Advanced Search
Hits
13586
Tanggal Dimuat: 2009/05/10
Ringkasan Pertanyaan
Apakah orang biasa dapat menjadi maksum atau tidak?
Pertanyaan
Apakah orang biasa dapat menjadi maksum atau tidak?
Jawaban Global

“Kemaksuman” yang bermakna keterjagaan dari perbuatan dosa dan kelupaan memiliki tingkatan-tingkatan. Tingkatan tertinggi kemaksuman hanya dikhususkan untuk para Nabi dan para wasi mereka. Kemaksuman bagi mereka dapat ditetapkan dengan argumen al-Quran, hadis dan pelantikan mereka sebagai “khalifatullah” untuk memimpin manusia. Adapun kemaksuman bagi selain mereka, meskipun dalam batas-batas tertentu dapat dicapai dan diidentifikasi, tetapi tingkat kemaksuman yang mereka capai di bawah tingkat kemaksuman para nabi dan wasi mereka. Identifikasi kemaksuman orang biasa dapat dibedakan melalui tanda-tanda seperti penampakkan karamah dan mengetahui niat orang, bukan melalui teks atau pelantikan sebagai khalifatullah.

Jawaban Detil

Manusia sebagai eksistensi yang bebas berkehendak, diciptakan dengan pilihan yang tepat dan dihiasi oleh iman dan amal shaleh serta dijauhkan dari pelanggaran terhadap perintah maupun larangan-Nya. Ia dapat meraih kedudukan “khalifatullah” artinya ia akan memperoleh segala kesempurnaan sehingga terbebas dari segala kekurangan dan keaiban duniawi serta memiliki otoritas alam (wilayah takwini) serta mengetahui hati manusia.[1]

Pilihan tepat manusia berdasarkan atas ilmu dan kehendaknya yang kuat dalam mengikuti akal, fitrah dan agama. Tatkala ilmu dan kehendaknya bertambah tinggi maka ia akan lebih terjaga dari kesalahan. Tidak adanya perhatian merupakan penyebab lupa sehingga jika manusia memperhatikan dan senantiasa mengingat perintah maupun larangan Allah Swt, maka ia tidak akan terjerumus kedalam dosa dan kesalahan karena lupa. Inilah kedudukan yang disebut sebagai kemaksuman yang merupakan faktor peningkatan manusia kearah kedudukan “wilâyah dan khilâfah Ilahiyah” secara bertahap.

Para Nabi dan wasi mereka, hendaknya berada pada puncak kedudukan tersebut mengingat mereka adalah para pengemban amanat wahyu Ilahi yang dikenal sebagai para pemimpin dan suri tauladan kemanusiaan sehingga:

1.       Pesan Ilahi secara sempurna dan benar sampai kepada manusia.

2.       Orang-orang dapat mempercayai ucapan serta prilaku mereka.

3.       Meneladani kisah kehidupan, sepak terjang dan akhlak mereka agar mendapatkan bimbingan melangkah menuju kesempurnaan dan kedudukan khalifatullah. Jalan tersebut akan menyampaikan mereka kepada tujuan “berjumpa Allah” sehingga dengan pertolongan Allah serta kehendak mereka, membuat mereka terjaga dari segala jenis dosa, kesalahan dan penyimpangan sejak masa kecil hingga akhir hayat mereka. Hal ini sebagai penyempurna bukti dan menjadikan kepercayaan orang-orang semakin besar kepada mereka sehingga dapat menarik perhatian orang-orang untuk mengikuti jalan mereka. Oleh karena itu, setiap orang dapat mencapai kemaksukman dan kedudukan khilafah.

Semakin besar upaya untuk meraih kedudukan tersebut dan peningkatan ketaqwaan dilakukan maka akan semakin banyak pula mendapatkan bantuan Ilahi. Sebab Allah berjanji: "Bertakwalah kepada Allah; Allah akan mengajarkanmu." (Qs. Al-Baqarah [2]:282) dan berfirman: "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (Qs. Al-Taghabun [64]:11); "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Qs. Al-Ankabut [29]:69); "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu (kekuatan) pembeda (antara yang hak dan yang batil di dalam hatimu), menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. (Qs. Al-Anfal [8]:29); "Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (Qs. Al-Nahl [16]:97)

Dalam hadis Qudsi dikatakan: ”Jika hambaku sibuk beribadah denganku, maka aku akan menganugerahinya semangat dan keindahan mengingatku sehingga ia mencintaiku dan aku mencintainya dan aku akan menyingkap tabir antara aku dan dia sehingga di saat orang-orang lalai dia tidak lalai (dia tidak akan berbuat dosa dan kesalahan). Jika ia berbicara, pembicaraannya seperti ucapan para nabi dan mereka benar-benar sebagai orang-orang pilihan sehingga tatkala aku ingin memberikan cobaan kepada penduduk bumi, aku mengurungkan keinginanku karena mereka."[2]

Kemaksuman merupakan suatu keharusan bagi para Nabi dan Imam As yang telah ditetapkan dan dibuktikan dengan berbagai macam argumen teks dan logika.[3]

Kemaksuman ini tidak dikhususkan bagi mereka saja dan barang siapa berusaha, bertaqwa, berilmu dan berkehendak maka ia akan mendapatkan percikan manfaatnya sehingga muncul tanda-tanda kemaksuman darinya. Selain ciri-ciri kemaksuman yang terdapat pada para nabi dan washi mereka, adanya teks dan pelantikan kenabian oleh Allah merupakan argumen dan dalil terkuat kemaksuman.

Sebab jika tidak demikian tujuan pengutusan para Nabi dan Imam sebagai pembimbing manusia dan mubaligh, pelaksana serta pembela agama Allah Swt tidak akan sesuai dengan ilmu dan hikmah Ilahi.[4]   Adapun cara mengetahui kemaksuman selain para Nabi dan Imam as ialah bergantung pada ciri-ciri yang tampak dari mereka sebagai berikut:

1.         Tidak berbuat dosa dalam kondisi dan lingkungan dimana kebanyakan orang tergelincir dalam kesalahan dan perbuatan dosa seperti berambisi untuk mendapatkan kedudukan, popularitas dan harta yang banyak

2.         Nampaknya kekeramatan dan kejadian yang luar biasa dari mereka seperti mengetahui niat dan pikiran orang serta menyembuhkan penyakit orang dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang tidak dapat dilakukan oleh orang-orang selain mereka.

3.         Dikabulkannya doa dan kutukan mereka

4.         Menguasai dan merubah hati orang-orang

5.         Lapang dada, tenang dan tanggap terhadap problematika individu maupun sosial

6.         Perantara curahan nikmat Ilahi atau penolak bencana.

 

Namun perlu diperhatikan bahwa nabi dan wasinya memiliki kedudukan yang tidak mungkin dapat dicapai oleh seorang pun. Di antara para nabi terdapat tingkatan-tingkatan dimana Nabi Saw berada pada puncak tingkatan tersebut, kemudian para Imam maksum As, setelah itu para nabi As dan orang-orang lainnya. Kemaksuman dan kedudukan khalifatullah memiliki tingkatan-tingkatan berupa vertikal dan horizontal yang berbeda-beda dimana untuk mengetahuinya bergantung kepada ilmu Allah Swt.[5]

 

Daftar Pustaka untuk telaah lebih jauh:

1.         Al Qur`an

2.         Jawad Amuli “Tahrir Tamhidul Qawâ`id

3.         Jawad Amuli “Wilâyat dar Qur'ân

4.         Jawad Amuli “ Hikmate Ibâdat

5.         Huseini Tehrani “Tauhidi Ilmi wa A`ini

6.         Sayid Muhammad Bagir Sadr “Khilâfate Insân wa Gawâhie Payâmbarân

7.         Kiya Syamseky “Wilâyat dar Irfân”

8.         Mutahhari “Insân Kamil

9.         Mutahhari “Wilâhâ wa Wilâyathâ

10.     Jawad Maliki Tabrizi “Risâleye Liqâ`ullah



[1]. Lihat indeks: Menjadi Kekasih Tuhan, Kebahagiaan dan Kesempurnaan Manusia, Kedekatan kepada Tuhan.

[2]. Muhammad Husain Husaini Tehrani, Tauhid Ilmi wa Aini, hal. 337.

[3]. Muhammad Taqi Misbah Yazdi, Rah wa Rahnemai Syinasi, hal. 147-212

[4]. Ibid.

[5]. Silahkan lihat Indeks: Kemaksuman dan dosa para nabi dalam pada ayat-ayat lahir al-Qur'an.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261246 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246364 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230149 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215015 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176343 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171633 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168127 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158188 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140978 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134057 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...