hal. 297 dan seterusnya.
5. Tafsir Nemune, jil. 1, ayat 34, dan jil. 11, hal 8
[1]. Raghib Isfahani, Mufrâdât al-Qur’ân, klausul syaitan.
[2]. Thabarsi, Majma’ al-Bayan, jil. 1, hal. 165.
[3]. Dari ayat yang terkait, redaksi para malaikat disebutkan dengan kata plural (jamak) disertai dengan alif-lam: artinya seluruh malaikat diperintahkan untuk sujud kepada Adam.
[4]. “Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (Qs. Al-Hijr [15]:27)
[5]. Nasir Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 11, hal. 79-80.
[6]. Namun tentu saja terdapat dalil lain yang dijelaskan terkait masalah ini karena alasan terbatasnya ruang dan waktu, kita tidak akan membahasnya di sini. Bagi Anda yang tertarik silahkan Anda rujuk pada Tafsir Majma’ al-Bayan, surah Baqarah, ayat 34.
[7]. Thabarsi, Majma’ al-Bayan, jil. 1, hal. 163, cetakan Beirut.